11 || Mall

848 69 2
                                    

Entah sudah berapa langkah kakiku melangkah. Rasanya sudah pegal sekali karena orang didepanku ini terus menyeretku kesana kemari membawaku ke beberapa outlet girly yang ada di Mall ini. Masih mending kalau dia memang benar benar membeli sesuatu, lah ini, hanya melihat lihat beberapa barang, kemudian meninggalkan outlet tanpa membeli. Alasannya tidak cocok atau kurang bagus.

"Udah lah Ray.... pulang aja yuk?" Keluhku kepada Raina yang masih tampak semangat sekali mengelilingi Mall.

"Pulang gimana sih Dis? Gue mau beli make up dulu. Punya gue dirumah kan udah mau habis" ucap Raina kekeh tidak mau pulang dengan tangannya yang terus menarik tanganku supaya mengikutinya.

Aku menghela napas berat "Ya lo tadi kan udah di outlet make up, kenapa gak beli?"

"Pengen nyoba yang baru gue itu. Udah lo jangan bawel, ini kurang 2 outlet lagi kok. Gue mau beli make up sama dress. Janji deh!"

Dengan langkah berat aku terus mengikuti langkah Raina. Bukannya aku tidak ikhlas menemainya sih, tapi ini kakiku sudah pegal sekali. 1 jam aku sudah aku mengelilingi Mall ini bersama Raina tanpa beristirahat semenit pun. Setelah melangkah cukup lama, akhirnya kami sampai di outlet make up.

"Enaknya beli make up apa ya Dis?" Tanya Raina yang sekarang sedang mengedarkan pandangan ke seluruh outlet, menelisik apa saja make up yang ada disini.

"Ya gue gak tau lah. Maygat"

"Lo mah gak asik kalo diajak beli beli ginian. Jawabannya gak tau mulu" sebal Raina, sedangkan aku hanya mendengar tidak berniat mengomentari.

Karena memang dari dulu aku tidak suka yang namanya peralatan yang terlalu girly. Seperti bukan aku sekali. Dari pada uang dihambur hamburkan untuk membeli itu semua, mending ditabung. Lagi pula aku juga tidak telaten bila memakai make up make up seperti itu. Paling berjalan satu minggu, setelah itu aku tidak pernah memakainya lagi. Ribet. Aku lebih nyaman memakai bedak dan lip ice sebagai pelembap bibir supaya tidak terlihat kering kering amat.

"Lipcream punya lo masih ada gak?" Tanya Raina sambil memilih beberapa warna lipcream yang ada didepannya.

"Masih banyak" jawabku seadanya. Aku memang punya kalau tidak salah 2 macam lipcream berbeda warna. Itu juga jarang aku pakai. Dan aku membeli itu tentu saja bukan kemauanku, tapi paksaan dari Raina. Katanya supaya lebih berwarna wajahku. Dia kata wajahku ini pelangi apa pakai berwarna segala.

"Lo itu ya. Gue beliin lipcream gak pernah dipake"

"Ya lo tau sendirilah gue nggak suka pake begituan" balasku sambil memutar bola mataku malas.

"Kali ini gue beliin lo make up lagi. Tapi bukan lipcream" aku tidak menanggapi ucapannya.

Raina berjalan menuju rak yang berisi make up lengkap. Ia meneliti beberapa warna blush on, eyeshadow, foundation, dan make up make up lain yang aku tidak terlalu tau namanya. Raina memang orangnya sangat menjaga penampilan, walaupun ia hanya mengoleskan tipis diwajahnya make up yang ia punyai. Jauh berbeda denganku memang. Memakai make up hanya saat ada acara tertentu, dan itu juga make up punya Raina. Dan parahnya lagi, aku juga tidak bisa mengaplikasikan sendiri make up make up itu diwajahku.

Raina membalikan tubuhnya secara tiba tiba menghadapku. Ia menelisikkku dari atas sampai bawah. Aku menatapnya dengan menaikan satu alisku bingung. Tapi ia tidak menghiraukanku, kembali berbalik memilih make up yang ada didepannya sekarang. Setelah memilih agak lama, Raina kembali membalikan tubuh menghadapku dengan 2 alat make up yang ada ditangannya.

"Liat tangan lo" perintahnya padaku, aku menyodorkan satu tanganku. Aku tahu ia akan menyamakan warna foundation dengan warna kulit tanganku.

"Hmm.... udah pas berarti. Nih!" Ucapnya lagi sambil menyodorkanku fundation dan mascara eyeliner 2in1.

Married With DosganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang