BAB 7 PERAMPASAN (THE CLOCK IS STOLEN)

93 22 0
                                    

"Orang?" Kini Jupiter yang berseru heran. "Maksud Anda, ada orang yang namanya begitu?"

"Itu julukannya," kata Mr. Hitchcock menjelaskan. Nama aslinya Albert Clock. Orang-orang iseng menjulukinya Screaming Clock - Jam Menjerit. Ia memang penjerit"

Keterangan Mr. Hitchcock malah semakin membingungkan Jupiter. Apalagi Pete dan Bob - mereka hanya bisa melongo saja. "Penjerit?" tanya Jupiter. Saya tidak mengerti maksud Anda" "Pekerjaannya menjerit," kata Mr. Hitchcock terkekeh geli. "Dulu

sewaktu televisi belum ada, acara sandiwara radio dengan kisah-kisah misteri sangat digemari orang. Bahkan pernah dalam seminggu ada tiga puluh lima acara kisah misteri. Kalian masih kecil - jadi tidak mungkin mengalami masa itu. Tapi acara-acara kisah misteri itu sangat

mengasyikkan! Dan kisah-kisah itu banyak yang mengandung adegan orarig menjerit. Jeritan selalu bisa menimbulkan ketegangan suasana. Mungkin kalian mengira setiap aktor bisa menjerit, kalau itu merupakan bagian dan peran yang dimainkannya. Itu memang betul. Tapi jika diperlukan suara jeritan yang benar-benar asyik, sutradara selalu memakai tenaga spesialis. Jadi orang semacam Aibert Clock itu, yang pekerjaannya khusus menjerit. Kurasa ia satu-satunya yang melulu hanya menjerit saja kerjanya. Aku pun sudah beberapa kali memakainya dalam film-filmku. Orangnya serba bisa. Ia bisa menjerit seperti anak kecil, wanita, laki-laki. Bahkan jeritan dan raungan beberapa jenis binatang pun bisa ditirukan olehnya. Ia selalu membanggakan diri sebagai ahli menjerit yang paling serba bisa. Tapi drama radio kemudian pudar kepopulerannya ketika televisi mulai berkembang. Profesi penjerit tidak begitu diperlukan lagi. Beberapa tahun yang lalu aku masih memakai Bert Clock dalam satu atau dua filmku. Tapi setelah itu ia seakan menghilang. Itulah sebabnya kenapa aku tadi mengatakan sudah bertahun-tahun tidak mendengar apa-apa lagi tentang dia. Dan kau tadi mengatakan kini sedang mengusut dirinya?"

"Rupanya begitu, walau tadi kami belum tahu," kata Jupiter. "Urusan sekarang ini kami mulai dengan mengusut sebuah jam yang benar - bukan orang yang julukannya begitu."

Dikeluarkannya jam weker dan tas yang dibawanya, lalu diperagakannya kemampuan alat penunjuk waktu itu untuk menjerit. Mr. Hitchcock sangat tertarik melihatnya.

"Konstruksi yang benar-benar luar biasa," katanya. "Kurasa jam ini memang merupakan pesanan Bert Clock- karena siapa lagi yang mau minta dibikinkan jam yang bisa menjerit, kecuali orang yang julukannya Jam Menjerit?"

Jupiter kemudian menuturkan tentang kamar penuh jam yang sebelumnya telah mereka saksikan dengan mata dan telinga. Ia juga menyebutkan Mr. Hadley serta penangkapan terbadap diri Ralph Smith, ayah Harry. Mr. Hitchcock mendengarkan dengan serius.

"Agak aneh juga," katanya. "Hadley itu kurasa memang Bert Cock Clock memang bertubuh kecil. Katamu tadi, Hadley itu pendek gemuk Mungkin saja Clock sudah gemuk sekarang. Dan setelah kuingat-ingat tadi, aku memang pemah mendengar kabar bahwa ia mendapat harta warisan pada saat ia tidak sering lagi diperlukan di radio. Bisa saja kubayangkan ia minta dibikinkan berbagai jenis jam yang bisa menyuarakan bermacam- macam jeritan yang merupakan keistimewaannya, sebagai kenangan pada prolesinya di masa lampau dan juga sebagai lelucon baginya bersama kawan-kawan lamanya. Tapi aku tidak mengerti, apa sebabnya ia berganti nama."

"Apakah ia menaruh minat pada karya seni, Mr. Hitchcock?" tanya Bob. "Sepanjang pengetahuanku, tidak. Memang ada sejumlah aktor yang kegemarannya mengumpukan benda-benda seni. Di Hollywood sini banyak karya seni berharga yang dimiliki para aktor, produser, dan sutradara.

Tapi aku tidak pernah mendengar bahwa Bert Clock menaruh minat ke arah itu."

