🌺 17.Cemas 2

19 4 0
                                    

Indra berlari setelah turun dari motor disusul Vina di belakangnya. Langkahnya melambat saat tidak melihat siapa pun disana. Indra menghampiri kursi itu, kursi yang biasa mereka duduki.

"Bagaimana?" Tanya Vina setelah berhasil menghampiri Indra.

Indra hanya terdiam kemudian melihat di sekitarnya mencoba mencari keberadaan Vira tapi tidak ia temukan. "Sebenarnya lu ada dimana sekarang?" Batin Indra kemudian menatap Vina sedikit menyesal karena tidak bisa menemukan keberadaan Vira sekarang. "Maaf sepertinya Vira tidak ada disini"

"Kalau begitu aku pergi" terangnya kemudian pergi meninggalkan Indra.

Vina bergegas pulang ke rumah dan menceritakan semua yang ia simpan selama ini sendiri. Sejujurnya ia sangat putus asa dengan hidupnya selama ini yang selalu mendapat pukulan dari ayahnya dan selalu diperlukan tidak adil di rumah bahkan di sekolah pun ia mendapat bentuk bullying dari teman sekelasnya. Ia kira kehidupan di sekolah akan lebih baik tapi nyatanya sama saja, ia tidak di perlukan baik di manapun hingga ia berfikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Vina menghentikan langkahnya saat melihat ibunya sedang membersihkan meja dari kaca tembus pandang itu. Vina mengepalkan tangannya, mengambil nafas dalam mencoba memberanikan diri untuk memberi tahu semuanya. Ia mengusap bekas air mata di pipi sebelum masuk kedalam. "Ibu, sebenarnya..."

"Ada apa sayang?" Tanyanya seraya berbalik badan. "Kamu habis nangis? Kenapa?" Tanya intan lagi saat melihat mata putrinya itu sembab. Vina kemudian memeluk tubuh ibunya kemudian menceritakan semua yang telah ia alami dari tindakan kekerasan oleh ayahnya sampai tindakan bullying di sekolah.

*********

Intan mengetuk pintu beberapa kali dengan tidak sabaran. "Hendra cepat buka pintunya!" Teriaknya di luar rumah. Tidak lama kemudian pintu itu terbuka memperlihatkan sosok yang saat ini ia cari.

"Dimana anak ku?! Dimana Vira!" Seraya menarik kerah bajunya penuh dengan amarah.

"Lepas!" Sentaknya seraya melepas paksa tangan Intan yang sekarang menarik kerah bajunya.

"Kamu apakan anak ku! Dimana dia sekarang" teriaknya tapi sekarang air matanya mengalir tidak bisa dibendung lagi.

Hendra menyeringai. "Yah apa masalahnya. Sudah ku bilang jangan muncul lagi di hadapan ku!"

"Karena dia anak ku, darah daging ku!" Seraya menatap Hendra penuh kemarahan dan kebencian terlihat jelas di matanya.

Vina hanya terdiam tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat orang tuanya bertengkar sekarang.

"Vira kamu dimana nak?"

Hendra terlihat bingung saat mendengar Intan memanggil nama Vira bukanlah Vina. Hendra menyeringai tidak percaya kemudian menatap tajam Vina yang ada di hadapannya sekarang.

Vina menggenggam rokok saat tangannya mulai gemetar kemudian berlahan menundukkan wajahnya tidak berani menatap wajah ayahnya.

Hendra berlahan melangkah mendekat kepada Vina. "Dasar anak tidak berguna!" Sentaknya seraya mencoba menampar Vina. Tapi sebelum tamparan itu mendarat ada seseorang yang menahan tangannya. Hendra kemudian melihat orang itu.

"Hendra Hermawan anda kami tangkap atas tuduhan kekerasan dan penganiayaan terhadap anak" kata salah satu orang polisi seraya memperlihatkan surat penangkapannya dan seketika itu tangan Hendra langsung diborgol.

"Yah! Apa apaan ini" seraya menatap bingung kedua orang itu yang tiba-tiba menangkapnya.

"Dasar anak tidak tau di untung!" Teriaknya kepada Vina saat dirinya ditarik paksa oleh kedua polisi itu.

Vina perlahan berbalik badan kemudian melihat ayahnya masuk kedalam mobil polisi. Seketika badan Vina lemas kemudian terduduk di lantai.

********

Intan mengehentikan langkah saat melihat Lina, mantan sahabatnya sekaligus orang yang telah merebut suaminya. Sakit hati karena di khianati masih ada sampai sekarang, tapi taka apa sekarang ia beruntung bisa terlepas dari orang orang yang mengkhianatinya. Iya kemudian menghampiri Lina. "Dimana Vira sekarang!" Katanya penuh penekanan seraya menatapnya tajam.

Lina menyeringai kemudian berkata. "Keluar sekarang!"

"Yah! Apa kau puas sekarang?!" Teriaknya lagi kemudian menatap Intan tajam.

Intan terkekeh. "Tentu saja aku sangat senang" setelah itu tersenyum lebar.

Intan mencekal lengan Lina saat berusaha menamparnya. Intan menyeringai. "Kalian sangat cocok sama kasarnya"

Intan berjalan kearah kamar putrinya itu, tapi langkahnya terhenti saat melihat gadis yang umurnya tidak jauh dari putrinya itu dengan tatapan dingin. Intan kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar putrinya dan setelah sampai ia langsung mengetuk pintu dan mencoba membukanya tapi tidak bisa karena terkunci. "Vir kamu di dalam nak?" Kata Intan yang kembali mengetuk pintu.

"Ibu, Vira di dalam" sahutnya dan beberapa detik kemudian suara gebrakan terdengar dari dalam. "Tolong keluarin Vina dari sini" terangnya seraya menangis.

"Tenang sayang, dan menjauh dari pintu." Intan kemudian mencoba mendobrak beberapa kali pintu itu tapi tidak bisa. Tidak lama kemudian gadis yang ia lihat tadi berjalan mendekat dan memberikan kunci kepadanya. Intan segera membuka pintu itu dan langsung memeluk putrinya itu dengan erat.

"Kamu akan baik baik saja, ibu ada di sini" terangnya seraya mengelus punggung Vira.

🌿🌿🌿

Jangan lupa vote yah
See you next part

Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang