Pasukan Peta, mana suaranya?
Absen dulu sini, siapa yang udah nunggu bab satu up,
Cung! 🙋♀️•Selamat Membaca•
“Gak apa-apa anaknya banyak yang penting istri satu aja.”
•Atlas 2 •
“Di depan orang tuamu kau malukan diriku…”
Dentuman musik dangdut dengan sedikit sentuhan DJ , menyeruak di lapangan komplek perumahan Atlas. Seorang laki-laki dengan potongan rambut ala Oppa Korea memimpin senam, dan ada tiga bocah yang ikut mendampingi di samping kanan dan kirinya. Tapi salah satu dari bocah itu hanya diam sembari memegang dua plastik berisi ikan cupang, wajahnya tampak suram karena bosan.
“Ayo Ibu-Ibu angkat tangan satu…dua…tiga…hoa hoe…”
“Kau bandingkan aku dengan dirinya…”
“Angkat tangan kanan, tahan…hitung… satu …dua…tiga… cendol dawet…”
“Kau hina diriku kau sebut tentang harta…”
“Rentangkan kedua tangan… iya pintar Althaf, Alfan. Hitung Ibu-ibu! Satu sampai delapan mulai!”
“Kasihku sedar ku tiada berpunya.”
Althaf mengikutin gerakan senam dari Randi dengan baik, sedangkan Alfan justru bergoyang tanpa aturan, dan Altan. Hanya diam mematung menatap ikan peliharaan kedua saudara kembarnya yang ada di dalam plastik.
Pagi ini Atlas dan Hafsah memang meminta bantuan Randi untuk mengasuh triplet karena Pak Ummar terkena musibah kemarin, ya kaki beliau bersiram air panas.
“Hafsah!!! Airnya surut nih, kamu lupa ya kalau lagi masak air?” Pak Ummar mematikan kompor gas, beliau membuka tutup teko tersebut, benar saja airnya tinggal setengah.
Pak Ummar tahu pasti Hafsah kerepotan terlebih beliau mendengar para cucunya menangis.
Atas insiatifnya sendiri, beliau mencari termos untuk menuangkan sisa air panas. Tapi siapa sangka jika hal ini membawa dampak buruk.
“Biksu! Tating aku mati, hua…” Alfan menubruk tubuh kakeknya hingga teko panas yang baru saja diangkat dari kompor gas, jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas 2
General Fiction📌Sekuel Atlas "Seperti saham yang naik turun, kita tidak tau seperti apa hidup ini." -Atlas