Kebekuan waktu berlangsung cukup lama. Mampu membuat Ha Na mendengarkan bunyi dentuman jantungnya sendiri.
"Aku baru tiba semalam dari Amerika Serikat, Ayahmu akan pulang besok bukan? Itu sebabnya kuputuskan pulang ke Korea Selatan lebih dulu, selain itu aku juga ingin bertemu denganmu" Han Jae Hyun menjelaskan tanpa perlu Ha Na minta.
Ha Na masih tidak bergeming. Ia sudah tahu lelaki itu pasti akan pulang ke negara ini lagi, namun ia tak berpikir akan bertemu dengannya dalam kondisi seperti sekarang. Terlalu mendadak.
Kemarin saat di Amerika Serikat, Ha Na bisa tidak mengacuhkan keberadaan Han Jae Hyun karena kondisi sang ayah, namun sekarang.
"Jadi, Ha Na....".
"Ha Na-ya...."
Suara maskulin familiar lain terdengar dari balik punggung Ha Na. Refleks dia memutar badan.
Di sanalah Lee Jin Wook berada. Berjalan cepat menuju ke tempatnya sedang berdiri. Mata kelam indahnya berkilat, menatap tepat penuh tekad kepada Ha Na.
Darah Ha Na dalam pembuluh berdesir semakin kencang. Menelan saliva. Ia mulai panik.
"Rupanya kamu di sini, sejak tadi aku menunggumu" bibir Jin Wook tersenyum namun tidak dengan kedua netranya.
Lelaki itu melingkarkan satu tangan pada bahu Ha Na, dengan sengaja memeluk wanita itu.
"Han Jae Hyun-ssi, lama tidak bertemu. Apa anda datang seorang diri?" Jin Wook bertanya. Kedua sudut bibirnya terangkat tinggi.
Ha Na awalnya salah tingkah, entah mengapa merasa tidak nyaman juga jadi serba salah. Saat mengangkat wajah, ia bisa melihat secara jelas dari tempatnya berdiri sekarang usaha Jin Wook menutupi amarahnya memakai sikap ramah.
"Ah, rupanya kalian datang berdua?" Jae Hyun terdengar gugup.
"Tentu saja. Itu karena aku dan Ha Na....".
"Kami berkencan" kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Lee Ha Na. Wanita itu sendiri bahkan sempat terkejut selama beberapa detik akibat pengakuan jujurnya.
Kedua lelaki itu terkaget bersamaan. Jae Hyun memandang Ha Na seakan ia baru mendapatkan tamparan keras di wajah. Jin Wook menatap kekasihnya tidak percaya.
"Ani, kami berpacaran" Ha Na lantas membenarkan kalimatnya. Terdengar sangat tegas, tanpa keraguan.
Sepasang iris coklat indah itu beradu pandang dengan kedua manik kelam gelap indah Lee Jin Wook. Yang masih dipenuhi keterkejutan, namun perlahan, pria penyuka segala jenis makanan tersebut tersenyum hangat kepada Ha Na.
Ha Na mengalihkan atensi netra sendu indahnya kepada si mantan.
"Kami berkencan. Kami saling mencintai sejak lama tapi terlalu bodoh untuk mengakuinya. Kami saling memiliki rasa untuk satu sama lain selama 12 tahun, namun begitu keras kepala untuk keluar dari zona nyaman masing-masing. Oleh sebab itu, Oppa, tolong restui kami ya".
Ucapan Ha Na barusan bagaikan sebuah pengakuan cinta rahasia. Dikatakan secara tulus, jujur, dan begitu berani.
Han Jae Hyun sampai kehabisan kata-kata. Rasanya pembuluh syarafnya seperti terjepit di suatu tempat dan darah berhenti mengaliri sekujur tubuhnya.
Ha Na menolehkan kepalanya sekali lagi, kali ini hanya memandang pria di sampingnya. Jin Wook sudah akan menangis andai saja dia tidak menahan diri.
"Kalau begitu permisi" ucap Jin Wook. Suaranya sedikit parau.
Hanya melirik ke arah Jae Hyun sekali. Sambil merangkul erat pundak Ha Na, keduanya melangkah melewati si Komposer ternama begitu saja. Yang masih membeku di tempatnya. Mendapatkan serangan shock pada apa yang baru saja terjadi.
Han Jae Hyun sudah kalah telak. Bahkan sebelum mulai menyiapkan strategi perang.
***************
"Oppa lihat ekspresinya tadi. Aigo, aku tak percaya bisa bertindak dan mengatakan hal seperti tadi. Rasanya puas sekali" Ha Na tertawa lepas sewaktu mereka sudah sampai di dalam mobil. Satu tangannya berada di atas dadanya. Jantungnya berdegup terlalu kencang hingga sedikit sakit.
"Hmm...tapi kamu tidak cuma mengejutkannya, aku sama kagetnya dengan mantan pacarmu itu" suara Jin Wook begitu dalam dan parau saat ini.
Jin Wook mengambil tangan Ha Na, membawanya dan meletakkannya di atas dadanya sendiri.
"Oppa.... Ha Na terheran-heran.
"Kamu mendengarnya tidak? suara detak jantungku yang tidak tenang akibat pernyataan mu tadi" menatap intens Ha Na. Sorot netranya dipenuhi kasih yang hanya ia peruntukkan untuk perempuan di depannya.
Ha Na tersenyum penuh kehangatan. "Mianhae Oppa, butuh waktu lama bagiku agar bisa mengakui segalanya. Saat berpikir kamu bakal terluka dan salah paham karena keberadaan Jae Hyun Oppa, aku jadi marah pada diri sendiri. Kemudian aku sadar kalau....".
Belum sempat Ha Na menyelesaikan kata-katanya, Jin Wook sudah membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman.
Nafas wanita itu memburu dalam ciuman mereka. Jin Wook melepaskan diri sejenak hanya untuk berkata. "Jangan banyak bicara, cium saja aku".
Ha Na tertawa renyah. Mengalungkan kedua tangan melingkari leher lelaki itu, ia balas ciuman sang pujaan hati dengan lebih dalam, juga panas.
Malam itu, untuk kesekian kalinya bintang-bintang di atas terangnya langit malam kota Seoul menjadi saksi atas pernyataan hati terdalam sepasang anak manusia, yang tengah menumpahkan segala rasa terpendam mereka.
Terkadang ada hal-hal yang terlalu sulit untuk bisa dikatakan. Butuh waktu dan proses untuk bisa mengungkapkannya. Pada saat itulah, satu-satunya cara terbaik hanya dengan.
Menunjukkannya.
Mengekspresikannya.
#############
Yang ngetik super baper 😭😭😭
Terus ini season 4 Voice mau di gimanain lagi woy!! Sepertinya lanjutan Let's Our Heart decide harus saya tunda hingga V4 tamat wakakakakaka. ..dan saya mau mengulang doa saya.
Semoga Song Seung Hoon karakternya gesrek!
Amin !
KAMU SEDANG MEMBACA
[ Completed!] Let Our Hearts Decide ( Fanfiction )
ФанфикWARNING : Cerita ini murni fanfiksi. Meski ada beberapa hal yang berasal dari dunia nyata! Semua cerita berasal dari kehaluannya Authornya semata xD. . Lee Jin Wook & Lee Hana akhirnya kembali dipersatukan lagi dalam drama terbaru setelah 12 tahun l...