Bab. 12

12.2K 2.9K 1.5K
                                    

Usia tidak menjamin kapan manusia akan ‘pulang’ karena sejatinya dunia, hanya tempat persinggahan sementara.

•Atlas 2 •
Karya Nadia Pratama  

•Atlas 2 • Karya Nadia Pratama  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










“Mama…Mama… lihat, ikan cupang aku bisa belenang, hebat kan,” ucap Alfan dengan gembira. Hafsah hanya mampu tertawa mendengar penuturan putranya itu.

“Kamu ini, ikan cupang ya bisa belenang lah,” balas Althaf. Alfan cemberut.

Apa salahnya coba? Dia kan hanya menyampaikan sesuatu yang membuatnya senang. Hafsah mengelus puncak kepala Althaf dan Alfan secara bergantian.

“Ikan itu kan memang hidupnya di air, jadi bisa berenang nak,” tutur Hafsah pada Alfan.

Alfan mengangguk. “Iya Mama aku tahu, makanya meleka gak punya kaki kan untuk beljalan?”

“Iya sayang.” Hafsah mengecup kening Alfan.

“Mama, aku sayang banget sama Mama,” ucap Alfan.

Hafsah tersenyum. “Mama juga sayang banget sama Dik Alfan, Bang Althaf, dan Bang Altan, dan Dik Hasna.”

Merasa namanya dipanggil, Altan mendekat, dan ikut duduk bersama Hafsah serta dua saudara kembarnya.

“Mama soalnya baik banget, gak pelna malah sama aku, Mama juga pintal kalena bantu aku mewalnai dan belajal mengaji, aku bangga punya Mama,” imbuh Alfan.

Hafsah benar-benar terharu mendengar penuturan putranya itu, mendengar Alfan mengatakan bahwa dia bangga dengannya, membuat semakin terharu. Hafsah memeluk triplet secara bersamaan, memberi kecupan di puncak kepala mereka masing-masing.

Triplet adalah anugerah terbesarnya sebelum Hasna lahir, sampai sekarang Hafsah masih tidam percaya jika dia melahirkan tiga anak kembar dan mampu mengurusnya hingga sekarang.

Hafsah sadar jika dia belum sempurna menjadi seorang Ibu untuk anak-anaknya, tapi setiap hari dia selalu belajar untuk menjadi pelindu terbaik untuk anak-anaknya.

Dia akan merasa terluka jika anak-anaknya terluka, dia akan ikut menangis jika anak-anaknya terluka. Hafsah bersyukur karena dia masih diberi umur untuk mengurus anak-anaknya, berbeda cerita dengannya dulu yang ditinggal oleh sang Ibu sejak masih kecil.

Allah lebih sayang pada almarhumah Ibu Hafsah, dan perempuan itu tetap tumbuh baik dengan didikan sang Ayah yang luar biasa hebatnya.

“Mama…” panggil Alfan. Hafsah diam.

“Mama…”

“Mama!”

“Alfan!”

“Alhamdulillah… akhirnya Adik bangun.” Atlas bersyukur karena istrinya bangun, sejak semalam sampai saat ini, Hafsah demam tinggi dan terus merintih menyebut nama Alfan.

Atlas 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang