22

166 22 9
                                    

Draco dan Hermione saling berpandangan dengan tatapan yang tak bisa dideskripsikan. Hermione sendiri merasa seolah dia sedang masuk ke dalam drama serial Bollywood dimana aktor-aktrisnya hobi saling pandang hingga berjam-jam. Mungkin kalau memang sedang ada kamera menyorot, wajahnya pasti di-zoom hingga tinggal mata saja yang kelihatan.

"Woy! Jadi naik apa kagak?!" supir angkot di dekat mereka auto nyolot. Dia tak ada waktu buat menonton para ABG nggak jelas yang bikin drama picisan di depan matanya. Keempat anak itu segera sadar diri dan masuk ke angkot yang ternyata kosong tanpa penumpang lain didalamnya.

Hermione memilih duduk di depan pintu dengan Ron yang duduk di sebelahnya. Sementara Draco tentu saja duduk bersebelahan dengan Astoria.

Suasana canggung tak terelakkan. Baru beberapa detik mereka saling diam, Hermione merasa dunia seakan dilanda zaman es lagi. Meskipun suhu pada hari itu terbilang cukup panas—menurut peramal cuaca di hp—Hermione malah hampir menggigil saat ini.

"Ron, akhir-akhir ini gue sering lihat lo berduaan sama Mione." Draco memulai pembicaraan dengan topik yang cukup hot. Berbanding terbalik dengan sikap Ron yang santai saja dengan perkataan Draco.

"Gue lebih sering lihat lo sama Astoria sih btw."

Hermione mengutuk Ron dalam hati. Ia tadinya sempat bersyukur karena Draco mau memulai pembicaraan di angkot reyot ini. Tapi Ron malah menjawab kata-kata Draco dengan pernyataan menohok + skak mat. Jadilah mereka berempat terkepung keheningan lagi untuk beberapa menit yang begitu panjang.

"Mione, kamu beneran spesialis buku yah?"

Kali ini giliran Astoria yang mencoba mencairkan suasana. Hermione menaikkan alisnya sedikit, sambil berusaha tersenyum dengan setulus hati. "Ng—bukan spesialis juga sih. Cuma suka baca aja, kenapa emangnya?"

"Bohong dia, Tor. Aku sering mergokin Mione sungkem sama buku-bukunya." Timpal Draco. Astoria tertawa renyah bak astor lebaran, yang seketika bikin Hermione makin insecure.

"Hahahaha! Wah, berarti aku masih belum ada apa-apanya nih daripada Mione."

"Nggak gitu juga kok, Draco tuh suka ngibul."

"Tapi tetep aja keren tau. Denger-denger kamu langganan ranking satu juga ya?"

Mata Hermione memicing ke arah Draco yang kelihatan jelas sedang membuang muka. "Iya—gitu deh."

"Wow, aku jadi pengen ngerasain ranking satu juga nih kayak kamu."

"Jangan niru Mione, Tor, dia kalo belajar ambisius banget. Itu misalkan buku-buku yang dia pake makhluk hidup mah paling udah tewas semua wkwkwk." Draco kembali menimpali. Demi apapun Hermione berharap Draco kejedot langit-langit angkot sampai pingsan dan tidak bicara lagi.

"Lo sering banget gitu ngelihatin Mione, Drake?" Ron bertanya. Lagi-lagi perkataannya membuat suasana tidak kondusif.

"Iya lah, orang rumah kita dempetan gitu gimana kagak ngeliatin dia tiap hari."

Entah kenapa sekarang situasinya seolah Ron yang mencecar Draco. Untungnya Hermione tidak berniat menyetop pembicaraan seperti yang dilakukan Ron tadi. Ia mencoba basa-basi sekaligus mengalihkan pikiran dua cowok tersebut meskipun dirinya ogah-ogahan. "Lo juga suka baca buku, Tor?"

"Iya, dari kecil aku hobi banget baca buku. Kapan-kapan mau ke toko buku bareng?"

"Boleh."

"Sip!"

"Ciee seneng nih ada rekan kutu buku baru."

Seneng pala Lucius itu seneng! Umpat Hermione kesal. Ia hanya tersenyum masam menanggapi guyonan tidak lucu dari Draco tersebut.

Angkot berhenti di lampu merah. Sekejap banyak motor dan mobil yang turut mengepung angkot menyedihkan tersebut. Berhubung Hermione duduk di depan pintu, ia bisa langsung melihat pemandangan di luar.

Sebuah motor berhenti di sebelah angkot, tepat berada di depan mata Hermione. Si pengendara motor itu menoleh. Seketika dia membuka kaca helmnya dan betapa tercengangnya Hermione dibuatnya.

Itu si kakak kelas ganteng kesayangan kita semua, Viktor Jefri Ni Krum.

"Hai!" Viktor berseru tanpa suara (?) sambil melambaikan tangannya ke arah Hermione dengan ceria.

Ya Allah, cobaan apa lagi ini saya tida kuat! Hermione meratap. Sudah jangan ditanya lagi seperti apa keadaan mentalnya. Ambyar se-ambyar-ambyarnya hati seorang gadis. Ia berasa ditusuk pedang dari berbagai arah. Mulai dari Draco, Ron, Astoria, hingga sekarang Viktor turut menjajah perasaannya.

Jadi pengen lenyap bentar aja dari dunia.

"Aku duluan ya!" Itulah setidaknya yang bisa dibaca Hermione dari gerak mulut Viktor sebelum lampu hijau kembali menyala. Untung saja Viktor tadi tidak memanggilnya dengan suara lantang. Makin mampuslah Hermione kalau hal itu beneran terjadi di tengah-tengah kecanggungannya di dalam angkot.

"Eh, kayaknya ini angkotnya nggak lewat komplek rumah gue deh." Celetuk Ron setelah beberapa saat terdiam. Hermione mengernyitkan dahi.

"Masa sih? Terus gimana dong?"

"Hmm... gue turun di depan aja deh. Nanti jalan kaki."

"Nggak kejauhan?"

"Nggak kok."

"Beneran? Seingat gue dari sini masih jauh loh."

"Beneran, Hermione~ Sejak kapan dah lo jadi bawel banget gini wkwkwk."

"Deehh... semua orang bisa bawel juga kalo mau."

"Iya-iya~ hahahaha, gue duluan ya. Tiati lo."

Ron turun dari angkot tak berapa lama kemudian. Akhirnya Hermione benar-benar terjebak dalam situasi yang semua orang tidak akan pernah sukai. Menjadi orang ketiga, secara harfiah. Astoria dan Draco sibuk membicarakan sesuatu di ponsel sambil tertawa-tawa. Entah apa yang sebenarnya mereka lihat, pastinya Hermione yakin mereka tidak sedang membahas meme.

Dia tahu betul Draco bukan anak meme.

"Hahahah! Astaga, lucu banget dah! Kreatif banget orang yang bikin meme kayak gini!"

"Iya nih, sampe mules perut aku! Hahahah!"

Hermione nyaris menangis dalam hati. Kekuatan seperti apa yang bisa membuat seorang Draco bisa berubah kepribadian hingga 180°? Hermione masih ingat sekali dulu Draco menjelek-jelekkan dirinya yang hobi melihat meme receh di sosmed. Sekarang?

"Rasanya cepet banget, tiba-tiba udah mau nyampe rumah." Astoria berujar sambil memandang keluar jendela.

Ya iya lah! Orang lo seneng-seneng mulu sama si Draco! Coba lo di posisi gue! Hermione kembali toxic dalam hati. Sebenarnya Hermione bukan tipikal cewek-cewek yang hobi toxic seperti ini. Situasi dan kondisi lah yang mengubahnya menjadi sosok yang berbeda.

"Bye, Drake, Mione. Kapan-kapan kita pulang bareng lagi yah!" Astoria turun, melambaikan tangannya ke arah Draco dan Hermione. Hermione hanya menanggapi dengan senyuman, sementara Draco menyahut riang.

"Siap!"

Si angkot kuning mungil kembali melaju melibas jalanan kota. Draco dan Hermione kompak diam, bahkan si sopir angkot tersebut juga hanya diam saja sejak awal mereka naik. Hermione sudah putus asa. Ia memutuskan tidak akan bicara sebelum Draco yang memulainya.

"Ini kenapa suasananya canggung amat sih?"

"Nggak tau, haha."

Mereka berpandangan sejenak sebelum kemudian sama-sama memalingkan muka, kembali membiarkan suara mesin kendaraan memenuhi telinga. Hingga sampai di komplek rumah pun mereka tidak bicara apapun lagi.

Lagi-lagi dua insan ini berpisah dengan lubang kecil menganga di hati.








duh ruwet sekali hidup mereka :"

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang