Hermione sudah sampai di cafe tersebut. ia mencari tempat duduk, tak peduli pada tatapan heran dari pengunjung lain. Tak lama ia menunggu, Ron sudah datang. Sambil membawa buku-buku. Hermione jadi bertanya-tanya.
“Lo kenapa bawa buku beneran?”
“Kali aja lo kepergok.” Jawab Ron singkat.
Hermione mengangguk. Ia mengambil salah satu buku yang berjudul ‘Pegangan Ilmu Kalkulus’.
“Lo baca ini, Ron?”
“Nggak sih, itu bukunya bang Charlie.” Ron terkekeh sembari menggaruk kepalanya. Kemudian wajahnya langsung berubah serius. “By the way, jawab gue. Kenapa lo nangis?”
Hermione mendadak murung lagi. Ia bingung ingin menjelaskan apa pada Ron. Nggak mungkin kan dia bilang kalau dia cemburu lihat Draco sama Astoria. Tapi kalau Hermione mau bohong, dia sudah menyadari kalau Ron bukan cowok yang mudah dibohongi.
“Helloo, Mione~” Ron mengibaskan buku di depan wajah Hermione. Membuat gadis itu terbebas dari lamunannya.
“Mmm... ya... gitu, tadi gue—“ belum sempat Hermione melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba saja sosok Draco dan Astoria muncul entah darimana. Mereka tampak berjalan beriringan menuju counter. Melihat gelagat Hermione yang aneh, Ron mulai menarik benang merah dari segala kejadian ini.
“Mione...”
“Apa, Ron... nggak, nggak kok, bukan mereka.”
“Lo itu jenius, tapi dalam hal berbohong, lo payah.” Ron menekankan dua kata terakhirnya.
Hermione menunduk dalam. Namun kemudian Ron menyentuh dagu Hermione dan mengangkatnya, membuat mereka terlibat kontak mata. “Tapi tenang aja, lo cukup ikutin skenario gue, oke? Gini-gini gua ikut ekskul teater, meskipun cuma jadi pohon.”
Hermione mengangguk, seulas senyum mulai tampak di wajah mungilnya. Ron tersenyum puas.
Mereka terlihat berdiskusi sejenak. Ketika sudah selesai, pas sekali Draco dan Astoria datang menghampiri meja mereka.
“Lah, kerja kelompok lo kok disini?” tanya Draco. Ron yang akan menjawab.
“Iya, nih. Tadi kebetulan kita ketemu di jalan, ya udah langsung nyari tempat buat ngerjain. Mumpung bawa bahan.”
Draco manggut-manggut. Kemudian ia beralih pada Hermione yang sedari awal diam membaca buku kalkulus tadi. Sebenarnya dalam hati, Hermione amat sangat gugup. Ia berusaha menyiapkan jawaban-jawaban cerdas untuk dilontarkan bila Draco menanyainya. Namun dari sekian kemungkinan yang sudah ia prediksikan, tak satupun ide itu yang benar.
Karena hal yang dikatakan Draco amat sangat jauh dari ekspektasinya.
“Kalo baca buku, jangan membelakangi cahaya. Ntar mata lo bisa sakit. Tukar tempat gih sama Ron.”
Ambyar, Mione, ambyarrr
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
FanfictionHanya sebuah kisah sahabat jadi cinta versi Dramione. Tentang cara menghargai perasaan dan usaha menjaga persahabatan yang telah lama mereka bangun agar tidak rusak karena adanya cinta.