12

248 33 3
                                    

BRAK!

Draco terhempas dari mimpinya seketika. Dia celingukan mencari sumber suara. Padahal tadi ia sedang asyik-asyiknya memimpikan sosok Emma Watson yang membelai wajahnya. Namun tatkala suara laknat itu terdengar, sang Emma Watson langsung menampar Draco yang membuatnya terbangun. Benar-benar malang.

BRAK!

“Heh, kucing bego! Nyari mati, ya?!” bentak Draco ke arah jendela. Rupanya si pembuat suara gedoran itu adalah seekor kucing liar yang melompat ke arah jendela, berusaha menangkap seekor cicak. Dasar kucing rakjel, untung kacanya lapis berlian, jadi nggak gampang pecah. Begitulah pikir Draco.

“Draco! Bangun! Hari ini kan kita mau jogging bareng-bareng!”

Narcissa sudah berkoar-koar dari dapur. Padahal jarak antara dapur dengan kamar Draco terpaut sekitar 50 meter, ditambah ruangan-ruangannya yang mega besar, dan betapa menakjubkannya suara Narcissa masih bisa terdengar dengan amat lantang.

Draco menggaruk-garuk rambutnya yang kusut. Ia sudah punya badan atletis secara alami bahkan tanpa harus bersusah payah untuk olahraga. Tapi Lucius dan Narcissa selalu berprinsip untuk melakukan olahraga bersama seminggu sekali. Karena minggu kemarin mereka nge-gym, sekarang giliran untuk jogging.

“Mager, bun... hoaammm...” ujar Draco malas. Meski berujar demikian, ia tetap bangun dari kasur, mencuci muka, menyisir rambut, dan akhirnya memakai outfit untuk jogging.

Tak lupa ia mengenakan sneakers kece besutan desainer ternama, L**is V**tton. Belum pernah dengar?

Tentu saja, karena hanya ada satu di dunia dan pemiliknya adalah Tengku Draco.

Narcissa dan Lucius sudah menunggu di luar rumah. Lagi-lagi ketika Draco sudah keluar, ia memergoki kedua orang tuanya sedang main Tic Toc. Mana lagunya EDM pula. Keriting sudah rambut agung Lucius.

“Pak, bun.” Panggil Draco. Tapi tak terdengar karena Lucius asyik headbang dan Narcissa goyang ngik-ngik.

“BAPAK BUNDA!!”

“Eh, iya apa, nak?” akhirnya Narcissa merespon. Draco cuma menunjuk jam tangannya lalu menunjuk ke langit. Hari akan semakin siang dan tentunya akan lebih panas.

“Oh, iya nih, udah makin panas. Bapak sih, pake ngajak main Tic Toc dulu!” seru Narcissa sambil menyentil dahi Lucius. “Lah, kok malah bapak sih? Kan bunda juga tadi yang ngerengek!”

“Udah udah, ini kita jadi jogging nggak sih?” Draco menengahi pertengkaran kedua orang tuanya itu. Tiada hari tanpa perdebatan sepele seperti ini. Tapi anehnya, setelah mereka bertengkar, Lucius dan Narcissa akan menjadi semakin mesra.

“Eh, hampir aja lupa. Tadi mamanya Hermione pengen kita ngajakin Hermione sekalian, biar nggak stress baca buku melulu katanya.” Kata Lucius. “Kamu samperin gih, Drake.”

Draco menunjuk dirinya sendiri. “Lah, kok Draco sih, pak? Bapak sendiri aja gih,”

“Durhaka kamu, ya, nyuruh-nyuruh bapak. Udah sana cepetaan!” tanpa basa-basi lagi, Lucius dengan brutal mendorong tubuh Draco ke depan pintu gerbang keluarga Granger. Draco mendengus sebal dengan kelakuan bapaknya itu.

“Mioneeee! Main y—“

“Jogging woy, bukan main!” koreksi Narcissa cepat. Draco mendengus untuk kesekian kalinya,

“Iya iya, Mione jogging yuk!”

“Iya bentar!” sahut Hermione dari dalam. Tak sampai semenit, Hermione keluar dari rumahnya. Dengan penampilan yang sanggup membuat Draco hampir terjengkang ke kolam ikan depan rumah Hermione.

“L-lo beneran Hermione?”






🎬🎬🎬














Apakah ini hasil dari bobo cantik semalam?

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang