Hermione mengangguk kikuk. Dia jadi merasa bodoh sekali di depan Draco. Apalagi Ron yang
sedari awal sudah menyusun skenarionya. Tapi malah berakhir gagal total.Hermione benar-benar melakukan apa yang diinstruksikan oleh Draco. Ia berpindah tempat duduk dengan Ron kemudian lanjut membaca.
Melihat judul bukunya, Astoria jadi heran. “Kamu belajar ilmu kalkulus, ya?”Jijik, pake aku-kamu segala! Batin Hermione kesal. “Nggak juga, sih. Cuma buat bacaan ringan.”
“Serius? Bacaan ringan?”
“Udah biasa kalau Mione, mah.” Imbuh Draco. Dia mengedipkan sebelah matanya untuk Hermione, yang entah apa maksud tersiratnya.
“Ya udah, kita lanjut aja yuk, Tor. Ntar dicariin.” Draco menarik tangan Astoria dan keluar dari cafe tersebut.
Selepas mereka benar-benar pergi, Hermione langsung murung lagi. Dia membenamkan wajahnya diantara kedua tangannya. Ia merasa malu sekali karena tak bisa berkutik di hadapan Draco. Apalagi Ron sedang di dekatnya. Hermione sangat sangat membenci dirinya sendiri sekarang ini.
Fiks, ini harinya yang paling buruk selama 17 tahun terakhir.
“Mione...”
“Lo udah tau, kan? Iya, gue suka dia.” Isakan itu terdengar lagi. “Gue munafik nggak sih, Ron?
Gue bilangnya nggak bakal suka sahabat sendiri, tapi nyatanya sekarang... gue bahkan nggak
sanggup liat dia deket sama cewek lain.”Tangisan Hermione makin menjadi, meskipun wajahnya tidak kelihatan. Bahunya naik turun selama beberapa saat, membuat Ron tidak tahan untuk tidak merangkulnya. Ia akhirnya duduk di sebelah Hermione. Merengkuhnya dalam dekapan hangat nan erat.
“Lo nggak salah kok. Ini udah digariskan Tuhan. Sekeras apapun lo menghindar, pada akhirnya lo bakal tetap terjebak di dalamnya.” Ron menyingkirkan anak rambut Hermione yang menutupi dahi gadis itu. “Lagipula bukan cuma lo yang pernah ngerasain sahabat jadi cinta. Banyak kok di dunia ini.”
Hermione menengadahkan kepala. Ia memandang Ron lekat. “Lo juga pernah?”
“Mmm... iya, dulu. Tapi dia nggak punya perasaan yang sama buat gue. Akhirnya, ya, gue ngalah aja. Toh, cinta kan nggak bisa dipaksa.”
Toh, cinta kan nggak bisa dipaksa.
Iya sih, cinta emang rumit. Cinta nggak bisa memaksakan kehendak sendiri, apalagi maksa orang lain buat jatuh cinta sama kita.
🎬
Draco dan Astoria berhasil menemukan kedua orang tua mereka. Sangat tidak terduga, orang-orang paruh baya seperti mereka larinya bisa cepat sekali. Sampai-sampai keduanya sempat nyasar saat mencari.
“Ah, akhirnya sampai juga. Darimana aja tadi?” Suho menghambur ke arah putrinya. Astoria tersenyum. “Mampir dulu tadi beli minum.”
“Drake, kamu ini apa-apaan sih nyulik anak orang!” bisik Narcissa di telinga Draco. Membuat sang empunya telinga jadi kesal.
“Nyulik apaan sih, bun... Dia bilang haus, ya udah aku ajak beli minum. Kita ketemu Hermione juga.”
Alis Narcissa naik, terkejut dengan pengakuan putranya. “Hermione? Katamu dia lagi kerja kelompok?”
“Iya, tapi ngerjainnya di kafe, sama Ron.” Jelas Draco. Narcissa manggut-manggut.
“Mmm... Pak Lucius, Bu Narcissa, kami mau pamit pulang dulu, ya. takut kesiangan, nanti mamanya Tori ngamuk. Hehehe.” Ujar Suho. Lucius dan Narcissa mengiyakan sambil terkikik geli.
“Drake, aku duluan,ya. makasih buat hari ini.” ucap Astoria sambil memainkan rambutnya.
“Ah, iya, sama-sama. Hati-hati di jalan.”
Astoria dan Suho melenggang masuk ke mobil. Sebelum mobilnya berjalan, Astoria membuka kaca jendela dan melambaikan tangannya. Draco pun balas melambai.
“Ehm... ehm... wah, anak bapak udah gede.”
“Apasih, pak!”
Masih adakah yang setia nungguin up?
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
FanfictionHanya sebuah kisah sahabat jadi cinta versi Dramione. Tentang cara menghargai perasaan dan usaha menjaga persahabatan yang telah lama mereka bangun agar tidak rusak karena adanya cinta.