20. Serendipity's

980 139 7
                                    

Oke guys, sesi publish ulang kali ini cukup sampai di part 20 aja dulu ya.

Voteee ayooo, comment jugaaaaa! Mohon bantuannya! Terimakasihhhh😭❤🤗💖

**********


"Gimana lutut lo?"

"Gimana lutut Kakak?"

Kedua alisku terangkat ketika mendengar sebuah pertanyaan yang sama dari kedua orang di depanku.

"Dih? Kompak banget nanyanya. Lagian pertanyaan kalian tuh salah, udah jelas-jelas kan kaki Vivi lagi ga baik-baik aja." Jawab Jessi sembari menatap Mira dan Chika secara bergantian.

Sepertinya Jessi masih kesal pada Mira yang menghukumku. Gadis itu menyilangkan kedua tangannya dan memperhatikan kami bertiga.

Sedangkan Mira dan Chika saling melirik satu sama lain sebelum kembali membuang pandangan mereka ke sembarang arah. Mereka terlihat enggan memandang satu sama lain, aneh sekali.

Sudah tau kan bahwa aku dihukum oleh Mira? Yang katanya aku melupakannya dan juga tak memberitahunya soal aku yang bekerja.

Jadi tadi pagi saat aku baru sampai di kelas, aku melihat Mira tidak duduk di sampingku melainkan duduk di bangku depan kami. Saat ku tanya kenapa ia pindah, ternyata ia masih marah.

Tentu saja aku berusaha meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Awalnya ia tidak mau mendengarkan, bersikap acuh dan hampir membuatku pasrah, sampai ia bilang bahwa akan memaafkanku tapi dengan satu syarat, yaitu,

Aku mau di hukum untuk menebus semua kesalahanku.

Iya, di hukum, disuruh lari keliling lapangan sepuas hati Mira.

Awalnya aku tak terima karena tidak masuk akal saja cuma karena hal sepele seperti ini, tapi ia mengancam tidak akan memaafkanku sampai kapanpun jika aku tidak mau melakukan itu, jadilah terpaksa aku harus melakukan hukumannya.

Setelah kejadian itu, sampai membuat aku ambruk karena lututku yang tiba-tiba saja berdenyut tidak tau kenapa, membuat Mira akhirnya menyuruhku berhenti dan buru-buru membawaku ke UKS bersama Chika dan Jessica.

Tadi sudah di periksa oleh temanku Dey, anak PMR sekolah ini. Tapi Dey tidak bisa memastikan apa yang terjadi pada lututku, ia bilang ini kasusnya masih sama seperti lututku waktu itu jadi ia menyarankan untuk aku pergi kerumah sakit lagi saja nanti untuk memastikan karena lututku terlihat bengkak.

Ah, kerumah sakit? Aku bahkan belum kerumah sakit sama sekali untuk memeriksa lututku. Biar saja, aku rasa ini akan baik-baik saja kok.

Aku menegakkan tubuhku, melihat Chika yang menatapku dengan khawatir begitu pula dengan Mira, baru saja Chika terlihat ingin berbicara padaku tapi ia urungkan ketika mendengar suara dentingan ponselnya berbunyi.

Wajah Chika memberengut ketika memandang ponselnya, lalu aku pun bertanya, "Ada apa?"

Chika menatapku dan mendengus. "Udah ada guru di kelas kata Christy."

Aku mengangkat satu alisku, kemudian terkekeh. Apa itu terlihat salah sampai membuat wajah sebalnya tertekuk?

"Ya udah masuk gih."

"Tapi kamu gimana?"

"Ga ap--"

"Ada gue." Aku dan Chika menoleh, melihat Mira yang memotong ucapanku, gadis itu bersedekap dada sembari mengangkat satu alisnya seolah bertanya.

SERENDIPITY (Vikuy story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang