16. Serendipity's

984 128 12
                                    

Hi! Aku balik lagi buat publish ulang. Vote Coment nya jangan lupa ya semuanya, itu yang buat aku semangat terus buat lanjut hehe☺

Mohon bantuannya semuanya, terimakasih!🤗❤🌻

**********

"Beneran Kak, aku ga tau dan itu bukan aku. Chika ga pernah manggil aku dengan sebutan itu, bahkan dia gatau aku suka bulan. Bahkan, aku juga baru tau sekarang bahwa Chika punya masalah serumit itu, Chika ga pernah cerita apapun soal kedua orang tua nya."

Ucapan Christy terus terngiang di kepalaku. Ternyata sosok Moon yang menelpon Chika pada malam itu bukan Christy. Aku sudah menanyakan dan menceritakan semuanya kepada Christy, tapi Christy tetap bilang itu bukan dirinya.

Bahkan kata Christy, mereka berdua tidak punya nama panggilan seperti itu atau Chika memanggilnya dengan sebutan Moon walau dirinya suka bulan. Chika saja tidak tau Christy suka bulan.

Lalu, siapa Moon itu?

Sosok itu benar-benar menganggu pikiranku. Aku penasaran siapa orang itu. Orang yang terlihat dekat sekali dengan Chika.

Aku memandang ke depan pada hamparan rumput hijau lapangan futsal yang terlihat sudah sepi. Tak ada lagi siswa yang tengah asik bermain sepak bola karena bel istirahat sudah nyaring berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Tadi kami baru selesai olahraga juga sebenarnya. Maksudku, kelasku.

Aku menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal, sebal kenapa Chika suka sekali membuatku terus berpikir keras tentang nya? Apa itu hobi baru nya?

Merasa pening karena tak kunjung menemukan jawaban apapun, aku merebahkan diri diatas rumput hijau lapangan. Mataku seketika terpejam tatkala sinar matahari merangsek masuk ke dalam retina mataku.

Untung tidak terlalu panas juga karena aku merebahkan diri dibawah pohon rindang yang memang disediakan di pinggir lapangan.

Aku menarik tangan kiriku untuk kujadikan bantalan kepala lalu mengela napas pelan. Menikmati angin yang berhembus dan menyapu lembut wajahku.

"Hah...." setidaknya hal ini sedikit membuatku tenang. Pikiran aneh itu juga perlahan menghilang.

Lama aku berdiam diri sembari merebahkan tubuh di lapangan futsal ini, aku mulai merasakan suasana menjadi sangat gelap, sinar mentari seolah menghilang.

Aku mengernyit kening dengan mata yang terpejam, lalu detik berikutnya aku merasakan ada yang menyapu lembut kulit wajahku namun terasa geli, ini bukan angin, ini terasa seperti bulu halus atau rambut.

Tunggu? Apa ini?

Buru-buru aku membuka mata untuk melihat apa yang sebenarnya menyapu wajahku. Dan betapa terkejutnya aku saat mataku telah terbuka, ada wajah yang sangat dekat sekali di atas wajahku.

"Hai!" Seseorang itu menyapa, tapi aku masih tidak tau itu siapa karena rambutnya yang menutupi pandanganku. Terlebih karena memang ia membelakangi sinar matahari. Hanya samar-samar siluet seorang perempuan yang terlihat.

Aku refleks berteriak histeris dan segera bangkit. Namun sialnya, saat aku mengangkat kepala lebih dulu, keningku malah menabrak hidung perempuan itu.

Dug!

Dug!

"Auw!"

"Doh!!"

Kami berdua sontak mengaduh kesakitan. Aku kembali terjungkal ke bawah dan orang itu menjauhkan kepalanya. Aku mengusap keningku sendiri.

SERENDIPITY (Vikuy story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang