Toko A. Felix - Tukang Jam temyata cuma kecil saja. Letaknya di suatu jalan sempit di samping Hollywood Boulevard, jalan raya yang termasyhur di kota film itu.
"Kita parkir di sini saja, Worthington," kata Jupiter pada supir Rolls- Royce yang mengantar mereka ke situ dari Rocky Beach. Jupiter memenangkan hak memakai mobil mewah itu lengkap dengan supirnya yang dari lnggris beberapa waktu yang lalu, dalam sayembara yang diadakan oleh sebuah perusahaan penyewaan mobil, Rent-n-Ride Auto Agency. Tapi kemudian hak penggunaan itu habis. Untung saja ada August August seorang anak lnggris yang ditolong oleh Trio Detektif sehingga berhasil menemukan harta warisan yang sangat berharga. Dan berkat bantuan teman baru itu, hak mereka untuk menggunakan mobil mentereng itu beserta pengemudinya bisa diperpanjang lagi.
"Very good, Master Jupiter," kata supir bangsa Inggris itu dengan sikap anggun. Ia biasa bergaul dengan kaum bangsawan di negerinya, sehingga sikapnya pun mirip mereka. Jupiter dan kedua temannya pada mulanya tidak biasa menghadapi tingkah laku yang begitu berbasa-basi.
Maklumlah, kaum remaja Amerika lebih cenderung bersikap seadanya saja. Tapi lama-lama mereka biasa juga disapa dengan sebutan Master, yang berarti Tuan muda
Worthington memarkir mobil mewah itu, lalu ketiga remaja penumpangnya turun. Mereka menghampiri jendela toko yang sempit dan berdebu. Pada kaca jendela itu tertulis, A. Felix - Tukang Jam dengan cat emas yang sudah terkelupas di sana-sini. Mereka mengintip ke dalam. Di balik kaca nampak berbagai jenis jam berjejalan: besar-kecil, baru dan antik. Ada yang biasa-biasa saja bentuknya dan ada pula yang penuh hiasan meriah, dengan burung-burung dan bunga. Sementara mereka masih memandang ke dalam, pintu sebuah jam tinggi yang terbuat dari kayu terbuka. Dari dalamnya muncul sebuah boneka peniup terompet. Boneka itu melangkah seperti orang berbaris. Kemudian mengambil sikap tegak, mengangkat terompet. lalu meniupnya beberapa kali untuk memberi tahu pukul berapa saat itu.
"Lucu," kata Pete mengomentari. "Aku lebih suka diberi tahu dengan terompet, dibandingkan dengan jeritan."
"Yuk, kita masuk, ajak Jupiter. "Mungkin Mr. Felix bisa memberi keterangan lebih lanjut"
Begitu pintu toko didorong, ketiga remaja itu bingung sejenak. Ruangan sempit itu seperti penuh dengan bunyi dengung nyaring. Seakan-akan ada sejuta lebah di tempat itu, kemudian mereka sadar bahwa bunyi itu berasal dan kumpulan jam yang ada di situ. Mungkin seratus atau bahkan lebih - semuanya berdetik dan berdetak serempak.
Seorang laki-laki tua bertubuh kecil datang menghampiri mereka, menyusur gang yang penuh dengan jam. Mata orang itu bersinar-sinar di bawah alis tebal yang sudah putih. Ia memakai celemek dari kulit. "Kalian menginginkan jam yang istimewa barangkali?" kata Mr. Felix - karena memang dialah tukang jam yang bemama demikian. Nada suaranya ramah. "Atau mungkin hendak membetulkan arloji rusak?" "Tidak, Sir," kata Jupiter dengan sopan. "Kami cuma ingin meminta keterangan sedikit tentang jam ini" Sambil berkata begitu. dibukanya tas yang dibawa lalu dikeluarkannya jam yang bisa menjerit.
Mr. Felix meneliti jam itu sesaat
"Jam weker listrik, model yang sudah agak tua," katanya sambil meneliti. Tidak begitu berharga. Menurutku, biaya reparasinya lebih mahal daripada harga bendanya sendiri."
"Jam itu tidak perlu dibetulkan," kata Jupiter. Coba saja Anda sambungkan stekernya ke stop-kontak"
Sambil mengangkat bahu, laki-laki wa itu menuruti permintaan Jupiter. "Sekarang geser tuas untuk mengaktifkan weker," kata Jupiter lebih lanjut .
Hal itu dilakukan oleh Mr. Felix. Seketika itu juga suara jeritan menggema nyaring dalam ruangan toko yang sempit. Laki-laki tua itu buru-buru menggeser kembali tuas kecil yang terdapat di bagian belakang jam. Seketika itu juga jeritan tadi lenyap. Mr. Felix mengangkat jam itu lalu mengamatinya dengan lebih teliti. Ia tersenyum.
"Ya, sekarang kuingat lagi jam ini," katanya. Pekerjaannya waktu itu cukup rumit, walau tidak lebih rumit dari lain-lainnya yang juga pernah kulakukan."
"Jadi Anda yang membuat jam ini bisa menjerit? " kata Pete meminta penegasan.
"Betul - aku yang membuatnya. Hebat juga ya, tekniknya? Tapi tidak bisa kuceritakan pada kalian siapa yang memberi tugas. Rahasia pelanggan selalu kujaga baik-baik"
"Memang betul," kata Jupiter. "Tapi yang menjadi soal sekarang, jam ini ditemukan terbuang dalam tumpukan barang bekas lainnya. Pemiliknya pasti membayar banyak pada Anda untuk membuatnya bisa menjerit, jadi tak mungkin ia kemudian membuangnya - kecuali apabila terjadi secara tak sengaja. Sekarang kami ingin mengembalikannya pada orang itu."
"Begitu." kata Mr. Felix dengan sikap merenung.
"Kami mengharap akan mendapat hadiah untuk itu," kata Bob menambahkan, supaya kedengaran lebih meyakinkan.
Mr. Felix mengangguk "Ya, itu masuk akal. Memang, mestinya jam ini terbuang dengan tidak sengaja, karena belum rusak. Kalau begitu kurasa aku bisa mengatakan apa yang kuketahui. Nama orang yang memesan jam ini Clock"
"Clock?" seru Bob dan Pete serempak. Mereka merasa heran, karena nama itu dalam bahasa lnggris berarti Jam.
"Betul, Clock. Orang itu mengatakan bahwa namanya begitu. A. Clock! Tentu saja aku menganggap ia cuma bercanda saja, karena ia sudah beberapa kali kemari membawa jam untuk dikerjakan."
"Rasanya itu bukan namanya yang asli," kata Jupiter menimbang- nimbang. "Tapi itu tidak menjadi soal. Pokoknya jika Anda mau mengatakan di mana ia tinggal, kami bisa saja pergi mendatanginya." "Sayangnya aku cuma tahu nomor teleponnya saja. Tapi kalian kan bisa menelepon untuk menghubunginya."
Laki-laki tua itu pergi ke balik meja pelayanan dan mengeluarkan sebuah buku catatan berukuran besar dari rak. Ia membalik-balik halaman buku itu, lalu berhenti pada suatu halaman tertentu,
"A. Clock." katanya sambil membaca. "Nomor teleponnya -" Disebutkannya nomor telepon orang itu, yang langsung dicatat oleh Bob dalam buku catatannya.
"Masih ada keterangan lainnya lagi, Sir?" tanya Jupiter. Mr. Felix menggelengkan kepala.
"Cuma itu saja," katanya. "Mungkin bahkan dengan itu saja aku sudah terlalu banyak membeberkan. Sekarang maaf, ya pekerjaanku masih banyak yang menunggu. Waktu sangat berharga, dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya."
Laki-laki tua itu masuk lagi ke tempat kerjanya. Jupiter meluruskan sikapnya, seolah-olah hendak menyatakan kebulatan tekad.
"Lumayan juga kemajuan yang kita capai sampai sekarang," katanya. "kini kita hubungi nomor yang diberikan Mr. Felix tadi. Ketika datang kemari, aku sempat melihat bahwa di pojok jalan ada tempat menelepon."
"Apa yang akan kaukatakan nanti?" tanya Pete sementara Jupiter memasuki bilik telepon itu.
"Aku akan bersiasat agar bisa mendapatkan alamatnya," kata Jupiter. Bob dan Pete ikut masuk ke dalam bilik telepon sempit itu, karena ingin mengikuti pembicaraan. Penyelidik Pertama memasukkan mata uang ke celah, lalu memutar nomor yang dicatat oleh Bob tadi. Setelah menunggu sesaat terdengar suara seorang wanita.
"Selamat siang," kata Jupiter. Suaranya diberatkan, agar terdengar seperti orang dewasa. Anak itu memang sangat berbakat di bidang akting, dan kadang-kadang bakat itu dipergunakan olehnya. "Di sini perusahaan telepon. Kami hendak memeriksa keluhan tentang sambungan rangkap.
"Sambungan rangkap? Saya tidak mengerti maksud Anda," kata wanita yang menerima telepon.
"Ada beberapa pelanggan di sektor kediaman Anda mengeluh sering salah sambung," kata Jupiter. "Saya ditugaskan mengecek alamat- alamat yang nomornya saya putar. Dengan begitu bisa kami ketahui di mana letaknya kesalahan hubungan. Jadi kalau saya boleh tahu alamat rumah ini?
"Alamat rumah? Ini Franklin Street, nomor 309. Tapi saya masih belum, mengerti -"
Kalimat itu tidak selesai diucapkan, karena tiba-tiba terdengar suara orang menjerit. Suara berat seorang laki-laki. Seolah-olah ada pria bertubuh besar yang menjerit ketakutan. Ketiga remaja itu pasti sudah terlonjak mendengamya, apabila saat itu mereka tidak sedang
berdesak-desakan dalam bilik telepon yang sempit. Apalagi terlonjak, bahkan bernapas dengan bebas pun sudah sulit di situ. Walau demikian mereka masih saja kaget setengah mati.
Sedang hubungan telepon terputus.
To be Continue...........
KAMU SEDANG MEMBACA
(10) TRIO DETECTIF : MISTERI JAM MENJERIT
Ficção Científicasiapa yang mempunyai ide gila membuat bunyi jam menjadi suara wanita menjerit? Alih-alih dengungan lembut, bunyi nyaring itu membuat jantung hampir berhenti. jam yang terlalu mencolok dan aneh untuk sekedar jam Text asli by Robert Arthur Illustrat...