21 || Pasrah

800 61 1
                                    

Sudah 4 hari aku berbaring di kamar Raina. Bosan sekali rasanya. Ingin bekerja dan mulai kuliah tetapi semua orang melarangku. Bahkan ingin pulang ke kost an pun tidak diperbolehkan. Padahal aku juga sudah tidak apa apa. Luka lebamku sudah menghilang, sakit kepala juga tidak pernah datang. Aku menatap sekeliling dengan tatapan bosan.

"Ray bosen" keluhku pada Raina yang sedang fokus mengerjakan tugas didepan laptop nya. Namun Raina tidak menghiraukanku sama sekali.

"Ray"

"Apa sih Dis?" balasnya dengan mata yang masih terfokus pada laptop.

"Gue bosen disini terus"

"Ya udah sih. Kurang dua hari lagi kok masa istirahat lo"

"Tapi seenggaknya ajak gue ke mall kek. Nge-timezone"

Kali ini Raina menatapku dengan tatapan sebal "Gue lagi sibuk mikir judul skripsi nih. Lagian lo kan juga di bilangin berkali kali, nggak usah ngelakuin hal hal yang bikin penyakit lo kumat. Kalo udah kumat tau sendiri kan resikonya"

Aku memainkan jemari tanganku. "Ya udah deh. Gue tidur aja" ucapku pasrah.

Saat ini masih pukul empat sore. Di jam begini memang biasa boring kalau tidak melakukan apapun. Kasihan juga Raina yang selalu mendengar keluhan bosanku setiap hari. Lagi pula aku dan dia sebenarnya sudah di disibukkan dengan menentukan skripsi. Pasti dia juga kebingungan.

"Besok deh gue bawa ke mall. Tapi nggak janji ya?"

Mataku berbinar seketika "Oke!" Ucapku bersemangat. "Oh ya, dosbing lo siapa?" Tanyaku pada Raina yang kini sudah terfokus kembali didepan laptop.

"Pak Dika"

Aku tertawa mengejek "Mampus lo. Dapet dosen killer"

Pak Dika memang termasuk kategori dosen killer di kampus. Paling tidak suka dengan mahasiswi yang memakai make up berlebihan. Banyak sekali peraturan saat jam kelasnya. Tidak pernah berterus terang jika mahasiswanya punya salah. Tau tau tidak mau masuk ke kelas gitu aja. Anti menginjakan kaki di kelas jika kelas kotor. Meja khusus dosen pun harus ganti taplak setiap jam kelasnya. Benar benar sangat menuntut mahasiswanya untuk menjaga kebersihan. Sering mengadakan ulangan dadakan yang membuat mahasiswa kelabakan. Ya kurang lebih seperti itu lah.

Raina menatapku sinis "Liat aja nanti lo. Gue doain dapat yang lebih killer dari pada gue"

"Seenggaknya gue nggak dapet dosbing jiji'an kayak cewek" ucapku sambil menjulurkan lidahku meledek.

Raina memutar bola matanya malas, kemudian kembali mengerjakan skripsinya. Walaupun memang tidak masuk kuliah 4 hari ini, aku tetap mencari beberapa referensi untuk sripsiku. Tapi yang ku takutkan disini adalah mendapat dosbing yang pemikirannya tidak sesuai dengan pemikiranku. Paham kan maksudnya? Misalnya, aku sudah cocok dengan judul skripsi ini, tapi dia menyuruhku untuk mengubahnya karena alasan kecil. Seperti kita di paksa untuk mengikuti jalan pikir orang yang jauh dari pemikiran kita. 

"Gue bantuin deh kalo lo kesusahan" ucapku menawar bantuan diri pada Raina.

"Hm. Sukur sukur kerjain semuanya aja deh"

"Di baikin ngelunjak lo" balasku sebal membuat Raina tertawa kecil.

"Udah ah diem. Katanya mau tidur aja"

Aku menggelengkan kepalaku "Nggak ah. Nggak ngantuk"

Tiba tiba aku teringat sesuatu. Empat hari ini aku hanya melihat Raina di rumah terus. Keluar rumah hanya saat ia ke kampus. Apakah hubungannya dengan kak Kevin belum membaik? Setauku dulu mereka sering meluangkan waktu untuk bersama. Yah sekurang kurangnya dua hari sekali. Tapi ini sudah empat hari Raina tidak pernah jalan dengan kak Kevin. Raina juga jarang sekali bercerita tentang kebersamaannya dengan kak Kevin. Tidak seperti biasanya yang selalu menceritakan ke uwu annya dengan kak Kevin kepadaku.  Padahal jelas jelas aku jomblo. Ga ada akhlak emang.

Married With DosganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang