6

283 35 8
                                    

“Drake?”

Sepasang bola mata Draco hampir keluar ketika mendapati sosok yang sangat dikaguminya akhir-akhir ini, datang dan memanggil namanya. Ya, si Astoria itu. gadis ini tersenyum kikuk saat berhadapan dengan Draco.

“Eh, Tori—ada apaan?” tanya Draco sambil berusaha mengatur nafasnya. Ia merasa sangat gugup saat ini.

“Itu... ayah kamu nungguin di depan. Tadi aku disuruh manggilin kamu.” Jawab Astoria tak kalah gugup. Draco sempat salting karena Astoria menggunakan ‘Aku-Kamu’. Bukan ‘Lo-Gue’ seperti kebanyakan teens jaman now.

“Oh, o-oke. Ka-kalo gitu... aku... duluan ya?” ucap Draco patah-patah. Dia akhirnya juga memakai kata ‘Aku-Kamu’ untuk menghormati Astoria. Gadis itu hanya mengangguk sambil
tersenyum manis.

“Hoi, Draco! Ngapain pula kau disitu? Sini cepat!” Lucius sudah berteriak-teriak di luar gerbang.

Draco mendengus melihat kelakuan bapaknya itu. Lucius kan orang Jawa. Sok-sokan pakai bahasa daerah lain.

Draco menyunggingkan senyumnya kepada Astoria sebelum ia menghampiri Lucius yang sudah menunggunya. Memang dasar bapak-bapak jaman now, Draco memergoki Lucius sedang nge-live di Instagram.

“Yaahh... jadi beginilah kehidupan saya sebagai seorang bapak yang baik. Kayak sekarang ini, saya lagi ngejemput anak semata wayang saya Tengku Draco al—eeehh”

“Bapak ngapain, pak!” Lucius langsung mematikan hp-nya dan memasukkan ke dalam saku. Dia berusaha membuat mimik muka yang biasa saja. tapi malah kelihatan sekali kalau Lucius sedang berbohong.

“Aahh... ndak, ndak papa. Cuma video call-an sama temen.”

“Ngapusi -_-“

🎬🎬🎬

Draco sibuk mengusap-usap layar ponselnya sambil menggigiti jarinya. Dia sedang mengunjungi online shop. Tentu saja, dia ingin membelikan sesuatu untuk Hermione sebagai permintaan maafnya. Tapi Draco bingung sekali. Masalahnya, selera Hermione sangat tidak biasa untuk ukuran seorang gadis remaja. Contohnya, Hermione suka aroma rumput basah dan odol stroberi. Mana mungkin ada parfum yang beraroma seperti itu?

“Draco? Kamu ngapain, nak?” Narcissa masuk ke kamar Draco sambil membawa semangkuk gelato. Karena tak mendapat respon, Narcissa yang sudah dasarnya kepo pun mencuri-curi lihat ponsel Draco. Seketika ia langsung menjerit heboh.

“Loh, bun! Bunda kapan masuk ke sini?!”

“Heh, kamu ini minta disunat lagi ya?! Ngapain belanja barang-barang cewek?!” gertak Narcissa, membuat Draco seketika langsung bersimpuh dihadapan Narcissa.

“Jangan, buuunn! Jangan disunat lagi, pliiiiiissss! Aku cuma mau beliin hadiah buat Hermione!”

Alis Narcissa terangkat sebelah. Sepertinya ia sudah menguasai amarahnya. “Hermione? Emangnya dia ulang tahun?”

“Ng...enggak.” Draco menggaruk punggungnya yang tidak gatal. Narcissa langsung memicingkan matanya curiga.

“Bohong ya kamu. Kenapa tiba-tiba mau ngasih hadiah ke Hermione? Kalian pacaran?”

“Aduuuuh, bukan, bun. Tadi aku sama dia... berantem.”

Narcissa langsung mencengkeram bahu Draco. Ia menatap putranya itu lekat-lekat. “Kamu apain dia?”

*ngapusi = bohong

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang