Bab. 16

12.9K 2.7K 1.1K
                                    

Bagaimana pun keadaannya, saya akan tetap mendampingi istri saya. Jadi tidak akan ada cela untuk anda masuk.

•Alatas•
Dalam novel Atlas 2
Karya Nadia Pratama

•Alatas• Dalam novel Atlas 2Karya Nadia Pratama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











“Hidup gue kok sial mulu sih.” Randi menggaruk rambutnya yang terasa gatal akibat terkena panas matahari.

“Gagal nikah, ditinggal Alfan, ban mobil bocor, ponsel ketinggalan,  dompet juga, hadeh!” rancau Randi. Ban mobil Randi bocor saat diperjalanan menuju rumah Pak Ummar, akhirnya dia terpaksa jalan kaki.

Randi melihat para Ibu-ibu yang tengah berbelanja, samar-samar dia mendengar nama Alfan di sebut, akhirnya dia mendekat.

"Mbak Eriska udah kenal Alfan kan ya?" tanya Bu Ita.

"Tentu." dia tersenyum. "Saya paling suka sama Alfan, sayangnya sudah gak ada."

"Hafsah pasti sekarang syok, dia bisa jadi gila juga lho," lanjut Erika.

Mata Randi membulat sempurna saat mendengar jawaban Eriska. “Kurang ajar si tetangga baru.”

"Hus Mbak! Jangan doain kaya gitu dong!"

Randi menatap Ibu-Ibu yang tidak terima atas ucapan Eriska. “Iya tuh jangan asal doain, anjay banget ya nih si Eriska!”

"Iya nih, jangan ngomong kaya gitu Mbak!" tegur Bu RT.

Randi melihat Eriska tersenyum sebelum menjawab.
"Iya maaf ya. Kalau gitu saya pamit dulu, nih Pak bayarnya."

Randi melangkah mengikuti Eriska yang baru saja selesai berbelanja. Demi apapun, Randi benar-benar penasaran dengan Eriska, masalahnya, gerak-gerik dan ekspresi wajah Eriska mencurigakan. Perempuan itu juga cepat sekali berubah-ubah ekspresi dengan cepat.

Randi menghentikan langkah saat Eriska masuk ke dalam rumah, tidak lama kemudian, dia kembali melangkah untuk melihat situasi rumah Eriska.  Randi melihat-lihat lewat jendela kaca yang tidak tertutup tirai.

“Bisa aja kan, ada sesuatu yang dia sembunyikan,” ucap Randi pelan.

“Bukan maksud nuduh sih, cuma penasaran aja kan ya.” Randi berbalik. “Astaghfirullah!” pekik Randi sampai laki-laki itu terjatuh. Eriska tersenyum.

Deruh napas Randi memburu, dia benar-benar terkejut saat melihat Eriska yang tiba-tiba muncul sembari menodongkan pisau daging pada Randi.

“Cari apa?” tanya Eriska. Randi menatap kedua bola mata perempuan itu, kemudian menatap pisau daging yang masih ditodongkan padanya.

“Pisau,” balas Randi.

“Ini?!”

“Heh Ya Allah!” Randi mundur, dengan rasa was-was, hampir saja pisau besar itu mengenai matanya.

Atlas 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang