35

267 26 15
                                    

Pesta ulang tahun Cho dirayakan dengan meriah. Memang cuma keluarga dan teman-teman terdekatnya saja yang diundang, namun itu tidak mengurangi kebahagiaan yang terpancar darinya.

"Nih, udah mama siapin kue ulang tahunnya."

Mama Cho datang membawa kue tart yang dihias whip cream putih polos. Ada tujuh belas lilin—entah kenapa lilinnya warna merah— yang terpasang di atasnya.

Kalau saja dekorasi di sekitar mereka tidak mendukung suasana sweet seventeen, sudah pasti kue itu tampak seperti sesajen.

"Mampus lu, Cho, lilinnya banyak banget. Bisa bengek abis ntu." Celetuk Lavender. Cho tertawa, "Heh, engkong gue aja masih sanggup niup 68 lilin waktu ultahnya kemarin, yakali gue segini doang kalah."

"Buruan ditiup anjir itu lilinnya kalau leleh jadi kayak darah!" seru Ginny histeris.

"Bentar, bikin permohonan dulu, baru ditiup!" timpal Romilda.

"Halah, katanya rajin sholat tapi masih bikin permohonan pake lilin ultah." Kali ini Luna menyahut sarkas. Tiba-tiba saja terjadi percekcokan konyol diantara mereka, padahal jelas-jelas yang sedang berulang tahun sekarang adalah Cho.

"Udah woy! Ini siapa yang mau niup lilin sih?!"

"Ya elo lah, masa Benedict Cumberbatch."

"Kenapa bawa-bawa suami gue? Ada masalah apa hah?" Ginny tiba-tiba nyahut. Luna seketika menepuk jidat.

"Sumpah, halusinesyen lo kronis bet."

"Haish bodo amat dah!"

Cho langsung meniup lilin-lilinnya begitu saja. Hal itu menyebabkan kesunyian yang sangat ganjil tercipta di sekelilingnya. Mata para cewek yang tadi bertengkar heboh seketika memandangnya bak iblis.

"Lo udah ucapin permohonan?!"

"Gak percaya gitu-gituan gue mah. Lagian kenapa heboh amat sih?"

"Terserah deh, gue laper." Romilda menggerutu. Dia langsung dihadiahi jitakan kecil dari Hermione secara eksklusif.

"Salah siapa berantem anjayani."

"Wkwkwk! Ya udah makan aja yuk sekarang."

"Gassss!!'

Pesta kembali berjalan dengan pecahhh setelahnya. Mana keluarganya Cho sudah siap sedia dengan berbagai makanan prasmanan membuat jiwa bar-bar ala manusia purba pada diri Girls Squad langsung bangkit.

Intinya segala fasilitas yang disediakan oleh sang tuan rumah bebas dinikmati oleh mereka. Mulai dari makanan, minuman, arcade, bahkan kolam renangnya juga. Heaven banget deh pokoknya.

"Girls, main truth or dare kuy!" Ginny mengusulkan permainan usai semua keceriaan itu dilalui. Kini mereka sudah siap di kamar tidur, pesta piyama ceritanya.

"Ayo, abis itu main werewolf yak," kata Romilda.

"Sekalian main among us," Luna menambahi. Lavender langsung tepok jidat.

"Ini niat mau bikin perang dunia shinobi pecah hah? Geng kita tuh rawan kena bencana permusuhan btw."

"Fiks besok waktu balik pada naik ojek sendiri-sendiri."

"Nggak papa ngambek asal jangan sampe ada yang mampir ke dukun santet."

"Wakakakak! Edan lu pada,"

"Halah, persahabatan kita kan nggak bakal goyah walaupun diterjang badai, tsunami, sama gempa bumi."

"Yes-in aja biar fast."

"Ya udah, kita pake botol cola aja ya buat nentuin pemainnya."

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang