26

185 26 18
                                    

Masih di hari yang sama ketika Draco mengalami insiden tali sepatu...



"Beneran kamu nggak papa? Kalau mau aku bisa minta ijin ke wali kelas buat nganterin kamu pulang."

Astoria telah menanyakan hal yang sama untuk keenam kalinya dalam kurun waktu 30 menit setelah Draco kembali ke kelas. Draco sebetulnya gembira sekali mengetahui bahwa Astoria begitu memperhatikannya, namun di sisi lain ia tak bisa berhenti memikirkan satu hal yang mengganjal benaknya sejak beberapa waktu yang lalu.

Hermione

"Draco! Tuh kan kamu ngelamun, pasti pusing lagi ya? Berdiri deh aku anterin ke wali kelas!"

"Eh, aku nggak papa, Tori. Cuma mikirin sesuatu aja tadi."

"Kamu jangan mikirin yang berat-berat dulu, tadi abis jatuh juga. Nanti kalau ada apa-apa—"

"Iya, Tori~ aku nggak papa kok, kamu jangan panik gitu deh, hahahaha!"

Draco mengusap puncak kepala Astoria, gadis itu jadi tersipu seketika. Setelah itu ia tak lagi secemas sebelumnya dan memutuskan untuk kembali ke bangkunya sendiri.

DDRRTT

"Eh geter anying." Umpat Draco tiba-tiba tatkala ponsel di saku celananya bergetar. Ia buru-buru membuka ponselnya sebelum guru mapel selanjutnya datang.

"ULTAH MOMMY = 1 d 15h 26m 12s left"

"Astaga, gue lupa besok lusa bunda ultah! Mampus belum beli kado dari Swedia." Draco auto bingung sendiri. Pasalnya tahun lalu ia berjanji pada Narcissa bahwa ia akan memberinya kado yang didatangkan langsung dari Swedia. Berhubung ia belum memiliki pengaruh sebesar Lucius, maka pre-order harus dilakukan minimal seminggu sebelumnya. Ia pun buru-buru menelpon sang bapak untuk meminta pencerah—pertolongan maksudnya.

"Halo? Bapak?"

"Waalaikumsalam."

"Eh iya lupa. Assalamualaikum, Pak."

"Ngapain sih nelpon bapak? Kayak jones aja."

"Idih, aku nggak bakal nelpon kalau nggak penting. Bapak udah nyari kado buat bunda belum?" Draco berusaha sabar. Lucius memang selalu nyebelin kalau ditelepon seperti ini.

"Kado?"

"Iyaaa, dua hari lagi kan bunda ultah."

"..."

"Pak? Weh jangan bilang bapak lupa?! Wakakakakak!" Draco meledek Lucius penuh kedurhakaan. Untungnya di kelas belum ada guru jadi mau ngakak sekencang apapun masih bebas.

"Dasar anak kurang study! Bapak tiap hari ngitung mundur ultahnya bunda, enak aja kamu ngomong bapak lupa!"

"Iya deh iya... terus bapak beliin bunda kado apa?"

"Hmmm... rahasia lah. Ngapain tanya-tanya? Oooohhhh... kayaknya kamu nih yang lupa ultahnya bunda, wekekekekek!"

"Au ah. Sebel lama-lama nanyain bapak."

"Lah kok malah mar—"

Draco memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak, lantas merebahkan kepalanya di atas meja. Ia mendengus kesal, bagaimana bisa dia lupa akan ulang tahun Narcissa dan janji kadonya. Di tahun-tahun sebelumnya hal seperti ini tak pernah terjadi padanya. Draco selalu mempersiapkan hadiah terbaik untuk setiap ulang tahun Narcissa dan Lucius dengan perencanaan matang. Sehingga ketika rencananya tiba-tiba melenceng begini ia jadi kesal luar biasa.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang