31 || Pertemuan

597 63 0
                                    

Me time

Baik untuk menyegarkan pikiran. Itu lah yang ku lakukan saat ini. Walaupun me timeku di keramaian, tapi itu mampu membuat pikiranku menjadi lebih tenang.

Aku berada di salah satu cafe dengan konsep eco green yang di kota ini. Menghirup aroma tumbuh tumbuhan hijau memang membuatku lebih cepat tenang. Itu sebabnya aku memilih me time disini walaupun harus merogoh kocek yang cukup besar. Tidak apalah harus kehilangan uang yang cukup banyak, yang penting aku tidak sampai gila karena masalah yang ku alami.

Aroma tumbuh tumbuhan hijau mengingatkanku pada kampung halamanku dulu. Di hutan dekat desaku, terdapat pondok kecil yang memang sengaja di bangun untuk tempat istirahat penduduk jika kelelahan setelah mencari kayu bakar. Saat aku sedang bersedih atau memiliki masalah, aku selalu menyendiri di pondok itu. Jangan tanya kenapa aku bisa leluasa menyendiri disitu padahal itu tempat umum. Meskipun itu dibuat untuk umum, jarang orang yang mampir di pondok itu, kebanyakan dari mereka memilih langsung pulang ke rumah. Selain untuk menenangkan pikiran, tempat itu juga sering aku gunakan untuk bermain dengan teman masa kecilku dulu.

Di sekitar pondok itu, terdapat berjejer jejer pohon pinus dan pohon meranti. Aroma dua pohon itu, adalah aroma yang paling ku sukai. Menenangkan. Aku jadi bisa mengambil keputusan terbaik jika berada di pondok itu.

Tapi karena saat ini aku ada di Jakarta, aku tidak mungkin bisa melakukan itu kan. Jadi aku memilih pergi ke cafe berkonsep eco green ini. Aku mengetahui cafe ini juga dari internet. Berangkat kesini diantar mang ojol. Aku bahkan tidak memberi tau Raina kalau aku sedang di cafe ini. Dia pasti akan langsung peka kalau aku ada masalah jika tau aku sedang ada di cafe yang seperti ini.

Ngomong ngomong soal Raina, aku belum memberitahu kalau aku bertemu kak Kevin kemarin malam. Dari tingkahnya, aku yakin dia menyembunyikan sesuatu. Alasannya itu loh 'Di cari nyokap' kalau memang iya keburu di cari nyokapnya, pasti sebelum jam segitu sudah pulang. Mana ada orang tua baru mencari anaknya saat sudah selarut itu. Tapi juga tidak tau lagi sih.

Yang terpenting sekarang, aku harus memikirkan tindakan yang akan ku lakukan untuk menghindari teror itu. Menyerah memang bukan aku sekali, tapi aku juga takut kalau peneror itu benar benar bertindak lebih. Peneror itu bahkan dengan beraninya masuk ke kamar kostku, padahal kost anku juga satu lingkungan dengan ibu kost. Saat aku menanyakan apakah ada seseoarang yang masuk ke kostanku, kata bu kost ia juga tidak tau apa apa. Aku juga sempat menitipkan kostanku kepadanya, tapi dia malah bilang,

'Lu tuh ya! kostan udah murah, segala pake di titipin'

Ibu pemilik kostku memang galak begitu. Ucapannya pedas, suka menggibah ke ibu ibu tetangga karena aku sering pulang malam. Padahal aku pulang malam kan juga pure sedang bekerja. Tidak ada yang lain.

Udah ah, jangan gibah bu kost melulu, nanti kupingnya panas.

Oke, kembali lagi. Enaknya aku harus melakukan apa ya untuk menghadapi peneror itu? Apa aku harus menjauh dari Pak Zein saja? Apa bisa? Aku sendiri sudah sangat nyaman dengan Pak Zein. Tapi sayangnya, kenyamanan ini menjerumuskanku ke dalam situasi yang benar benar tidak ku duga. Lagi pula jika aku menjauhinya, dia pasti juga akan peka, dan terus menanyaiku mengapa aku menjauhinya.

Aku menghela nafas kasar.

Lagi lagi jalan buntu yang ku dapatkan.

"Permisi"

Aku mendongakan kepalaku ketika mendengar suara seseorang yang tidak jauh dariku.

"Iya?" Balasku sambil memperhatikan perempuan berambut panjang sepunggung, mengenakan dress hitam dan heels tinggi yang terpasang di kedua kaki jenjangnya. Ia memiliki wajah khas Asia timur yang mencolok. Aku yakin sekali, siapa pun perempuan yang melihatnya, pasti auto insecure. Apalah daya aku yang hanya secuil remah rengginang yang selalu dipertemukan dengan serbuk berlian.

Married With DosganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang