30. Serendipity's

1.4K 195 145
                                    

Budayakan vote and comment!
Mari menghargai satu sama lain.

Ohya kalo kalian dah selesai baca, tolong di akhirnya jangan langsung di skip ya, ada sedikit pengumuman penting buat kalian di bawa sana🙊

Inget! Jangan di skip!
Pipipippp calon mantuuu😂😂

Maaci yaaa🌛💕
Happy reading! Enjoy!🤗👻✨

Maaci yaaa🌛💕Happy reading! Enjoy!🤗👻✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seminggu berlalu...

Vivi menghela nafas panjang, ia terus memperhatikan wajah Ayahnya yang pucat sembari menggenggam tangannya yang terasa dingin. Ini sudah seminggu, namun belum ada perubahan yang signifikan. Sebenarnya Ayahnya sempat sadar setelah tiga hari disini. Namun entah mengapa, kondisinya tiba-tiba kembali drop.

Vivi mengusap lembut punggung tangan Ayahnya dan terus berdoa dalam hati agar ia cepat sadar kembali. Saat sedang fokus memperhatikan guratan senja pada wajah sang ayah, Vivi mendengar derit pintu terbuka kemudian menoleh dan mendapati Gaby yang berjalan ke arahnya. Tangan Gaby penuh oleh kantung plastik yang mengeluarkan aroma harum dan menggelitik indera penciuman Vivi serta berhasil menggoda lambungnya untuk bereaksi.

"Makan dulu yuk, kita belum makan dari tadi pagi."

Vivi mengangguk, ia segera bangkit dan mengikuti Gaby duduk di sofa. "Nih, makan yang banyak." Gaby memberikan satu kotak nasi kepada Vivi dan diterima dengan senang hati.

Mereka menyantap makanan masing-masing dalam hening. Gaby melirik Vivi yang terlihat lahap menghabiskan makanannya. " Nah gitu dong diabisin kalo makan tuh."

Vivi melirik Gaby, tersenyum kecil dan menyendokkan nasi ke dalam mulutnya lagi. Memang sudah semingguan ini Vivi sangat tidak berselera makan, hanya Ayahnya yang ia pikirkan. Gaby yang sudah menyelesaikan makannya terlebih dahulu pun menyodorkan ponsel milik Vivi. "Nih, ponsel lo."

Vivi terdiam melihat ponselnya yang masih dipegang oleh Gaby. Rasanya sudah lama sekali ia tak melihatnya. Atau bahkan mungkin tak peduli.

"Mau sampe kapan lo kayak gini? Kasih kabar ke temen-temen lo, mereka pasti khawatir sama lo, kasian mereka. Ini juga udah mau seminggu lo ga masuk sekolah Vi, pihak sekolah pasti marah lo ga masuk tanpa kabar kayak gini."

Memang sudah hampir satu minggu ini Vivi tidak masuk ke sekolahnya dan tidak memberi kabar kepada siapapun. Sebenarnya Vivi memang agak sedikit khawatir mengenai absennya, tapi mau bagaimana lagi? Vivi lebih khawatir lagi mengenai Ayahnya dibanding apapun itu.

Sebenarnya bukan hanya karena itu alasannya. Yaa, kalian tau. Mungkin Vivi terlalu lebay dan mendrama, tapi Vivi masih belum bisa bertemu dengan dia.

"Hari senin besok pokoknya lo harus masuk sekolah, kaki lo juga udah baikan, kan? udah bisa jalan dengan benar, kan? Gue yang anterin, lo ga perlu naik motor."

SERENDIPITY (Vikuy story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang