Bagian Tujuh

2.6K 534 92
                                        

Jingga masih menghabiskan sarapannya ketika Mommy memberitahu ada yang menunggunya di depan.

"Siapa Mom?" tanya Jingga dengan raut penasaran. Perasaan dia tidak ada janjian dengan Erina untuk berangkat sekolah bareng.

"Kamu lihat aja," jawab Mommy sok misterius. Jingga cemberut tetapi dia segera beranjak keluar.

Jingga terdiam melihat kehadiran Langit yang berdiri di sebelah motornya. Lelaki itu menyunggingkan senyuman tipisnya. Jingga mendadak kesal, setelah semalaman tidak membalas chatnya, pria itu muncul dihadapannya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Ayo berangkat bareng," ajak Langit sambil mengangsurkan sebuah helm berwarna putih yang baru dia beli.

"Aku gak mau jadi bahan omongan orang di sekolah kak," jawab Jingga menolak.

"Kenapa harus menolak? Kita kan memang pacaran," ucap Langit dengan santai kemudian dia melangkah mendekati Jingga.

"Apaan. Idih enggak ya kak!" Jingga menolak. Untuk kedua kalinya, Langit mendapat penolakan dalam waktu yang kurang dari 24 jam.

"Kemarin kan gue udah kasih lo pilihan, temenin gue atau jadi pacar gue. Kemarin lo gak nemenin gue," jelas Langit.

"Kok kakak maksa sih? Kan aku gak mau," ucap Jingga merasa kesal.

"Alasan lo gak mau apa?" Langit menatap Jingga dengan wajah serius. Jingga tampak mengerutkan kening, berusaha mencari alasan.

"Karena kakak gak cinta sama aku."

"Oke, gue cinta sama lo. Jadi kita pacaran."

Jingga membulatkan matanya karena kaget. Ungkapan macam apa itu?

"Katanya kemarin enggak? Aku tuh mau yang serius kak," jawab Jingga. Langit berdecak, ribet juga berurusan dengan gadis cebol ini. Tapi Langit gemas, gimana dong?

"Usia lo masih di bawah umur, belum bisa gue seriusin."

Entah kenapa, Jingga merasakan wajahnya menghangat mendengar ucapan Langit.

"Kita pacaran. Ayo berangkat." Langit menarik pelan tangan Jingga.

"Oke."

"Oke apa?"

"Kita pacaran dan berangkat sekolah."

Langit tersenyum tipis mendengar penuturan Jingga. Setidaknya hanya dengan cara ini dia bisa melindungi Jingga dari Gara.

Jingga seolah melupakan peringatan Cassy dan Elias agar tidak berurusan dengan Langit. Nyatanya ini lebih parah dari insiden dua minggu yang lalu. Kali ini mereka kembali berangkat ke sekolah bersama dengan menggunakan motor walaupun kali ini status mereka berbeda. Pacaran.

🌞

Berita Langit dan Jingga berangkat sekolah bersama tentu saja sudah tersebar hingga seantero sekolah. Saat jam istirahat, Jingga beranjak menemani Erina untuk mengembalikan buku di perpustakaan.

"Eh Orange!"

Hanya satu orang yang memanggil Jingga dengan Orange. Gara. Erina sedang mengembalikan buku di dalam perpustakaan sedangkan Jingga memilih menunggu di luar dan seketika dia menyesali perbuatannya.

"Iya kak?"

"Minta nomor ponsel lo dong." Gara mengangsurkan ponsel mahalnya pada Jingga.

Siswa yang bersekolah di Jakarta International School memang sebagian besar berasal dari kalangan atas, kecuali yang mendapat beasiswa penuh, itupun hanya 10 orang dari setiap angkatan. Dan termasuk orang-orang pilihan yang berprestasi.

LANGIT JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang