36. the end.

46.8K 2.4K 169
                                    

Satu setengah tahun berlalu.

Pagi yang cerah dihari yang sepertinya, akan sangat indah bagi seorang Vanya. Sejak malam tadi, senyumnya tak luntur dari wajah cantiknya. Membayangkan, betapa harunya hari esok yang akan datang.

Vanya menatap dirinya didepan kaca. Sedikit polesan make up pada wajahnya, membuat Vanya terlihat semakin cantik dari biasanya.

"Punya siapa sih? Cantik banget." Pandangannya langsung tertuju pada lelaki yang berdiri didekat pintu. Berjalan mendekat, lalu memeluknya erat.

"Punya Revan. Selamanya," jawab Vanya disertai kekehan dibelakang. Sungguh, Vanya sedang menahan tangis yang datang. Masalahnya, make up nya selama satu jam bisa hancur.

Revan melepaskan pelukan mereka. Ditatapnya bidadari dihadapannya dengan penuh cinta. Wajahnya mendekat, mengecup puncuk kepala gadisnya.

"Happy graduation, wife," ucap Revan, sedikit terbawa haru dengan suasana.

Vanya tersenyum, masih merasa tidak percaya, kalau ia bisa ada disini sekarang. Siapa sangka, musuh terbesarnya satu tahun lalu, menjadi orang satu satunya, yang berhasil menempati hatinya.

Menjadi orang pertama, yang mengucap selamat atas kelulusannya.

"Thank you!"

"Tapi, kamu beneran gak bisa berangkat bareng aku langsung nih?" Tanya Vanya menatap dengan puppy eyes nya. Berusaha membujuk sang suami untuk bisa datang bersama.

Revan menangkup kedua pipi Vanya. "Aku pengen banget bisa berangkat sekarang bareng kamu. Gandeng kamu sampai tempat acara. Tapi, maaf banget, aku gak bisa. Ada urusan penerbitan yang harus aku selesain sekarang juga."

"Aku janji gak akan lama. Janji, sampai sana tepat waktu, sebelum acara dimulai. Okey?" Vanya mengangguk saja. Yang terpenting, Revan masih bisa datang tepat waktu. Itu saja.

"Yaudah, aku pamit ya? Biar cepet selesai juga. Papa udah perjalanan kesini. Kamu berangkat bareng papa, gak papa kan?" Vanya mengangguk lagi. Mencium punggung tangan Revan dan terakhir, memeluk lelakinya.

Membiarkan Revan pergi.

🦋🦋🦋

"Come on Vanya.. ini wisuda lo loh. Masa iya mau cemberut gitu? Gak asik tau Van," komentar Sasha yang duduk tepat disebelah Vanya. Melihat wajah sahabatnya yang tertekuk, membuat Sasha merasa iba.

"Gue yakin, kak Revan gak mungkin buat gak sengaja gak dateng. Maybe jalanan macet," tambah Dea, ikut membujuk.

Tidak berubah dari bibirnya yang mengerucut, Vanya masih mengumpati Revan dalam diam. Yang katanya datang tepat waktu, tapi apa? Bahkan acara sudah hampir selesai.

"Senyum dong, senyum. Abang lo gak dateng, tapi gue enjoy enjoy aja. Nikmatin aja," ujar Sasha.

Karena jengkel, Vanya menyentil jidat Sasha pelan. "Itu beda kasus! Bang Gerald kan lagi kuliah diluar. Wajar aja!" Katanya membalas.

Waktu terus berlalu, hingga sampailah pada urutan terakhir, dari acara kali ini. Hal ini juga, yang ditunggu oleh para siswa. Menentukan, siapakah yang paling baik dari yang terbaik untuk tahun ini.

REVANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang