🌺 9. Kerjasama yang baik

78 46 7
                                    

"Hai lihatlah dia jelek banget" kata Tia saat melihat gadis berkacamata yang rambut nya dikepang dua.

Rayna langsung melihat kearah yang sedang Tia lihat sekarang. Rayna langsung tertawa kecil kemudian menggerakkan tangannya menginstruksikan agar cewek itu mendekat kepadanya.

Rayna menepuk pundak cewek tersebut kemudian melihat dia dari atas sampai bawah. "Bagus, lu nurut sama gue. Kalo lu pake kek gini kan cantik" katanya Rayna tersenyum senang.

Tia dan Rosi tertawa saat mendengar perkataan Rayna barusan.

"Asli cantik banget lu Fit" kata Rosi sambil memfoto Fitri dari dekat.

Fitri hanya bisa tertunduk diam atas perkataan dan perbuatan mereka kepadanya. Fitri hanya menuruti semua perintah Rayna kepadanya kalo tidak akan ada hal yang lebih buruk lagi yang terjadi kepadanya bahkan keluarga nya juga.

Ya, Rayna adalah anak tunggal Gunawan, kepala yayasan sekaligus kepala sekolah di SMA Harapan Indah, sehingga dia bisa leluasa melakukan hal apapun kepada mereka. Ya, mereka anak kurang mampu seperti Fitri dan anak-anak yang menurutnya menjadi penghalang baginya akan mendapatkan perlakuan yang sama tapi dengan cara yang berbeda termasuk Vina.

"Oh iya gue gak liat Vina dari tadi" kata Rayna saat tidak melihat mangsa berikutnya.

"Lu tau dimana dia?" Tanya Rayna seraya menjambak rambut Fitri sehingga yang tadinya dia menunduk sekarang terangkat. Vina menatap Rayna yang ada dihadapannya kemudian menggelengkan kepalanya.

"Dasar tidak berguna!" Gerutunya seraya melepaskan jambak nya.

Rayna mengambil ponselnya yang bergetar di saku jaket yang ia kenakan sekarang. Rayna tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya kemudian mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, kenapa kangen?"

"Temui gue di pintu menuju hutan nanti malem"

"Segitunya kah?" Kata Rayna kemudian tersenyum lebar.

"Oke gue akan kesana, karena lu memaksa" lanjutnya.

"Ya sudah sampai ketemu nanti malem" kata seseorang yang ada di sebrang sana kemudian menutup teleponnya.

Rayna tersenyum malu saat mereka akan ketemu. Pasalnya jarang sekali dia meminta bertemu seperti ini, dan selalu dirinya yang meminta untuk bertemu walaupun selalu ada hal yang membuatnya kesal atas sikap nya yang berbeda saat bersamanya.

"Dari siapa? Kok reaksi lu aneh banget?" Tanya Tia penasaran karena ekspresi Rayna yang malu-malu saat menelepon tadi.

"Lu udah punya pacar? Kok gue gak tau?" Kali ini Rosi yang bertanya.

"Jangan kepo deh" katanya seraya tersenyum penuh arti.

🌺🌺🌺

Aldo menyaku ponselnya kedalam saku celananya kemudian tersenyum saat melihat Vina yang sedari tadi memperhatikan dirinya.

Aldo berjalan kearah Vina kemudian duduk di sampingnya. "Bukan siapa-siapa kok" katanya seraya tersenyum lagi.

"Kamu tau aku disini dari Vira?" Tanya Vina memastikan karena Vira bukanlah tipe orang yang mudah memberikan informasi kepada sembarang orang.

"Oh jadi kembaran kamu namanya Vira" 

Vina mengernyitkan kening bingung saat mendengar jawaban Aldo yang seolah-olah tidak tahu nama sodara kembarnya itu.

"Gimana bisa ka-"

"Jawab dulu pertanyaan aku do!" Kata Vina memotong perkataan Aldo.

"Baiklah. Ya, aku tau kamu di sini dari dia, dan Kenapa kalian bisa terpisah?"

Vina membuang nafas berat kemudian menundukkan kepalanya. "Orang tua kami bercerai ketikan kami masih kecil, dan seandainya Ibu memilih ku untuk tinggal bersamanya pasti hidupku gak akan seperti ini" kemudian air mata dari pelupuk matanya keluar membasahi pipi Vina.

"Gak ada yang namanya pukulan, gak ada yang namanya makian, hiks dan gak ada namanya rasa sakit hiks" Katanya lagi seraya mencoba menahan air matanya agar tidak keluar tapi usahanya itu tidak berhasil air matanya terus mengalir membasahi pipi.

Aldo menepuk pelan punggung Vina mencoba menenangkannya. "Maaf, gue gak bermaksud" katanya seraya mendekap Vina kedalam pelukannya.

🌺🌺🌺🌺

Aldo melihat kearah pintu saat mendengar seseorang menutup pintu rumahnya dengan keras.

"Kenapa?" Tanya Aldo saat melihat Kaka perempuannya pulang dengan kondisi yang bisa dibilang cukup kacau.

"Kakak rasanya ingin menyerah saja" katanya seraya duduk di samping Aldo.

"Mungkin itu ide yang bagus" kata Aldo seraya melihat Erlin yang ada di sampingnya sekarang.

Erlin langsung melirik Aldo tajam saat mendengar perkataannya barusan kemudian berkata. "Kalo ngomong itu yah" seraya mengangkat tangannya ingin sekali ia menjitak kepala adiknya itu tapi ia urungkan.

"Emang selalu benar" sahut Aldo seraya mengacungkan ibu jarinya kemudian tersenyum lebar.

"Are you crazy?!"

"Tunggu, kenapa kamu bisa ada di rumah? Seharusnya kamu ikut kemah wisata sama yang lain" katanya lagi.

"Lah terus kenapa Kaka ada di sini, seharusnya kan mendampingi mereka selaku wali kelas sebelas" tanya Aldo balik yang membuat Erlin semakin kesal.

"Nih anak minta di jitak yah" seraya mengunci leher Aldo dan melemparkan jitakan itu di kepalanya. Aldo kemudian tidak tinggal diam ia berusaha melepaskan diri dari kakaknya itu. Tapi usahanya tidak berhasil alhasil Aldi mendapatkan beberapa jitakan di kepalanya.

"Kakak jahat banget" gerutu nya seraya mengelus-elus kepalanya yang terasa sakit karena ulah kakaknya itu.

"Makanya jangan macem-macem"

"Habis ngapain? Pasti ada hubungannya dengan Paman yah?" Tanya Aldo seraya menyenderkan kepalanya di sofa.

"Ya begitulah. Dah ah kakak mau mandi dulu dan nanti malem Kaka mau kesana, kamu harus ikut!" Seraya bangkit dari duduknya kemudian pergi.

Aldo tersenyum miring sesaat setelah membaca pesan masuk dari ponselnya.

🌿🌿🌿

Makasih sudah membaca dan jangan lupa buat vote dan comment yah

See you next part

Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang