BAB 14 PESAN DAN ANGKA-ANGKA SANDI

90 23 0
                                    

Sambil makan ketiga remaja itu sibuk membicarakan arti pesan yang baru saja mereka uraikan kalimatnya. Pesan itu menganjurkan untuk melihat buku. Tapi buku mana? Mereka sama sekali tidak bisa menebaknya.

"Mungkinkah kalau injil?" kata Pete berusaha menduga. "Kan banyak orang menyebutnya Buku Suci

"Menurutku bukan itu jawabannya," kata Jupiter sambil mengambil makanan pencuci mulut seporsi lagi.

"Tapi siapa tahu, mungkin juga benar! Barangkali pesan selanjutnya bisa menambah penjelasan."

"Proyek apa lagi yang sedang kalian tangani saat ini,?" tanya Paman Titus yang duduk di ujung meja makan.

"Ada beberapa pesan misterius yang sedang kami selidiki maknanya, Paman," kata Jupiter. Sampai sekarang baru awalnya yang berhasil kami telusuri."

"Kalian ini ada-ada saja, dengan klub kalian itu!" kata Bibi Mathilda. Ia memotong kue lagi untuk Pete. "Sungguh - untung aku bisa memberi pekerjaan bagi kalian! Coba kalau tidak, kalian pasti sepanjang hari kerjanya cuma menekuni teka-teki saja.

Ketiga remaja itu dulu memang pernah mempunyai klub penerka teka- teki. Kemudian beralih menjadi Trio Detektif. Tapi Mrs. Jones masih saja mengira kesibukan utama mereka bertiga adalah menebak permainan teka-teki.

"Yah - yang jelas malam ini aku tidak bisa lagi menebak apa-apa," kata Jupiter sambil menguap. "Sepanjang hari tadi kami Anda suruh bekerja udara terbuka, Bibi - jadinya aku sekarang cepat sekali mengantuk" "Aku bahkan dua kali lebih cepat," kata Pete yang ikut-ikutan menguap. "Makanannya enak sekali, Mrs. Jones - tapi maaf, kalau boleh saya ingin pulang tidur sekarang juga."

Setelah berpamitan, Pete dan Bob pulanng. Mereka bersepeda bersama- sama sejauh beberapa blok, lalu berpisah dan menuju ke rumah masing- masing.

Keduanya tidak melihat mobil pick up tertutup yang mengikuti mereka dan belakang dengan lambat-lambat Ketika mereka berpisah, kendaraan itu lalu membuntuti Bob.

Sementara itu Jupiter membantu bibinya membereskan meja. Tapi ia melakukannya sambil sebentar-sebentar menguap.

"Wah, kau rupanya benar-benar sudah sangat capek, Jupiter, kata Bibi Mathilda "Sana, pergi saja tidur."

Tanpa menunggu disuruh dua kali lagi, ia langsung pergi ke kamar tidur. Tapi ketika sudah berbaring di tempat tidur, pikirannya mulai menerawang ke pesan-pesan misterius yang belum sempat diusut malam itu.

Kusarankan kaulihat buku. Itu pesan pertama. Buku yang mana? Mungkinkah jawabannya terkandung dalam pesan kedua? Jupiter berusaha mengingat-ingat bunyi pesan kedua. Semakin keras ia berusaha mengingat, semakin lenyap rasa mengantuk. Akhirnya ia mengambil keputusan. Sebelum bisa tidur, ia hendak berusaha menguraikan makna pesan yang kedua dulu.

Ia berpakaian lagi lalu turun ke bawah. Paman dan bibinya yang sedang menonton televisi kaget melihat ia muncul lagi

"Astaga. Kusangka kau sudah lama tidur," kata Bibi Mathilda.

"Maunya memang begitu, tapi kemudian ada sesuatu yang teringat, kata Jupiter. "Anu, semacam teka-teki. Tadi kutinggalkan di tempat kerja.

Aku hendak mengambilnya untuk kuusut sebentar sebelum tidur.

"Asal otakmu tidak capek saja nanti. karena terlalu banyak memikirkan teka-teki," kata Mrs. Jones sambil mendesah.

Jupiter pergi ke sisi depan kompleks penimbunan barang yang dekat Ietaknya dan rumah. Pintu gerbang sudah ditutup dan dikunci dengan gembok. Tapi ada jalan masuk rahasia yang bisa dipakai dalam keadaan mendesak, seperti saat itu. Jupiter berjalan sepanjang pagar kayu yang dihiasi gambar-gambar berwarna-warni. Akhirnya sampai di depan dua lembar papan pagar. Papan-papan itu dicat berwarna hijau.

(10) TRIO DETECTIF : MISTERI JAM MENJERITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang