BAB 9 LAGI-LAGI MISTERI

77 21 0
                                    

"Kurasa kita sudah hampir sampai," kata Bob sambil meneliti nomor- nomor rumah, sementara Harry mengemudikan mobil tua milik ayahnya menyusuri suatu daerah apik di bagian utara kota Hollywood "Ya betul! Itu dia nomor rumah Mr. King."

Harry memarkir mobil di pinggir jalan.

"Tinggal di sini pasti mahal," kata Harry, sementara mereka berdua menyusuri jalan batu yang melengkung menuju ke rumah yang hendak didatangi.

Bob mengangguk. Ia menjinjing tas yang berisi weker yang bisa menjerit. Dalam hati ia bertanya-tanya, mungkinkah barang itu benar- benar berasal dan rumah yang saat itu ditekan belnya.

Pintu terbuka. Seorang wanita menatap mereka dari dalam rumah. Orangnya sudah agak tua dan nampaknya banyak pikiran.

"Ya, ada apa?" tanya wanita itu. "Jika kalian ini hendak mengumpulkan sumbangan untuk pramuka, aku sudah memberikan sumbangan."

"Kami datang bukan untuk itu, Ma'am," kata Bob dengan sopan. "Kalau bisa, kami ingin bertemu sebentar dengan Mr. King."

"Tidak bisa. Ia sedang sakit. Selama beberapa bulan harus berbaring di rumah sakit"

"Wah - maaf, kami tidak tahu," kata Bob. Ia berpikir dengan cepat. Jika Mr. King selama itu di rumah sakit, tidak mungkin dia yang membuang weker ke tempat sampah. Tapi Bob tahu, Jupiter pasti takkan langsung mundur tanpa berusaha lebih lanjut. Karenanya Bob lantas memutuskan untuk bertanya lagi.

"Mr. King itu - nama julukannya Rex, Ma'am?"

Wanita itu menatap remaja yang berdiri di depannya. Ia memperoleh kesan bahwa Bob pasti anak baik-baik. Apalagi sikapnya sopan. Coba kalau tidak - pasti pintu sudah dibanting di depan hidungnya.

"Ya, memang begitulah julukannya," kata wanita itu kemudian. "Kenapa kau menanyakannya? Jika ini suatu keisengan -"

"Tidak, tidak - sama sekali tidak," kata Bob cepat-cepat "Kami ini sedang menyelidiki sebuah jam, Mrs. King. Sebentar, nanti saya perlihatkan barangnya." Dibukanya tas yang dijinjingnya dan ditunjukkannya weker yang ada di dalamnya. "Pernahkah Anda melihat weker ini?"

Bibir Mrs. King menipis.

"Jam itu lagi!" tukasnya marah. "Barang begitu dikirimkan pada suamiku! Apalagi ia sedang sakit. Jika ia sampai mendengar bunyinya pasti keadaannya akan bertambah parah. Habis, teriakan itu begitu menyeramkan!"

Bob dan Hariy berpandang-pandangan sejenak. Temyata mereka tidak keliru alamat.

"Kalau begitu Mr. Clock yang mengirimkannya pada Mr. King?" desak Bob.

"Bert Clock itu benar-benar keterlaluan, mengirimkan barang begitu pada suamiku!" tukas Mrs. King. "Hanya karena mereka pernah bekerja sama beberapa tahun yang lewat, sewaktu suamiku mengarang naskah sandiwara misteri untuk radio. Tanpa menduga apa-apa, aku menancapkan stekernya ke sambungan listrik. Tahu-tahu terdengar jeritan seram itu! Jantungku, nyaris copot karenanya. Aku langsung melemparkannya ke tempat sampah. Kenapa sekarang tahu-tahu bisa ada pada kalian?"

"Tukang sampah menjualnya pada salah seorang kawanku," jawab Bob. "Anda melihat tidak, pesan yang direkatkan pada dasamya?"

"Pesan?" Wanita itu mengerutkan kening. "Aku sama sekali tidak melihat pesan apa-apa. Aku memang langsung membuang barang itu keesokan harinya. Memang ada surat pendek dan Bert Clock yang menyertai, tapi surat itu juga kubuang."

"Mungkinkah Anda masih bisa mengingat isi surat itu?" tanya Bob. "Soalnya penting sekali!"

"Apa isinya? Anu - Bert Clock menulis, jika suamiku mau mendengar dan memperhatikan weker yang dikirimkannya, maka nasibnya yang buruk akan bisa berubah. Menurutku, itu omong kosong saja! Aku jengkel pada Bert Clock, kenapa sampai hati berbuat iseng terhadap suamiku yang di samping sedang sakit, juga pusing memikirkan utang-utang yang belum dilunasi sampai sekarang, karena ia menganggur terus sampai sekarang. Padahal mereka dulunya bersahabat karib. Aku tidak mengerti apa sebabnya Bert Clock berbuat begitu, menakut-nakuti kami dengan salah satu jeritannya yang menyeramkan."

(10) TRIO DETECTIF : MISTERI JAM MENJERITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang