🌺 14. Vina

38 11 5
                                    

Vina melihat Rina yang saat ini sedang membersihkan meja kemudian melirik jam dinding klasik yang terpasang pada tembok restoran kecil milik ibunya itu. Vina bergegas menghampiri ibunya kemudian merebut paksa kain yang saat ini sedang digunung untuk memberikan meja. "Biar Vina bantu"

Rina melihat Vina. "Gak usah, mending kamu belajar saja di atas" katanya seraya ingin merebut kain yang saat ini sedang Vina pegang. Tapi sebelum Rina merebutnya Vina langsung mengumpatkannya di belakang tubuhnya.

"Gak papa Bu, Vina ingin membantu pekerjaan ibu" katanya seraya tersenyum lebar.

"Dan setelah ini Vina janji akan belajar"

Rina menepuk bahu putrinya kemudian tersenyum. "Janji yah setelah ini belajar?"

Vina menganggukkan kepalanya kemudian melanjutkan mengelap meja. Rina terus memperhatikan putrinya tersebut dan sesekali tersenyum kecil saat melihat Vira mengerjakannya dengan serius beda sekali dengan sodara kembarnya yang selalu terkesan santai dan tidak serius kalau mengerjakan sesuatu.

Rina terus melihat putrinya itu sampai ia melihat ada sesuatu yang membuatnya risih. Rina kemudian langsung menghampiri putrinya itu. "Vin, kenapa dengan lengan kamu?" Tanya Rina saat melihat tangan putrinya itu sedikit memar.

Vina langsung menyembunyikan kedua tangannya di belakang tubuhnya. "Gak papa kok Bu"

"Sini biar ibu lihat"

Vina mundur satu langkah saat ibunya hendak meraih tangannya. Rina melihat tingkah putrinya itupun semakin curiga.

"Sini biar ibu lihat!" Tegasnya seraya meraih tangan Vina kemudian menggulung lengan baju Vina yang panjang. Ia melihat beberapa luka memar di lengan putrinya.

"Ini tangan kamu memar Vin, gak papa gima coba?"

Rina kemudian mengecek lengan Vina yang satunya dan disana juga terdapat beberapa luka memar. "Coba ceritakan semuanya sama ibu kenapa"

"Vi-vina jatuh karena gak hati hati makanya begini"

Rina menatap Vina tidak percaya apa yang barusan putrinya katakan. Mana ada jatuh sampai lebam-lebam begitu. Rina coba mengecek badan Vina, dirinya sangat terkejut saat melihat seluruh badannya lebam dari kaki sampai lehernya pun juga lebam dan Rina di buat semakin kesal saat didapati luka bakar di bahu Vina. Mungkin luka itu di akibatkan karena sebatang rokok yang di sulutkan pada bahunya hingga mengakibatkan luka bakar disana.

Rina langsung memeluk putrinya sedih, karena ia tidak bisa menjaga Vina dengan baik. Dan ini merupakan penyesalan terbesar bagi dirinya karena sudah menitipkannya kepada ayahnya yang tidak bisa dipercaya.

"Tolong ceritakan semuanya sama ibu sayang" katanya seraya mengelus punggung Vina. Air matanya mengalir saat melihat putrinya tersiksa dan sangat menderita karenanya yang telah menitipkan kepada ayahnya yang brengsek itu.

Vina pun membalas pelukan ibunya air matanya sudah membasahi pipinya yang tidak bisa ia tahan lagi selama ini. Ia selalu berlagak seolah baik baik saja, tapi nyatanya rasa sakit dan siksaan yang selama ini ia dapat tidak bisa ia sembunyikan lebih lama lagi.

Flashback

Vina tersenyum lebar. Kemudian ia lihat lagi kertas ulangan yang saat ini ia pegang. Kali ini ia akan menunjukkan bahwa dirinya juga bisa berprestasi seperti saudara tirinya, Raya.

Langkah Vina terhenti saat melihat Raya berlari kecil menghampiri ayah dengan membawa kertas hasil ulangannya juga. "Yah lihat Raya menjadi peringatan satu di kelas" katanya dengan bangga seraya memberikan kertas ulangan.

"Wah, anak ayah memang hebat" katanya seraya mengacungkan jempolnya.

Melihat reaksi ayahnya itu bangga melihat nilai yang di dapatkan Raya seketika itu Vina menundukkan kepalanya. Ia hanya mendapatkan peringkat ketiga yang tidak seberapa dibandingkan Raya yang selalu mendapatkan peringkat pertama. Dirinya sering di banding bandingkan dari kecil dalam hal apapun. Dirinya juga sangat iri pada Raya karena semua yang ia inginkan selalu terkabul, tidak seperti dirinya seberapa pun ia berusaha tetap saja tidak ada yang berubah semuanya sia-sia terutama mendapatkan hati dan perhatian ayahnya.

Sarah, ibu tirinya yang kebetulan melihat Vina sedang berdiri di tangga sambil memegang kertas ujiannya menatap suami dan anaknya dengan ekspresi kesal. "Sampai kapanpun, kamu tidak akan bisa menggapai apa yang kamu inginkan." Tegas Sarah.

"Dasar parasit" katanya lagi kemudian menyeringai.

🌺🌺🌺

See you next part

Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang