Rayna melirik Vina tajam kemudian berkata. "Inget. Nanti di sana seperti biasa kalo kita pura-pura gak kenal, ngerti!?"
Vira tersenyum miring menanggapi perkataan Raya barusan. "Memang gue gak kenal lu kali. Ngapain pura-pura segala" batin Vira.
"Kali ini lu beruntung bisa ikut studi tour. Karena ayah kasihan sama lu yang gak pernah di ajak jalan-jalan selama hidup mu. Memang menyedihkan!" yang kemudian pergi.
Vira melebarkan matanya menatap tajam kepergian Raya dengan kesal. Dan ternyata memang kehidupan Vina benar-benar menyediakan. Vira kemudian berjalan dengan cepat hingga ia menyamai langkah Raya.
Raya melirik tajam kepada Vira sekarang yang berada di sampingnya. "Memang hidup gue sangat menyedihkan. Tapi gue akan perlihatkan kehidupan menyedihkan itu seperti apa sama lu" seraya tersenyum licik kemudian berjalan ke tepi trotoar dan menghentikan angkutan umum dengan menjulurkan tangannya.
Raya hanya menatap tajam kepergian Vina seraya mengepalkan tangannya kesal.
🌺🌺🌺
"Ah sial!" Umpatnya saat kalah dari permainan yang ia mainkan di ponselnya itu.
Ya, sekarang Vira sedang berada di dalam toilet. Seperti biasa ia lebih memilih bolos daripada mendengarkan peraturan-peraturan dari guru saat studi tour di sana. Vira mulai bosan di tambah dengan perutnya yang terasa lapar karena tadi pagi dia tidak sempat sarapan. Vira mencoba membuka pintu toilet. Tapi pintu itu tidak bisa ia bukan. Vira mencobanya kembali tapi hasilnya sama, pintu itu tidak bisa ia bukan. Kayaknya ada yang sengaja menguncinya dari luar.
"Siapa aja yang ada di luar tolong bukain dong" teriak Vira seraya menggedor pintu kamar mandi.
Vira melihat jam tangannya sesaat. "Sial bentar lagi bus nya berangkat"
Vira mencoba membuka pintu dengan paksa. Dengan cara mendobraknya dengan kaki beberapa kali tapi tetap saja tidak bisa ia buka. "Siapa aja tolong bukain pintunya!" teriak Vira lagi.
"Gue akan bantuin lu keluar, tapi lu harus kasih tau dimana Vina berada" kata seseorang cowok di luar sana.
Vira tertawa hambar. "Sampai kapanpun gue gak akan kasih tau sama lu"
"Baiklah kalo gitu. Tapi lima menit lagi bus nya berangkat" katanya.
Vina berfikir bahwa dia tidak ingin tertinggal bus itu karena rencana yang telah ia susun akan jadi sia-sia.
"Baik! Bukain dulu pintunya"
Klekk
Suara pintu terbuka. Vira menatap tajam cowok yang ada dihadapannya itu sebelum ia menarik kerah baju cowok itu dengan kuat. "Ini semua pasti gara-gara lu kan! Iya kan!?" Sentak Vira.
Cowok itu menyeringai kemudian melepas paksa tangan Vira yang memegang kerah bajunya. "Itu juga bukan kemauan gue, ngerti!?"
"Oh ya?" Kata Vira tidak percaya.
"Cepet kasih tau dimana Vina sekarang!" Katanya sambil menatap Vira tajam.
Vira tertawa hambar kemudian menatap balik tatapan tajam cowok yang ada di hadapannya sekarang. Vira mendekatkan wajahnya pada telinganya dan kemudian berbisik.
🌺🌺🌺
Vina menatap tubuh seseorang yang sangat ia sayangi dengan tatapan teduh. Kenapa? Kenapa bukan dirinya melainkan Vira kembarannya yang berada di sampingnya? Vina juga ingin berada di sampingnya, mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Tapi kenapa Ibu memilih meninggalkannya kepada Ayah yang jelas-jelas tidak menyayangi dirinya?
Vina berjalan menghampirinya kemudian memeluk erat tubuh Ibunya itu dari belakang. Rina tersentak kaget saat dirinya dipeluk dari belakang secara tiba-tiba. Kemudian mencoba melihat siapa orang yang memeluk nya.
"Bikin kaget saja, ada apa emm?" Katanya sambil melepaskan tangan Vina dan berbalik badan sehingga mereka saling berhadapan.
Vina tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya. Mata Rina mulai berkaca-kaca kemudian mencoba tersenyum. "Maafkan Ibu, Vin. Karena ibu tidak bisa merawat mu. Maafkan ibu" katanya seraya memeluk Vina erat.
Vina membelalakkan matanya dan air matanya mengalir dari kedua pelaku matanya yang sedari tadi ia tahan. Vina terdiam tak mampu berkata hanya isakan yang terdengar.
Klenting...
Suara lonceng berbunyi pertanda ada pelanggan datang. Ya, Rina membuka restoran kecil di lantai satu rumahnya.
Rina melepaskan pelukannya kemudian mengelus kepala Vina sebelum berkata. "Ya sudah kita lanjut nanti. Sekarang kamu ganti baju dulu gih"
Vina menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum sesaat sebelum ia pergi ke kamarnya.
Memang benar seorang ibu tahu betul perasaan anak-anaknya.
Setelah selesai mengganti baju Vina turun untuk membantu ibunya di restoran kecil yang ibunya kelola di lantai satu rumahnya itu.
"Sini biar Vina aja yang bawa makanannya" kata Vina seraya merebut nampan dari tangan ibunya saat melihat ibunya hendak mengantar makanan ke meja pelanggannya.
"Oke kalo begitu. Tolong antara ke meja nomor lima yah" suruh Rina seraya tersenyum lebar.
Vina mengantarkan makanan ke meja nomor lima. "Selamat menikmati makanannya" katanya seraya menaruh makanan di meja nomor lima.
Vina membelalakkan matanya kaget saat melihat wajah orang yang ada di hadapannya itu saat melepas topi yang ia pakai untuk menutupi wajahnya itu.
Seluruh badannya terasa lemas seketika dan tangan Vina juga gemetar hingga nampan yang sedang ia pegang terjatuh.
Cowok yang ada di hadapannya itu menatap lekat wajah Vina kemudian tersenyum lebar.
🍃🍃🍃
Oke terimakasih yang sudah membaca cerita ku sejauh ini 😊
See you next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi
Mystery / Thriller[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA JIKA KAMU MENIKMATI CERITA INI!] Vina Kalista merupakan seorang anak broken home dan sekarang ia tinggal dengan ayah dan ibu tirinya yang selalu berbuat tidak adil kepadanya. Saat memasuk...