Bab. 19

11.4K 2.8K 1.6K
                                    

Jangan pernah mengusik hidup orang lain jika kamu tidak mau hidupmu terusik.

•Atlas 2•

Karya Nadia Pratama 

Karya Nadia Pratama 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


 

Qilla membulatkan mata saat dia merasakan nyeri di bagian perutnya, perempuan itu merunduk. Mendapati Erika yang tengah tertawa pelan sembari menancapkan gunting lipat ke perut Qilla.

Sedangkan Malik, laki-laki itu baru saja hendak bangkit setelah terkena handataman kayu dari seseorang yang baru saja masuk.

“Aaa!” jerit Qilla saat perutnya kembali dikoyak oleh Erika dengan sadis. Perempuan itu tumbang di sisi Erika sembari memegangi perutnya yang telah berlumuran darah.

“Kak Qilla!” Teriak Randi. Laki-laki itu kini semakin emosi. Dia maju beberapa langkah dan memukuli Malik secara membabi buta hingga Malik tidak mampu lagi untuk bangkit.

“Setan ya kalin semua!” maki Randi.

Erika tidak tinggal diam, perempuan itu memukul kepala Randi dengan fas bunga hingga mengeluarkan darah. Bagi Randi, sakit yang dia rasakan akibat dipukul menggunakan fas bunga tidak ada artinya dibanding saat dia melihat Qilla yang sudah tidak sadarkan diri bersama Bagus.

“Gue gak suka kalau orang yang gue sayang terluka.” Randi bangkit dan menendang Malik yang sudah tidak sadarkan diri beberapa kali lalu mendekat ke arah Erika. Perempuan itu menodongkan gunting yang dia gunakan untuk menusuk perut Qilla tadi.

“Gunting doang gak takut gue!” ucap Randi. Erika melotot.

“Kamu gak akan bisa ketemu sama mereka lagi, mereka udah mati,” ucap Erika.

“Sekarang giliran lu yang mati, canda mati,” balas Randi dengan diakhiri senyum. “Orang gila kalau disatukan dengan orang gila maka bakal lebih seru!” Randi langsung mencengkram lengan Erika hingga gunting yang perempuan itu pegang terjatuh.

“Asal lu tahu ya, gue sebenarnya hampir gila gara-gara gagal nikah, gue bisa aja bunuh lu di sini, ah gak. Maksud gue nyiksa lu sampai mati, tapi gue masih manusia bukan titisan dakjal kek lu dan Malik bangsat itu!”

Prak!

Randi dan Erika langsung menatap ke sumber suara saat mendengar pecahan benda.

“Heh Dora, lu banyak bacot anjay! Itu si bangsat tadi bangun dan mau nusuk lu tuh,” ucap Alif sembari berjalan bersama Atlas ke arah Randi dan Erika.

Alif berjongkok di samping Malik yang kini benar-benar kehilangan kesadaran. “Sok-sokan jadi psikopat, asal lu tahu ya, mulut gue paling ampuh buat bunuh orang, kesel gue!”

Sedangkan Atlas, langsung menuju ke arah Qilla. “Kak! Bangun Kak!” dia benar-benar panik saat ini, terlebih saat melihat kondisi Bagus. Atlas semakin takut jika semua orang baik yang ada disekelilingnya pergi satu persatu.

Atlas 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang