28. Serendipity's

1.5K 193 182
                                    

Hay! Jan lupa di vote comment ya!
Jangan males, mari saling menghargai satu sama lain. Biar diriku juga makin smgt kalo rame hehe💕

Maaci semuanya!
Maaf kalo ada typo atau ada kata" yang kurang ya.

Happy reading! Enjoy!🌻✨

****************

Aku menunduk memandang lututku yang biru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku menunduk memandang lututku yang biru. Entah apa yang terjadi pada lututku sebenarnya, selalu saja seperti ini setiap kali aku melakukan hal berat yang berhubungan dengan kaki, ia akan kembali terasa ngilu dan nyeri.

Aku menghembuskan nafas panjang. Sungguh miris. Hatiku terluka, fisikku pun ikut terluka juga, apa sebegitu parahnya efek dari patah hati? Membuat seluruh jiwa nan raga ku perlahan-lahan terkikis?

Cinta pertama yang menyayat hati. Ini kali pertamanya aku jatuh hati pada seseorang. Maksudku, aku tidak pernah seyakin ini sebelumnya dalam masalah jatuh cinta.

Karena kalian tau? Setiap kali aku di dekati oleh seseorang, aku selalu merasa tak yakin, selalu merasa biasa saja. Susah untuk aku memiliki rasa dan membuka hati, dan itu terus berulang kali di setiap orang yang mendekati.

Berbeda dengan yang kali ini, aku merasa yakin dan merasa benar.

Namun sialnya, disaat aku telah yakin dan percaya, hatiku malah di patahkan oleh kenyataan yang ada. Dia orang yang aku cintai, ternyata sudah mencintai yang lain, sudah ada kebahagiaan lain yang dia dapat selama ini, yang aku kira dia hanya bahagia denganku.

Karena kalian tau, kan? Selama ini dia seolah bersikap hanya aku lah yang mampu membuatnya tenang, senang, nyaman, dan bahagia. Hanya aku yang mampu mengobati segala luka di hatinya. Namun ternyata aku salah, aku terlalu percaya diri. Hal itu malah sebaliknya, malah aku yang merasa seperti itu sebenarnya, bukan dirinya, betapah bodohnya aku.

Menyedihkan.

"Bahkan lo juga bohong soal lutut lo."

Suara pelan seseorang di depanku menyapa, membuatku segera mendongak lantas menangkap sosok Mira yang kini berdiri di depanku dengan bersedekap dada, di sampingnya ada Christy. Mira terlihat menatapku dengan datar kemudian menghela nafas pelan. "Lo bilang udah berobat ke Dokter, nyata nya belum sama sekali."

Aku kembali menunduk dengan rasa bersalah, entah dari mana Mira tau bahwa aku memang belum ke dokter sama sekali untuk memeriksa lututku. Aku hanya mampu bergumam pelan, mengucapkan kata klasik yang mungkin sudah bosan Mira dengar.

"Ma-maaf." Hanya itu yang mampu aku ucapkan, lidahku terlalu kelu untuk mengeluarkan kata yang lebih panjang. Tepatnya, otakku sedang tak berjalan dengan baik menyusun kata demi kata untuk menenangkan Mira yang kini terlihat marah.

"Lo ga bosen apa minta maaf terus? di ulang, maaf lagi, di ulang lagi, maaf lagi. Lo ga bosen? Hah? Ga capek?"

Hatiku meringis mendengarnya, nada bicara Mira terdengar memelas. Aku melihat Mira dengan sedih, jujur melihat Mira sekarang ini rasanya aku ingin menangis, ntah karena perasaan rindu padanya, atau karena rasa bersalah, atau karena memang aku sedang sedih atas semua masalah yang menimpaku saat ini.

SERENDIPITY (Vikuy story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang