4: malam pertama(?)

52.7K 3.1K 245
                                    

Syarat baca:
Vote 🌟
Comment 💬

Syarat baca:Vote 🌟Comment 💬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Revan berjalan santai menuju kamar Vanya. Kamar yang sama sekali belum pernah ia masuki. Tadi, bundanya menyuruhnya menyusul Vanya ke kamar. Katanya, mungkin kedatangan Revan bisa membuat Vanya senang.

Padahal Revan sendiri tidak yakin.

Kamar Vanya
Dilarang masuk kalo gak bawa makanan!
Canda makanan. masuk aja asal ketok<3

Revan menggelengkan kepala. Peraturan kamar macam apa itu. Sengaja ingin melanggar, Revan langsung menyelonong masuk.

Jika dilihat dari ukuran, kamar Vanya ini tidak terlalu besar. Namun, susunan barang yang begitu rapi membuatnya nampak luas.

"Hiks.. hiks."

Laki laki itu berjalan mendekat sumber suara. Ia bisa melihat Vanya yang sedang menangis meringkuk sambil memeluk gulingnya. Gaun yang tadi Vanya pakai juga sudah terganti dengan baju tidur.

Revan mendudukkan badannya diujung ranjang. Merasa ranjangnya bergerak, Vanya mendongak. Betapa terkejutnya ia ketika melihat makhluk seperti setan ada disana.

"KYAAA!"  Spontan Vanya berdiri diatas ranjangnya. Melempar guling yang dipegangnya tadi.

Kalau mau tau, Vanya itu penakut. Jadi, melihat Revan yang secara tiba tiba berada di depannya, bisa jadi itu hantu yang menyamar, kan?

Revan kembali melempar guling yang di lempar oleh Vanya. "Apaan sih lo!" Ucapnya sedikit keras.

Vanya mengerucutkan bibirnya. "Lagian elo ngagetin banget sih! Siapa juga yang nyuruh lo masuk kamar gue!?" Bentaknya.

Ingin rasanya Revan menelan gadis didepannya ini sekarang juga. Jika bukan karena bundanya yang menyuruh, ogah ogahan dia masuk ke kamar ini.

"Gue suami lo kalo lo lupa." Salahkan mulut Revan yang asal bicara. Bukankah otaknya hanya ingin menjelaskan kalau ia punya hak juga untuk masuk kesini? Kenapa jadi ngelantur.

Vanya memutar bola matanya malas. "Cuman status kalo lo lupa!" Balasnya menekankan kata status. Perjanjiannya begitu, kan?

"Terserah!" Kata Revan yang sudah terlanjur kesal. Bukan, bukan karena Vanya yang menekankan kata status. Tapi karena mulutnya yang asal bicara tadi.

Satu kata. Malu.

"Ih kok ngamok!?" Balas Vanya lagi. Menirukan sound tiktok yang sedang trend akhir akhir ini.

Revan tidak membalas. Ia berdiri dan beralih pada sofa yang ada di pojok ruangan.

"Udah sono keluar. Gue mau tidur!" Ketus Vanya dengan nada sedikit keras. Yang jelas, hatinya sedang sensitif sekarang.

REVANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang