"Jangan sesali karena telah berakhir. Tapi syukuri karena pernah terjadi "
-
-
-
Rintik hujan bergema di seluruh ruangan. Hawa dingin menusuk kulit diiringi wangi khas tanah yang basah. Di sebuah pulau terpencil, cahaya lampu menghiasi bangunan tua berwarna gelap.
Seorang gadis kecil yang matanya tertutup perban sedang duduk terdiam. Ditemani beberapa pria dewasa berjas putih, ia duduk dengan tenang menunggu instruksi yang diberikan.
Salah satu dari pria berjas putih perlahan membuka perban di mata gadis kecil tersebut. Sedangkan rekannya yang lain bersiap menulis kesimpulannya.
Gadis berpita merah itu mulai mengedipkan matanya beberapa kali. Ia berusaha membuka kedua matanya yang dirasa sangat berat.
Perlahan namun pasti, kini matanya telah terbuka sempurna. Semua yang hadir disana merasa puas dan bahagia. Sungguh malam yang sangat mengharukan.
"ARGHH"
Gadis berperawakan mungil itu seketika menjerit. Hal itu membuat beberapa orang yang tadinya bersorak gembira, kini mulai serius.
"Sakitttt hiksss"
Ia mulai menangis sambil menggosok matanya. Orang-orang mulai panik melihat responnya yang tiba-tiba.
"Huaaaa sakittt"
Jeritannya semakin menjadi-jadi. Bahkan sekarang ia telah pergi dari ruangan itu sambil berlari kesakitan.
"ATTENTION! TUTUP SEMUA RUANGAN! PERCOBAAN NO 3 TELAH KABUR!"
Suasana sangat ricuh dengan suara langkah kaki yang berlarian dimana-dimana. Semua petugas menghentikan pekerjaannya dan mulai mencari gadis tak bersalah itu.
Suara sirine menggema di seluruh ruangan. Lampu pun telah berubah menjadi merah bertanda situasi berbahaya.
Sementara itu di sebuah gudang kecil, gadis tadi sedang menangis sambil masih berusaha membuka matanya.
Penglihatan yang didambakannya itu tidak seperti yang ia mau. Ia hanya melihat warna-warni yang menusuk matanya.
Drap drap drap
Ia memeluk lututnya karena takut. Tubuhnya masih lemas karena pengaruh obat bius tadi pagi. Ia membuka matanya perlahan berharap dapat melihat siapa yang datang.
"Tidak apa-apa... Ikutlah denganku"
Seperti tersihir dengan suara lembut dan pelukan seorang lelaki yang tak ia tahu siapa. Gadis kecil itu mulai berhenti menangis dan menenggelamkan kepalanya di dada lelaki tersebut.
Lelaki asing itu menggendongnya sambil sesekali menepuk pundaknya lembut. Kemudian, mereka berdua keluar dari gudang.
Tak ada yang pernah melihat dua orang itu lagi sampai sekarang.
Sebuah awal dimana semuanya bermula. Jika saja ia tak disana hari itu, mungkin kini mereka sudah bahagia bersama. mengikat benang takdir indah di sebuah taman berbunga.
Bukan berpisah karena perbedaan takdir yang mengharuskan. Dan berakhir menatap langit yang sama, di dunia berbeda.
To be continued, iridescent ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT - Kth
FanfictionIridescent, sebuah bakat untuk melihat warna aura dari orang lain. Walaupun dipercaya hanya sebagai mitos, iridescent tersebar dimana-mana. Tanpa disengaja, Salah satu dari mereka bertemu dengan orang yang tak mempan akan kekuatan itu. Seolah membut...