"Terima kasih, Sir," kata Jupiter. Ia berdiri, dilkuti kedua temannya. "Anda sudah memberikan sejumlah keterangan yang rasanya perlu kami pikirkan lebih lanjut. Misalnya saja bahwa Clock itu Hadley. Itu agak mengherankan. Sedang bagaimana hubungan antara penangkapan terhadap ayah Harry dengan fakta-fakta lainnya, saat ini saya belum tahu. Jika ada kemajuan yang tercapai, Anda akan kami beri kabar." Ketiga remaja itu meminta diri. Mereka diantarkan oleh Worthington kembali ke Rocky Beach, ke perusahaan jual-beli barang-barang bekas yang diusahakan Paman Titus. Mereka turun di depan pintu gerbang.

Ketiganya berjalan sambil berpikir-pikir, masuk ke tempat penimbunan yang penuh dengan barang-barang bekas. Tahu-tahu seorang laki-laki muncul dari balik tumpukan kayu.

"He! Kalian bertiga tentunya masih ingat padaku, kan?" katanya. Mereka memang masih ingat. Orang itu Mr. Jeeters, yang baru sejam sebelumnya mereka lihat di rumah Mr. Hadley yang ditinggali keluarga Smith.

"Pada kalian ada sebuah weker," sergah Mr .Jeeters. "Dalam tas yang kaujinjing itu. Weker itu kepunyaanku."

Secara tak disangka-sangka orang itu beraksi dengan cepat, merampas tas yang dijinjing Jupiter.

"Sekarang jadi milikku," kata orang itu. "Karena ada di tanganku! Siapa yang memegang, dialah pemiliknya."

"Seenaknya saja!" teriak Pete. Ia meloncat menyambar kaki Mr. Jeeters. Bob dan Jupiter langsung ikut membantu. Jupiter mencengkeram lengan laki-laki itu, sementara Bob berusaha menarik tas yang dicengkeram olehnya.

Tapi Mr. Jeeters ternyata kuat sekali. Bob dan Jupiter ditepiskannya seperti mengusir lalat saja. Lalu dicengkeramnya bagian punggung kemeja Pete yang masih memegang kakinya. Remaja bertubuh kekar itu diangkatnya dan dilemparkannya ke samping. Pete terbanting ke tanah berdebu.

"Coba saja sekali lagi, kalau ingin mengalami cedera!" katanya mengejek. Ia kaget sekali ketika tahu-tahu ada yang mencengkeram bahunya dari belakang. Hans, satu dad kedua pemuda Jerman pembantu Paman Titus, datang menolong Trio Detektif.

"Kembalikan tas Jupe padanya, Mister," kata Hans.

"Lepaskan!" bentak Mr. Jeeters sambil mengayunkan tinju ke dagu Hans. Hans mengelak. Kedua laki-laki ini kemudian bergulat. Pete melihat tas yang terlepas dan pegangan Mr. Jeeters. Ia cepat-cepat maju untuk mengambilnya, lalu buru-buru mundur ke tempat yang aman. Sementara Hans dan Mr. Jeeters masih terus bergumul, saling berusaha menjatuhkan lawannya.

Kemudian Hans berhasil memegang tubuh Mr. Jeeters. Orang itu diangkatnya tinggi-tinggi, seperti mengangkat anak yang sedang mengamuk saja.

"Apa yang harus kulakukan sekarang, Jupe?" tanya Hans dengan tenang. "Kupegang terus orang ini sementara kau memanggil polisi?"

"Kurasa itu tidak perlu." jawab Jupiter setelah berpikir dengan cepat. Kalau dilaporkan pada polisi, ada kemungkinan mereka nanti tidak

memberikan tanggapan serius. Maklumlah, itu kan cuma soal pencurian weker murah saja. Tapi jika polisi menanggapi dengan serius, besar kemungkinannya weker akan ditahan sebagai barang bukti. Padahal Jupiter sendiri memerlukannya, karena kini semakin besar tekadnya hendak mengusut misteri yang menyelubunginya.

"Kaulepaskan saja orang itu, katanya pada Hans. "Pokoknya weker sudah kita dapatkan kembali."

"Oke," kata Hans dengan segan. Mr. Jeeters dilepaskannya dengan begitu saja, sehingga jatuh tersungkur ke tanah.

Orang itu berdiri sambil membersihkan pakaiannya yang kotor kena debu.

"Baiklah," katanya menggerutu. "Akan menyesal kalian nanti!" Sambil mengucapkan kata-kata yang mengandung ancaman itu, ia meninggalkan tempat itu.

TO BE CONTINUE....

(10) TRIO DETECTIF : MISTERI JAM MENJERITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang