Bab. 11

12.7K 2.7K 1K
                                    

“Saya pastikan kamu akan menyesal karena telah menyentuh putra saya.”

-Alatas-

•Atlas 2•   

•Atlas 2•   

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Althaf dan Alfan duduk anteng di sofa bersama hewan peliharaan mereka masing-masing. Ikan cupang di dalam gelas dan anak ayam di dalam mangkuk. Sedangkan Altan, berdiri jauh dari sofa sembari memperhatikan dua kembarannya.

Bagi Altan, apa yang tengah dilakukan dua saudara kembarnya adalah hal yang tidak baik. Bermain dengan hewan itu tidak boleh di atas sofa, apalagi dengan anak ayam. Altan geli sendiri.

“Eh jangan nakal kamu!” Alfan memukul kepala Blueband yang berusaha mematuk ikan dalam plastik. Altan melotot, dia kaget saat kepala anak ayam dipukul.

“Jangan dipukul, kasihan,” ucap Altan. Alfan dan Althaf kompak menoleh.

“Dia mau makan ikan cupang, aku cegah. Aku pukulnya gak kelas kok, pukul kasih sayang,” jawab Alfan.

“Tetap aja gak boleh, itu kan hewan peliharaan kamu, ciptaan Allah, harus diberi kasih sayang. Jangan disakiti karena semua ciptaan Allah itu berhak bahagia. Kalau kamu gak bisa bahagiakan anak ayam kamu, mending dikasih aja ke Pak LT, kan Pak LT punya ayam banyak,” balas Altan panjang lebar. Alfan mengerjap, berusaha mencerna ucapan Abangnya itu. Dia sedikit paham dan banyak bingungnya, sedangkan Althaf berdecak kesal.

“Kamu takut saya ayam, gak usah banyak bacot!” sambung Althaf. Altan melongo saat mendengar kata bacot, kata yang dilarang oleh Hafsah dan Atlas bagi mereka.

“Kamu kok ngomongnya kasal sih?”

“Aku gak ngomong kasal,” elak Althaf.

“Tadi kamu ngomong, bacot, maaf ya Allah tadi contoh,” ulang Altan.

“Iya aku gak ngomong kasal tadi, aku ngomongnya bacot.”

Altan kesal sendiri dengan jawaban Abangnya itu. “Telselah lah, aku capek.”

“Makanya duduk!” balas Althaf sembari menepuk sisi sofa yang kosong disebelah kanannya.

“Gak mau di situ, kotor, bau ayam, gak sehat main ayam,” tolak Altan.

“Kamu sok sehat banget sih!” Althaf gak terima. Alfan hanya diam sembari menonton perdebatan kedua saudara kembarnya itu.

Mereka benar-benar seperti orang dewasa saja, tidak pantas menjadi anak-anak. Sifat cepat tanggap dan cerdas memang sudah tertanam sejak dini, jadi orang pintar dan pandai berbicara adalah takdir triplet.

"Ingat ya, Mama sama Papa gak pelnah ajalin kita mukul hewan pelihalaan. Dosa! Jangan lakukan itu lagi Alfan!" tegas Altan. Alfan mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca.

Atlas 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang