Sudah sepuluh menit Hermione tak kunjung membalas pesannya. Lagian Draco aneh-aneh saja, tiba-tiba mengajak Hermione pergi ke kantin padahal sudah tidak lama main bareng. Kelihatan sekali ada udang di balik batu.
[Hermione]
[12.20]
· Lo dmn?
· Gw udh d kntn dr td
Draco mengerjapkan matanya berkali-kali melihat balasan dari Hermione. Pertama, dia agak bingung membaca tulisan yang nyaris tak memiliki huruf vokal tersebut. Kedua, jadi ternyata sejak tadi Hermione sudah membaca pesannya tapi tidak menjawabnya?
Segera saja cowok itu melesat menuju lokasi. Kalau istirahat kedua begini tidak seramai jam istirahat pertama jadi tidak sulit untuk Draco bisa menemukan Hermione.
Hermione tengah lahap memakan batagor—-atau mungkin sedang lapar berat-—sampai tidak menyadari bahwa Draco sudah duduk di depannya. Dia sampai harus mengetukkan jarinya ke atas meja untuk mendapat perhatian Hermione.
"Oh, udah nyampe." Sahut Hermione, masih dengan mulut penuh makanan. Draco geleng-geleng kepala melihatnya sampai seperti itu.
"Kayaknya laper banget, mau gue tambahin seblak?"
"Lu mau bikin lambung gue bocor, hah? Udah makan belum lo?"
"Udah. Terusin aja makannya, gue tungguin."
"Sekalian aja kalau lo mau ngomong sesuatu. Abis ini gue ada urusan."
Begitu kata 'urusan' disebutkan, benak Draco mulai terasa berat lagi. Hermione masih kukuh menyembunyikan sesuatu dari dirinya, dan mungkin pada semua orang juga.
"Lo serius nggak mau ikut olimpiade?"
"Ya elah, masih bahas itu lagi?" Hermione menangkap tatapan ingin tahu dari Draco. Dia mendengus pelan. "Nggak."
"Ikut dong."
"Kenapa lo jadi ngebet banget?"
Ingin Draco membalas 'gue mau tau ada apa sebenarnya di balik semua tingkah janggal lo', namun tidak bisa dilakukannya lantaran khawatir Hermione tersinggung lagi seperti tempo hari.
"Nggak papa, pengen aja."
"Gue timpuk pake botol saosnya kang Hagrid lu lama-lama." Kang Hagrid disini adalah penjual bakso di kantin yang kerap dirumorkan sebagai intel pemerintah karena punya walkie-talkie.
"Eh, tapi serius, lo tau sendiri kita kalau berkolaborasi jadinya kayak gimana."
"Kacau, perang dunia ketiga, La Nina dan El Nino, dsb."
"Bukan itu maksud gue, ah elah." Draco mendekatkan wajahnya ke arah Hermione. "Combo Dramione tuh badass banget. Paling ditakuti sama sekolah-sekolah lain."
Hermione nyaris menyemburkan minumannya ke muka Draco. Untung si Draco masih sempat mundur dan Hermione sukses menahannya. Akibatnya dia jadi batuk-batuk dan mendelik kesal ke arah Draco. "Dramione?! Apaan Dramione?!"
"Draco dan Hermione—eh iya-iya ampun! Bukan gue yang pertama bikin, woy! Salahin noh anak sekolah lain yang dulu pernah kita kalahin lomba!" seru Draco histeris kala Hermione sudah bersiap mencekik kerahnya sampai mampus.
Di detik berikutnya Hermione kembali duduk di kursinya, meneguk minumannya, lalu menyentak gelas ke atas meja. "Denger ya, Drake, kita udah mau naik kelas 12. Gue mau fokus UTS juga. Adik kelas kita lagian banyak tuh yang pinter."
"Nggak ada yang IQ-nya setinggi lo btw."
"IQ nggak menjamin kecerdasan seseorang."
"Cuma lo yang bisa presentasi teori kucing Schrodinger."
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
FanfictionHanya sebuah kisah sahabat jadi cinta versi Dramione. Tentang cara menghargai perasaan dan usaha menjaga persahabatan yang telah lama mereka bangun agar tidak rusak karena adanya cinta.