BAB 5 KAMAR JAM

91 22 0
                                    

Suara jeritan menggema. Memenuhi ruangan lapang itu. Mulanya jeritan melengking tinggi, seperti suara bayi yang ketakutan. Disusul suara teriakan marah seorang laki-laki. Lalu digantikan raungan liar binatang buas. Itu jeritan macan tutul. Setelah itu dari segala penjuru datang jeritan, lengkingan, teriakan, auman, dan raungan binatang. Semuanya berbaur menimbulkan suara yang menegakkan bulu roma, Jupiter dan kedua temannya duduk berdampingan di sofa. Rasanya belum pernah mereka mendengar bunyi yang begitu menyeramkan seumur hidup mereka.

Harry duduk menghadapi sebuah meja. Tangannya bergerak kian kemari, sibuk menggerakkan seperangkat tuas yang menyebabkan ruangan itu dipenuhi suara jerit dan teriakan. Kini nyata bagi Trio Detektif, bahwa segala jam yang ada dalam ruangan itu diperlengkapi dengan mekanisme untuk bisa mengeluarkan teriakan. Kemungkinannya mekanisme yang dipakai mirip dengan yang ada pada weker. Harry membuat jam-jam itu menjerit satu per satu dan semuanya serempak dengan kecekatan yang menunjukkan bahwa ia sudah biasa melakukannya.

Pemuda itu memandang Trio Detektif sambil nyengir. Ia merasa senang melihat wajah mereka yang tercengang. Akhirnya semua mekanisme dimatikan, dan ruangan itu hening kembali seperti semula.

"Pasti kalian baru sekali ini mendengar seperti itu tadi," katanya. "Sekarang tentunya mengerti, apa sebabnya weker kalian sama sekali tidak membuat aku heran. Aku sudah terbiasa mendengar jam yang menjerit"

"Apakah ruangan ini dibuat kedap suara? tanya Jupiter. "Sebab kalau tidak, polisi pasti datang sebentar lagi, karena dipanggil para tetangga yang merasa terganggu."

"Tentu saja kedap suara," kata Harry dengan sikap agak menyombong. "Ini kamar jeritan Mr. Hadley. Saat malam hari dulu, ia suka duduk- duduk di sini sambil membunyikan kumpulan jamnya. Ia mengajari aku tekniknya sebelum ia-" Harry tidak menyelesaikan kalimat itu. "Pokoknya, aku diajari olehnya."

"Apakah yang teijadi dengan Mr. Hadley kemudian? tanya Jupiter. "Tidak ada apa-apa yang terjadi dengannya. Kenapa harus terjadi apa- apa?" tukas Harry.

"Kau tadi mengatakan, sebelum ia -, tapi tidak kauteruskan. Kusangka kau hendak mengatakan bahwa ia mengalami sesuatu."

"Ia kemudian pergi dan sini. Cuma itu saja. Lagi pula, itu sama sekali bukan urusanmu!"

"Kami mulai dengan pengusutan sebuah weker yang bisa menjerit," kata Jupiter, "lalu kini ternyata menjumpai sebuah ruangan penuh dengan jam yang semuanya menjerit! Menurut dugaanku. Ini bukan misteri yang biasa-biasa saja! Untuk apa ada orang mengutak-atik begini banyak jam sehingga bisa menjerit dengan suara manusia serta binatang? Aku tidak melihat gunanya!"

"Aku setuju sekali," kata Pete mengutarakan pendapatnya. "Belum pernah kudengar ada hal seedan ini."

"Itu merupakan kegemaran Mr. Hadley." Harry kini mengambil sikap bertahan, "Dan yang namanya kegemaran itu tidak perlu ada gunanya. Ia ingin mempunyai hobby yang lain dan yang lain, dan karenanya lantas mengumpulkan jam yang menjerit. Kalau kau - kegemaranmu apa?" Pertanyaan itu dilontarkannya pada Jupiter.

"Mengusut misteri - seperti yang sekarang ini," jawab Jupiter. "Kan sudah kukatakan, di sini sama sekali tidak ada misteri," tukas Harry.

"Mungkin memang begitu - tapi yang jelas ada sesuatu yang mengganggu perasaanmu. Kau bersikap seperti membenci setiap orang. Kenapa tidak kauceritakan saja persoalan yang sedang kauhadapi? Mungkin kami bisa menolong."

"Bagaimana mungkin kalian bisa menolong?" Harry sudah nampak marah lagi. "Maksudku, tak ada yang menyebabkan perasaanku tidak enak - kecuali kalian bertiga! Kalianlah yang menggangguku. Kenapa kalian tidak pergi saja. Jangan ganggu aku lagi!" Harry lari ke pintu lalu membukanya.

"Keluar!" sergahnya. "Dan jangan kembali lagi, karena -" Harry tergagap. Pintu depan rumah dibuka dari luar. Seorang laki-laki bertubuh besar melangkah masuk. Orangnya tidak begitu jangkung, tapi bahunya lebar sekali. Orang itu memandang Harry sebentar, lalu menatap Jupiter, Bob, dan Pete silih berganti. Tampangnya masam.

"Ada apa ini?" tanya laki-laki itu pada Harry. "Kau mengajak kawan- kawanmu masuk untuk bermain-main, berbuat berisik sehingga aku nanti terganggu? Kau kan tahu, aku memerlukan ketenangan seratus persen." "Kami sama sekali tidak berisik, Mr. Jeeters," jawab Harry dengan sikap cemberut. "Lagi pula, bunyi dalam kamar ini tidak bisa didengar dari luar."

Laki-laki bertubuh besar itu menatap Trio Detektif silih berganti, seakan hendak mengingat-ingat tampang mereka bertiga.

"Aku nanti perlu bicara sedikit dengan ibumu" kata orang itu sambil menaiki tangga menuju tingkat atas.

"Kenapa ia tidak suka jika kau mengajak orang masuk kemari?" tanya Bob bingung. "Ini kan rumahmu sendiri?"

"Bukan, ini rumah Mr. Hadley," kata Harry. "Ibuku pengurus rumah tangganya. Sejak Mr. Hadley pergi, kami tinggal di sini. Tingkat atas disewakan Ibu pada Mr. Jeeters, untuk memperoleh uang guna merawat rumah ini. Sekarang sebaiknya kalian pergi saja - supaya tidak menambah kerepotan.

"Baiklah," kata Jupiter. "Yuk. Bob, Pete. Terima kasih, Harry, untuk kebaikanmu menunjukkan jam-jam lain yang bisa berteriak tadi." Jupiter melangkah ke luar, sambil mengambil weker yang tadi diletakkan di atas meja dekat jam besar. Bersama kedua temannya ia kembali ke tempat Worthington memarkir mobil.

"Tidak banyak yang kita capai dalam pengusutan ini," kata Pete menggerutu sementara mereka masuk ke mobil. "Menurutku, siapa pun berhak mengumpulkan jam yang bisa menjerit, jika itu memang kegemarannya. Kurasa misterimu berakhir sampai di sini saja, Jupe." "Ya. kurasa juga begitu," kata Jupiter sependapat. Ia mengarahkan kata-kata selanjutnya pada Worthington. "Karena kita sudah ada di Hollywood, kita mampir sebentar di World Studios tempat Mr.

Hitchcock aku ingin minta kesempatan bertemu dengan dia. Mungkin saja ia tertarik pada jam kita ini.

"Baik, Master Jupiter." kata Worthington sambil menghidupkan mobil. "Tunggu sebentar," seru Bob dengan tiba-tiba, karena melihat Harry berlari keluar dan rumah dan mendatangi mereka. Pete membuka kaca jendela mobil. Harry menjulurkan kepalanya ke dalam.

"Untung kalian belum pergi, katanya dengan napas tersengal-sengal. "Tekadku sudah bulat sekarang! Kalian kan penyelidik -jadi kurasa ada kemungkinan kalian bisa menolongku. Ayahku saat ini mendekam di penjara karena dipersalahkan melakukan sesuatu yang sama sekali tidak dibuatnya. Aku ingin minta tolong pada kalian untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah."

TO BE CONTINUE...

(10) TRIO DETECTIF : MISTERI JAM MENJERITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang