34. Serendipity's

1.5K 183 223
                                    

Budayakan Vote and Comment ya, mari saling menghargai satu sama lain.
Ku tandain kalian satu satu ya wkwk

makaciih!
Happy reading! Enjoy!

"Aku juga kangen sama kamu, Kak Vivi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku juga kangen sama kamu, Kak Vivi.."

Vivi merasakan ada yang memeluknya erat dari belakang membuat ia makin terdiam nan membeku ditempat. Vivi mencium bau aroma wangi coklat saat tak sengaja rambut seseorang yang kini tengah memeluknya terbang menerpa wajahnya.

"Maafin aku.."

Dan dirinya benar-benar menyadari siapa sekarang yang ada di belakangnya saat ini. Karena ini suara dari seseorang yang sangat ingin ia hindari tapi sekaligus ia rindukan juga.

Mereka sama-sama menangis, sama-sama menikmati tiap tetesan air mata yang mengalir membasahi pipi. Sebenarnya Vivi ingin sekali segera menepis pelukan ini, namun ia tak bisa membohongi bahwa dirinya merindukan pelukan hangat ini juga. Jadi ia membiarkannya saja, walau setidaknya hanya sebentar, tolong mengertilah perasaannya, bahwa sebenarnya ia tersiksa dengan situasi yang ada pada dirinya dan Chika.

Vivi menarik napas dalam lalu ia hembuskan dengan pelan, matanya melirik tangan Chika yang masih setia melingkar sempurna dilehernya.

Perlahan Vivi bergerak ingin menjauhkan tangan Chika yang masih setia memeluknya, namun Chika sadar dengan hal itu lalu refleks mengeratkan pelukannya, Chika menggeleng-geleng kepala. "Ngga, please, jangan. Aku ga mau kamu pergi lagi."

"Chika--"

"Ngga."

"Chik--"

"Aku ga mau! aku tau saat aku lepasin ini kamu pasti bakalan pergi dan kita akan susah buat ketemu lagi, kamu bakalan ngehindarin aku lagi, Kak."

Hati Vivi sakit rasanya mendengar itu, ia merasa tidak tega. Namun dengan terpaksa Vivi harus tetap melepaskan pelukannya lantas segera berdiri dari duduknya.

"Kak!" dengan cepat Chika menahan lengan Vivi, seolah ia benar-benar takut Vivi akan pergi.

Gadis berambut sebahu itu memejamkan mata membuat air matanya kembali tumpah. Dia memutar tubuh jadi menghadap Chika makin merasa sakit saat menatap wajah Chika yang sembab karenanya.

Iya, Ini semua karena dirinya.

"Kamu dengerin aku dulu ya? Please? Ja-jangan pergi dulu, aku mohon."

Ini untuk yang kesekian kalinya Chika memohon agar dirinya tak pergi. Andai saja Chika tau bahwa dirinya juga tidak mau seperti ini, namun keadaanlah yang memaksa.

"Aku mohon, Kak, aku mohon." ucap Chika dengan begitu lirih.

Merasa tidak tega, Vivi akhirnya menganggukkan kepala. Dia juga sebenarnya selama ini penasaran apa yang ingin dikatakan oleh Chika, apa yang ingin perempuan ini jelaskan. Dia juga sudah terlalu lelah rasanya harus marah-marah atau bahkan langsung pergi meninggalkan untuk menghindarinya.

SERENDIPITY (Vikuy story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang