10

878 136 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



10 : Pride








Ayah Jisoo menyambut putri kesayangannya tersebut dengan hangat. Sama halnya dengan sang ibu, mereka memeluk Jisoo begitu erat. Putri bungsu mereka yang sukar untuk diatur itu pun akhirnya pulang juga.



Kedua orangtua Jisoo dan kedua kakaknya mulai merasa aneh dengan Jisoo. Mereka melihat kepala Jisoo yang selalu tertunduk lesu. Untuk kenyamanan Jisoo, sementara waktu mereka tidak akan mengganggunya dan membiarkan Jisoo sendirian di kamar.



Setelah kepergian Jennie, Jisoo seperti tidak memiliki semangat lagi. Pikirannya kembali ke masa lalu setelah beberapa hari dia ditinggal oleh Jennie.



Ayah Jennie sebenarnya sudah mengetahui destinasi Jennie selama tidak berada di rumah. Selain memiliki apartemen lain, rupanya ayah Jennie tahu jika sang anak selalu berkunjung ke apartemen Jisoo. Beliau mengunjungi Jisoo saat Jennie sedang tidak ada di sana dan menjelaskan semuanya kepada Jisoo.



Jennie memiliki trauma di masa lalu, dan trauma itu membuat kondisi mental Jennie jadi terganggu. Selain fisiknya yang menjadi lemah, mentalnya pun ikut terserang. Dahulu Jennie sangat mudah panik dan sering mengamuk.



Setelah kepanikannya mulai mereda, Jennie pun memiliki ketertarikan yang menyimpang, dan ayah Jennie mengetahui hal itu. Kondisi Jennie itu adalah sebuah delusinya yang semakin parah. Semua ini dikarenakan didikan sang ibu yang salah, Jennie kekurangan kasih sayang dari sosok perempuan yang paling dia sayangi. Maka dari itu, Jennie tertarik dengan obsesinya untuk mendapatkan kasih sayang dari sesama jenisnya, yaitu perempuan. Dan perempuan itu adalah Jisoo.



Mendengar hal itu, hati Jisoo menjadi sangat hancur. Jisoo bersedia melakukan apapun demi kesembuhan Jennie, termasuk membantu ayah Jennie untuk mengawasinya selama dia bersama Jennie.



Jisoo selalu berharap agar Jennie segera sembuh dari semua penyakit mentalnya. Karena baginya, Jennie sudah berhasil mengisi semua kekosongan di kehidupannya. Termasuk dengan cinta dan kasih sayang.



Sementara Jisoo, sedari dulu dia selalu menyendiri. Dia tak mengenal apa itu cinta, bahkan cinta terhadap lawan jenis. Jisoo hanya menjalani hidup apa adanya. Kedua orangtuanya terlalu menyayangi Jisoo, hingga mereka membiarkan Jisoo bersikap semaunya. Tetapi, Jisoo adalah anak yang baik. Dia jarang meminta apapun kepada mereka, meskipun mereka mampu memberikan segalanya kepada Jisoo.



Jisoo tumbuh menjadi perempuan yang kuat, bahkan dia jauh lebih kuat dari kedua kakaknya. Dia memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya dengan hidup mandiri. Dia pikir dia akan mendapat kehidupan yang berlika-liku seperti drama yang selalu ditontonnya. Namun bukannya mendapat kesenangan, Jisoo malah semakin merasa kesepian.



When We Were WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang