18. Serendipity's

793 128 4
                                    

Kalo males comment karena udah baca, vote aja ga apa-apa kok, setidaknya ku merasa di hargai dan di bayar dengan itu🤗

Kalian tau itu yg buat para author pada smgt buat terus berkarya karena ada balasannya hihi❤

Terimakasih semuanya!🤗❤🌻

********

Dua minggu kemudian...

Di lapangan basket SMA Harapan 2 Jakarta tengah berlangsung sebuah pertandingan basket. Ya tentu saja basket dong, tidak mungkin lompat tali. Terdengar riuh tepuk tangan dan sorak sorai penonton dari pinggir lapangan.

Tak terkecuali seorang gadis berparas manis yang mampu menyihir orang-orang disekitarnya dengan magis, tapi tidak suka buah manggis.

Siapa lagi kalau bukan Vivi, si anak keren, manis, baik hati tapi sedikit sombong. Ada yang mau protes?

Iya aku, Vivi. Sedari tadi tidak berhenti meneriaki sebuah nama yang benar-benar begitu mengagumkan dimataku.

Lihat saja, betapa lihainya dia mendribble bola basket itu kesana-kemari. Belum lagi shotnya selalu tepat sasaran melesat masuk melewati ring lawan.

Chika.

Dia sedang fokus memperhatikan gerak-gerik lawannya. Tangannya berusaha mencuri bola yang sedang memantul itu. Ketika lawannya bergerak ke arah kiri, ia ikut ke kiri. Begitupun ketika lawan hendak mengecohnya, bukan Chika namanya jika mudah dikelabui segampang itu.

Apakah kalian bertanya-tanya?
Kalau tidak, aku akan tetap menjelaskan. Sudah arahan dari authornya, jika tidak diikuti, bisa-bisa aku dipecat jadi pemeran utama cerita ini.

Tepat dua minggu yang lalu, aku meminta pada Chika untuk menerima tawaran Gito yang memintanya untuk membantu tim basket putri sekolah kami. Tidak butuh waktu lama, esoknya Chika menghubungiku dan menyetujui permintaanku-tidak-permintaan Gito melalui aku sebagai perantaranya.

Dan disinilah kami sekarang. Chika yang tengah bertanding ditengah lapangan sana. Lalu aku yang setia meneriaki namanya dari pinggir sini.

Jangan tanya betapa girangnya Gito saat aku memberinya kabar baik ini. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Pun Chika, ia juga senang bisa membantu.

"Ayo semuanya, kita dukung sekolah kita!" teriakku pada teman-teman yang ikut menjadi suporter.

"Chika semangat Chika!"

"Harapan Dua Juara!"

"Chikaaaa!!"

"Chikuy semangaaaatttt!"

"SEMANGAT GUMMY!" aku ikut meneriakan sorak penyemangat untuk Chika tak kalah lantang.

Tenggorokanku serasa sakit saat aku berteriak dengan seluruh kekuatanku.

Tapi tak apa, jika itu Chika, sampai pita suaraku putus juga aku rela.

Aku melihat Chika kembali berhasil mencuri bola dari tangan lawan. Kemudian ia melesat maju dengan teman timnya yang ikut maju ke depan.

Dihadapannya ada dua orang lawan yang menghadang. Dengan cekatan ia mengoper bola pada temannya yang ada dibelakangnya, kemudian ia melakukan gerakan memutar dan menyalip ke tengah diantara kedua lawannya. Lalu ia menerima kembali operan bola dan melaju dengan gesit menuju ring lawan.

Tapi sayangnya, ia kembali dihadang oleh lawan yang postur tubuhnya lebih besar darinya.

Tak kehabisan akal, Chika terlihat mencari teman-temannya. ia melempar bola itu kesamping dengan mengecoh lawannya. Ia pun segera keluar dari area three point. Ia melambai pada rekannya karena ia kosong dan inilah kesempatan terakhir mereka untuk mencetak skor.

SERENDIPITY (Vikuy story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang