2 - 4

139 25 34
                                    

Weekend adalah harinya para pasangan dan keluarga. Banyak spot-spot umum yang akan dipenuhi oleh dua golongan tersebut.

Sebenarnya tidak menutup kemungkinan sih untuk yang datang selain mereka, mungkin grup teman atau jones yang mau nyari gebetan.
Tapi berhubung hari ini Astoria dan Draco yang keluar, mari kita bicarakan pasangan ini saja.

Pukul lima tepat Draco menjemput Astoria naik motor. Sengaja Draco bawa motor biar nanti waktu di lampu merah banyak yang iri hati melihat keduanya berboncengan.

Nggak lah, Draco biarpun kelakuannya agak kayak setan begitu masih paham toleransi. Dia nggak bawa mobil karena takut jalanan macet dan membuat kencan mereka malam ini harus terpangkas.

“Malam ini aku bakal jadi jin dan kamu yang jadi Aladdin.” Kalimat pertama yang Draco ucapkan sesampainya mereka di mall terbesar yang ada di kota.

Astoria tertawa. “Jadi aku punya tiga permintaan nih?”

“Nggak dong. Karena aku yang jadi jin, kamu boleh minta sebanyak apapun yang kamu mau khusus buat malam ini. Asal yang masuk akal aja ya permintaannya, hehehe.”

“Kamu kenapa deh tiba-tiba begini? Bukan ultah kamu, bukan ultah aku, bukan anniversary kita juga.”

“Beberapa waktu ke depan mungkin aku nggak akan bisa ngabisin banyak waktu sama kamu.” Draco mengeratkan genggamannya pada tangan Astoria sembari tersenyum lembut. Gadis itu tentu saja bingung mendengar kata-kata ambigu Draco.
“Kenapa? Ada masalah?”

Draco menggeleng. "Aku ikut olimpiade MIPA dua minggu lagi.”

Bola mata Astoria membulat. Sejenak dia terdiam, mungkin kaget karena pertama kalinya mendengar Draco ikut lomba seperti ini. “Oh ya? Wih, keren banget kamu! Ada partner atau sendirian?”

“Ada,” binar ceria muncul di mata Draco, “Hermione.”

Lengkungan di bibir Astoria makin merekah sampai matanya menyipit. “Bagus deh, pasti langsung bawa pulang piala kalau gitu.”

“Hahaha, aminin aja dehhh.”

Cekikikan kecil mereka mengudara selama beberapa saat berjalan di dalam mall, sampai Draco buka suara lagi.

“Jadi yaa gitu, puas-puasin malam ini mainnya sama aku. Ntar kamu kangen.”

“Kalau gitu permintaan pertama dari aku.” Astoria menghentikan langkahnya.

Dia mengangkat tangan Draco yang sedari tadi mengamit tangannya. Dieratkannya jalinan jemari di antara keduanya, membuat wajah Draco sedikit bersemu melihatnya. “Malam ini jadi Draco dan Astoria kayak biasanya aja ya? Aneh masa kamu ganteng gini mau jadi jin.”

Tawa Draco menguar seketika. Dia mengusap puncak kepala Astoria gemas. “Hahahah! Iyaa Tori sayangkuu! Jadi mau kemana dulu nih kita?”

“Nonton dulu yuk? Mumpung ada yang mau mulai lima menit lagi. udah lama nggak nonton juga kan?”

“Film apaan yang mau mul—“ Draco nyaris beringsut mundur melihat jadwal film yang akan diputar lima menit nanti. “The Conjuring, yang?”

“Iya. Eh, tapi kamu nggak suka ya nonton horor—“

“Nggak papa kok, yuk beli tiketnya. Pesen popcorn jumbo sama milo sekalian, biar nggak gabut nanti pas di dalem.” Draco buru-buru menggiring Astoria menuju loket pembelian tiket sebelum gadis itu selesai dengan ucapannya.

Sebenarnya bukan berarti Draco takut kalau ngelihat film-film horor. Hanya saja dia benci parah sama yang namanya jumpscare. Tahu sendiri kan film horor luar negeri itu seperti apa?

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang