"Jupe!"
Lewat telepon yang ada di Markas Trio Detektif, Jupiter mendengar suara Bob yang bernada panik.
"Gawat nih - aku perlu bantuan!
"Kenapa, Bob?" tanya Jupiter tegang.
"Aku berada di tangan Mr. Jeeters." kata Bob. "Carlos dan Jerry juga ada di sini. Harry mereka culik pula."
Diceritakannya secara ringkas apa yang terjadi sebelumnya.
"Aku mereka paksa menelepon orang tuaku untuk mengatakan bahwa malam ini aku menginap di rumahmu," kata Bob selanjutnya. "Kata Mr. Jeeters kau bisa saja minta izin pada paman dan bibimu untuk menginap di tempatku, lalu pergi
tanpa menimbulkan kecurigaan. Katanya jika kau tidak datang membawakan pesan-pesan itu, tanpa mengatakan apa-apa pada orang lain, karni -yah, kami pasti akan merasakan akibatnya. Tapi ia bersumpah jika kau membawa pesan-pesan itu, kita semua akan segera dibebaskan, begitu apa yang dicari sudah mereka peroleh. Bagaimana, Jupe?
Menurutmu, apakah kau akan melakukan seperti yang mereka minta? Mungkin lebih baik kauhubungi polisi lalu -"
Bob tidak melanjutkan kata-katanya. Lewat sambungan telepon terdengar bunyi tamparan, diiringi napas tersentak. Setelah itu terdengar suara Mr. Jeeters.
"Sudah kaudengar kawanmu tadi," kata itu. "Jika kau ingin melihatnya lagi tanpa kekurangan suatu apa pun - seperti jari atau telinga misalnya
- kaulakukan apa yang kukatakan sekarang ini. Setengah jam lagi kau sudah menunggu di depan tempat barang-barang bekas itu dengan membawa semua kertas yang berisi pesan. Akan kukirimkan mobil untuk menjemputmu di situ. Tapi jangan bilang siapa-siapa - mengerti?? Kalau itu kauturuti, kau
akan selamat pada akhirnya nanti"
"Baiklah, Mr. Jeeters," kata Jupiter. "Aku akan mematuhi perintah. Aku akan sudah siap untuk dijemput, setengah jam lagi."
"Awas kalau tidak!" geram Mr. Jeeters. Jupiter termenung setelah itu. Ia menimbang-nimbang. Sesaat timbul niatnya untuk menelepon Pete.
Tapi tidak jadi, karena menurut pertimbangannya Pete tidak usah dilibatkan tanpa perlu. Jupiter memperoleh kesan bahwa orang yang meneleponnya tadi tidak main-main. Jika pesan-pesan sudah ada padanya lalu dengannya ia berhasil menemukan barang misterius yang dicari-cari, memang tidak ada alasan baginya untuk tidak membebaskan mereka.
Jupiter memasukkan kedua kertas berisi pesan yang sudah berhasil diuraikan serta sepotong lagi yang robek dan belum diketahui isinya ke kantung kemejanya. Lalu sebelum meninggalkan tempat itu lewat Lorong Dua, dituliskannya pesan yang berbunyi, "Cari kami di kamar tempat kumpulan jam" di secarik kertas yang diletakkannya di atas meja. Pesan itu - yah, untuk berjaga-jaga saja, karena ia yakin bahwa teka-teki yang sedang dihadapi pasti berkisar sekitar kamar jam itu.
Ia merangkak keluar lewat Lorong Dua, lalu melanjutkan langkah menuju Gerbang Hijau Satu. Ketika ia sampai di situ tahu-tahu ada bayangan gelap muncul dari timbunan barang bekas serta menyelinap ke arahnya. Jupiter cepat sekali daya reaksinya. Ia melompat ke papan Gerbang Hijau Satu. Maksudnya hendak menerobos ke luar. Tapi ternyata ia masih kalah cepat. Dadanya didekap lengan yang kekar, sementara mulutnya disekap sehingga ia nyaris tidak bisa bernapas. Didengarnya suara berbisik dengan nada mengejek dekat telinganya,
"Nah - berjumpa lagi kita sekarang. Dan kali ini aku yang mengatur permainan."
Suara itu berlogat Prancis, walau tidak begitu kentara. Jupiter langsung mengenalinya. Orang itu Hugenay, pencuri lukisan kelas kakap! Trio Detektif, sudah pernah berurusan dengan orang Eropa yang perlente dan cerdik itu. Takkan mungkin Jupiter bisa lupa padanya! Ia masih tetap agak merasa seram apabila teringat pada pekuburan tua berselimut kabut, di mana ia bersama Pete jatuh ke tangan orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(10) TRIO DETECTIF : MISTERI JAM MENJERIT
Science Fictionsiapa yang mempunyai ide gila membuat bunyi jam menjadi suara wanita menjerit? Alih-alih dengungan lembut, bunyi nyaring itu membuat jantung hampir berhenti. jam yang terlalu mencolok dan aneh untuk sekedar jam Text asli by Robert Arthur Illustrat...