Btw, ada yang ngeh, gak, kemarin kepencet publikasi? Bukan part ini lagi😭
Panik gak? Panik lah. Buat yang ngeh, dan tau judul dari part itu, atau malah sempet baca..
Anggap aja bonus, wkwk.Sebelum baca, jangan lupa vote comment nya!! Udah dikasih part spesial nih.
Satu lagi..
Warning 16+😳Happy reading!
🦋🦋🦋
Vanya melangkah gontai menuju ruang rawat inap Revan.
Sejak kecelakaan yang Revan alami satu minggu yang lalu, membuat hidup Vanya tidak berjalan normal. Kegiatannya tiap hari hanya sekolah, pulang, mandi, setelahnya berangkat kerumah sakit untuk Revan. Begitu seterusnya.
Fyi, setelah dua hari Revan harus berada diruang ICU karena kondisinya, berkat Tuhan, kondisinya membaik. Dan sudah diperbolehkan untuk dipindah ke ruang rawat inap.
Ah ya, Bella dan Dea, bahkan sesekolah, sudah mengetahui kondisi Revan sekarang. Bahkan hal itu membuat penyerahan jabatan ketua osis harus ditunda sementara. Sampai kondisi Revan membaik.
Hanya tau kalo Revan sedang koma. Bukan tau kalau Vanya bolak balik rumah sakit untuk Revan selama seminggu ini.
/ceklek
Pintu ruangan terbuka. Hanya melihatkan Revan yang masih terbaring lemah. Tidak ada yang lain. Karena memang, bundanya ada perlu dibutik. Dan ayahnya, pasti masih kerja. Sedangkan Gerald, laki laki itu tidak lagi sering kesini. Hanya kadang, jika Vanya sedang tidak ingin mengendarai kendaraan sendiri.
"Hai."
"Sorry, kemaren gue gak dateng."
Tangannya membelai pelan rambut Revan. Melihatkan senyum tulusnya. Rasanya, sakit setiap kali menyadari, kalau lagi lagi dirinya hanya berbicara seorang diri.
"Lo jahat banget, sih! Udah seminggu lo diemin gue. Diem, gak ngomong, buka mata aja ogah. Segitu marahnya lo?" Vanya tersenyum miring. Bahkan Revan tidak akan mendengarkan bacotan dari mulutnya, sampai berbusa sekalipun.
Tanpa sadar, lagi lagi, pipinya terbasahi oleh air mata. Buru buru ia mengusapnya. Vanya sudah berjanji, ia tidak akan menangis lagi didepan Revan. Takutnya, tiba tiba Revan terbangun dan harus melihatnya menangis. Tidak tidak, Vanya tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
"Sorry, kalo gue bikin lo marah kemaren kemaren. Sampe lo juga niat bales dendam ke gue dengan cara kayak gini."
"Lo tau gak sih, gue kangen.. oke, kalo lo denger ini pasti gak akan percaya. Tapi, gue beneran kangen. Gak ada yang jahilin gue, gak ada yang bisa gue ajak tengkar, terus, kalo gue telat, pak Bambang yang ngehukum gue."
Fyi, pak Bambang itu guru bk disekolah mereka.
"Males ah, lama lama capek ngomong sendiri. Get well soon, Revan. I love you."
Vanya mendekatkan wajahnya dengan Revan. Entah keberanian dari mana, perlahan Vanya menempelkan bibirnya dengan bibir Revan. Cukup lama, padahal ini adalah first kiss Vanya.
Sorry, gue cium lo tanpa ijin
Setelah cukup untuk melepas rindunya, Vanya menarik kembali bibirnya. Namun, belum sempat, betapa terkejutnya Vanya mendapat balasan dari pemuda didepannya. Ia diam, karena masih tak percaya dengan sekarang. Kecupan itu lama lama menjadi lumatan halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANYA
Teen FictionCerita klasik soal Revan, Vanya, dan perjodohan. Start: 27/12/20 End: 28/06/21