Bunyi alat rumah sakit memenuhi ruangan Doyoung dan Jinwoo. Minho dan Jungwoo yang dari semalam sudah menginap, memutuskan untuk mandi secara bergantian. Sedangkan Ibu dan Ayah berada di rumah, Jungwoo yang meminta agar Ibu tidak menginap. Takut sakit, katanya.
Pagi ini, adalah hari ke 2 bagi Doyoung dan Jinwoo berada di rumah sakit, dan selama 2 hari itu juga belum ada tanda - tanda jari mereka bergerak baik dari Doyoung maupun Jinwoo.
Dokter Byun yang bertanggung jawab atas kedua pasiennya pun terus memantau serta memastikan bahwa Doyoung dan Jinwoo mengalami perkembangan.
Untuk kondisi saat ini, Doyoung yang masih tertidur dengan keadaan stabil, tiba - tiba mengalami kritis yang membuat Minho serta Jungwoo panik dan langsung menekan tombol pemanggilan dokter.
Dokter Byun serta suster Rayne yang datang dengan tergesa - gesa segera mengecek keadaan Doyoung, dan bersyukurnya itu hanya sementara saja akibat cedera di kepalanya. Namun, kondsi nya sudah berangsur normal.
Untuk kondisi Jinwoo, masih sama seperti kemarin. Ia masih setia dengan tidurnya, namun detak jantungnya stabil. Dokter Byun menyarankan agar keluarga Doyoung ataupun Jinwoo selalu mengajak mereka berbicara agar sistem otaknya tidak mati, dan indra pendengarnya pun tetap berjalan.
"Terimakasih dokter Byun, saya sangat panik tadi" ucap Minho dengan raut wajah cemas.
"Itu hal wajar Minho, tapi sekarang Doyoung sudah tidak apa - apa" jelas dokter Byun, "Jika terjadi seperti ini lagi, segera panggil saya atau panggil suster Rayne ya"
"Baik dok" jawab Jungwoo paham.
Dokter Byun tersenyum lalu mengecek jam ditangannya, "Kalian sudah sarapan? Ini sudah jam setengah sembilan, kalian harus tetap jaga kesehatan ya. Jangan sampai kalian ikut sakit" pesan dokter Byun.
"Iya dok, teman - teman Jinwoo serta Doyoung sepertinya akan datang dan menginap. Kami akan bertukar shift untuk menjaga Doyoung dan Jinwoo"
Dokter Byun menyetujui ucapan Minho, "Iya, lebih baik seperti itu. Daripada kalian memforsir diri kalian, itu jauh lebih tidak baik"
Dokter Byun lalu melanjutkan, "Kalau begitu, saya permisi ya Minho, Jungwoo" pamit dokter Byun, "Mungkin nanti siang sekitar pukul dua siang, saya akan kembali untuk mengecek mereka"
"Baik dok, tolong bantu Doyoung dan Jinwoo dok" mohon Minho dengan lirih.
"Tenang saja Minho, saya akan berusaha semaksimal mungkin" usapnya pada bahu Minho agar Minho tetap semangat, "Sisanya, kita serahkan saja pada Tuhan ya, Minho"
Minho mengangguk lemas, "Baik dok, terimakasih banyak" senyumnya.
"Saya pamit ya Minho, Jungwoo" pamit dokter Byun dan keluar dari ruangan.
Jungwoo yang sedari tadi mendengarkan penjelasan dokter Byun pergi duduk di samping kakaknya, serta memegang tangan Doyoung yang masih terasa dingin.
"Kak, kakak kapan bangun?" tanya nya lirih, "Kakak ngga kasihan sama Ibu juga Ayah? Kakak sebentar lagi ujian kelulusan kan kak? Jadi, ayo bangun" usapnya, "Kalau kakak bangun, kak Jinwoo juga pasti bangun kan kak?" tanyanya kembali.
Minho yang melihat dari sofa hanya tersenyum miris. Lalu ia pergi ke tampat tidur Jinwoo, mengusap halus rambut adik kesayangannya. Tangis Minho pun pecah, ia sungguh tidak kuat melihat adiknya di vonis untuk tertidur dalam jangka waktu yang sangat lama. Orang tua mereka pun sampai sekarang belum bisa di hubungi sama sekali, dan itu juga salah satu faktor yang membuat Minho semakin sedih.
"Bang" panggil Jungwoo pada Minho yang masih setia memerhatikan kecantikan adiknya walaupun dengan penuh luka luka serta kepala yang di perban.
"Hm? Kenapa wu?" Tanyanya tanpa menengok ke arah Jungwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [ HIATUS ]
Fanfictionft. Doyoung Kim / 도영 from NCT. Hidup itu hanya satu kali. Namun, jika diberi hidup hingga dua kali, apa yang akan kau lakukan? ©jaehyunhyunjae