Bag. 20 : "Apa Yang Kau Pikirkan?"

44 14 14
                                    

Note : Part ini adalah part sesudah Bag. 16 : "Hadiah Dari Jeon Wonwoo"

05.45 am.

Bunyi suara burung menghiasi pagi hari ini. Jinwoo yang semalam pulang dengan keadaan tertidur lelap, terbangun dengan keadaan kacau. Ia lalu ingat bahwa hari ini ia masih sekolah dan segera bergegas untuk mandi dan membuat sarapan.

"Selamat pagi, Kak!" Riang Jinwoo menuruni anak tangga rumahnya.

"Morning my little princess.... Ayo duduk, Kakak sudah membuatkanmu pancake dengan madu kesukaanmu"

"Wuah.... Padahal aku baru ingin membuatkan Kakak sarapan" sedih Jinwoo.

"Sudahlah tidak masalah, ayo cepat dimakan. Kakak akan mengantarmu ke sekolah" jawab Minho sembari mengacak pelan kepala Jinwoo.

"Hehe, baiklah Kak"

Sehabis sarapan, Minho dan Jinwoo segera berangkat ke sekolah dan ke kantor untuk melaksanakan kegiatan mereka masing - masing.

"Sudah sampai" senang Minho, "Kau berhati - hatilah di sekolah, dengarkan guru dengan baik, jangan bertengkar, dan berteman lah dengan siapa saja, mengerti? Kalau terjadi sesuatu, langsung hubungi Kakak, dan jika-"

"Aishh... Baiklah lah Kak... Aku sudah mengerti.... Kakak ini cerewet sekali seperti Ibu - Ibu" dengus Jinwoo sebal karena Kakaknya yang setiap hari menceramahi dirinya.

"Hahaha.... Baiklah kalau kau sudah mengerti, Kakak berangkat ya? Sampai jumpa" lambai Minho dari dalam mobil meninggalkan area gerbang sekolah SOPA.

☀☀☀

Selepas mobil Minho pergi meninggalkan area gerbang sekolah, Jinwoo berjalan masuk ke sekolahnya dengan perasaan senang.

Dari kejauhan, Doyoung melihat Jinwoo berjalan seperti anak kecil lantas menghampirinya. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat Wonwoo yang terlebih dulu menghampiri Jinwoo.

"Hai, selamat pagi Jinwoo"

"Oh? Pagi, Wonwoo. Kau baru saja datang?"

"Tidak, aku ingin ke kantin. Kebetulan aku melihatmu, jadi aku menyusulmu" tawa kecil Wonwoo.

"Aigoo.... Baiklah, kelasku dengan kantin searah ini"

"Aku sudah tahu itu" senyum Wonwoo. Ia berjalan dengan tangan yang di masukkan ke kantung celana, menambah kesan ketampanan dirinya.

"Jinwoo-yaa" panggilnya, "Ekhm.... Bagaimana hadiah dariku? Kau menyukainya?"

"Tentu! Aku suka, seleramu ternyata tinggi sekali.... Tidak seperti diriku" canda Jinwoo.

"Heii... Tidak, seleramu juga bagus. Ibuku bahkan terus memakainya, ia tidak akan rela melepas kalung yang kau pilihkan walaupun ia ingin mandi, huh" dengus Wonwoo sebal mengingat betapa overprotective Ibunya hanya untuk sebuah kalung.

Jinwoo tertawa lepas mendengar ucapan Wonwoo, "Hahaha.... Aku berterimakasih akan hal itu"

Wonwoo tersenyum menanggapi, "Lain kali, mampirlah lagi ke rumah. Ibuku pasti akan senang, aku pergi dulu"

"Hmm.... Tentu, akan aku sempatkan diriku!"

Mereka berdua berpisah di koridor kelas 11. Dimana Wonwoo berjalan lurus ke kantin, dan Jinwoo masuk ke dalam kelasnya.

Di dalam kelas, ia sudah ditunggu oleh Lisa, Ryujin, dan Irene. Tatapan mereka seolah mempertanyakan apa yang Jinwoo dan Wonwoo bicarakan.

"Pagi, Jinwoo-yaa!" Sapa Lisa dari mejanya, "Sepertinya sedang ada yang berbahagia ya, bukan begitu Ryu?"

Destiny [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang