Bab. 13

12.5K 3K 2.1K
                                    

Patah hati terdalam adalah ketika kita dipisahkan oleh maut dengan orang yang kita cinta.

Dalam novel Atlas 2
Karya Nadia Pratama 

Dalam novel Atlas 2 Karya Nadia Pratama 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












“Anak gue Lif…” rintihan yang begitu menyayat hati. Membuat semua orang yang mendengar ikut menangis.

Tlas! Istigfar dan dengerin gue!” pinta Alif galak.

Randi tidak tega melihat Atlas yang kacau seperti itu.

“Lu harus kuat!” pinta Alif. Atlas kembali merunduk, ribuan kali dia mencoba kuat tapi tidak bisa. Bayangan Hafsah yang menunggu Alfan di rumah, melintas begitu saja. Pasti hati istrinya sangat hancur nanti.

Bagus tahu Atlas tidak akan kuat jika seperti ini, kalau dia yang ada di posisi Atlas, pasti juga akan begitu. Akhirnya Bagus mengajak Malik untuk meminta data sidik jari korban, laki-laki itu masih tidak percaya atas semua yang telah dilihatnya.

“Dari segi pakaian dan ciri fisik memang benar ini Alfan, Pak,” ucap Malik pada Bagus. Bagus diam, dia tidak menyangkal hal itu, tapi dirinya tetap tidak percaya, kenapa bisa sampai wajah jenazah itu rusak.

“Dari data otopsi, korban mengalami luka sayatan tiga puluh kali dibagian wajah, bukan hanya wajah, tapi dibagian perut juga terdapat luka tusuk sebanyak sepuluh kali—"

“Cukup Malik!” pinta Bagus. Bagus tidak tega jika harus mendengarkan penjelasan lebih lanjut lagi dari Malik.

“Data sidik jari sudah keluar?” tanya Bagus.

“Kita harus tunggu beberapa jam lagi Pak,” jawab Malik. Bagus mengangguk kemudian menghela napas.

Membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.

Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.

“Gimana cara gue ngomong ke Hafsah?” tanya Atlas pada Alif dan Randi dengan tatapan kosong, suara tangis laki-laki itu memang sudah hilang, tapi air matanya terus bercucuran. Bahkan sampai saat ini Atlas masih duduk di lantai depan ruang outopsi.

Tlas, semua yang ada di dunia ini adalah titipan Allah, anak pun begitu. Sebagai orangtua lu Cuma dititipin aja Tlas, Allah lebih sayang sama Alfan, maka dari itu Alfan pulang,” jawab Alif dengan dibarengi air mata yang jatuh membasahi kedua pipinya. Dia sama-sama tidak bisa menahan tangis.

Atlas 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang