12

833 130 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



12 : Gleam And Glow








Ketika melihat nama sang penelepon, Taeyong segera menjawabnya. Saat Taeyong hendak mengatakan sesuatu, dia segera mengurungkan niatnya itu. Karena di seberang sana dia mendengar sebuah percakapan seseorang. Jadi Taeyong memilih untuk mendengarkannya terlebih dahulu.



Ayah Taeyong melihat sang putra yang menjadi serius itu lantas mencolek lengannya. Dan Taeyong hanya menggelengkan kepala sebagai tanggapan.



Kemudian mata Taeyong terbelalak ketika mendengar barang-barang mulai terlempar. Dia juga mendengar suara tawa Jisoo yang meremehkan orang tersebut.



Mata Taeyong melihat ke arah pintu di saat dia hendak menyusul Jisoo tadi. Di sana dia melihat ayah Jisoo yang baru memasuki lagi area ballroom. Taeyong pun berdiri untuk mendekati ayah Jisoo, namun tangannya ditahan oleh sang ayah.



"Kamu mau ke mana? Udah ayah bilang buat tunggu sebentar lagi." Taeyong terpaksa tak mengindahkan perintah sang ayah dengan melepas tangannya. Kemudian dia pergi ke tujuan awal untuk menemui ayah Jisoo.



Saat Taeyong selangkah lagi untuk menyentuh pundak ayah Jisoo yang sedang membelakanginya, Taeyong tiba-tiba saja ditarik oleh seseorang dari belakang.



"Ck, apa lagi, ayah?"



"Biar ayah yang urus."



"Tapi ini bukan..." ayah Taeyong mengangkat telapak tangannya di depan Taeyong. Kemudian beliau maju menggantikan putranya.



"Tuan Kim?" Panggil ayah Taeyong pada ayah Jisoo. Dengan segera ayah Jisoo pun membalikkan badannya yang dua kali lipat lebih besar dari ayah Taeyong.



"Eh pak Lee. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya ayah Jisoo sembari tersenyum. Beliau tentu sangat senang melihat ayah Taeyong yang merupakan mitra kerjanya juga.



"Boleh kita bicara sebentar?" Ayah Jisoo mengangkat alisnya, beliau melihat ke arah Taeyong yang berada tepat di belakang ayahnya. Lalu ayah Jisoo menganggukkan kepala. Ayah Jisoo pikir, mereka hendak bernegosiasi mengenai Jisoo. Akan tetapi itu memanglah tujuan sebenarnya dari ayah Taeyong.



"A-ayah..." potong Taeyong saat mereka hendak pergi ke sebuah ruangan yang berbeda. Ayah Taeyong pun menoleh dan hanya menganggukkan kepala.



Taeyong pun menjauh untuk melacak keberadaan Jisoo lewat telepon yang masih tersambung. Selang beberapa detik, dia pun berhasil menemukannya. Taeyong tinggal mengambil jalur kanan dari perempatan lorong yang sedang ditempati.



Setelah sampai di depan pintu, Taeyong tanpa ragu segera membukanya. Dia sangat terkejut ketika mendapati Jisoo sudah terduduk di lantai dengan kepala yang tersandar pada sisi ranjang. Dia sama sekali tidak terluka, hanya saja rambutnya menjadi sangat berantakan.



When We Were WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang