"Sudah sampai, " ceria Seokjin ketika mobil telah berhenti di halaman sejuk sebuah rumah yang cukup mewah.
Jeongguk mengerjap, ketika merasa mobil yang ditumpangi berhenti gadis itu langsung membuka mata, merenggangkan tubuhnya kecil dan membenarkan posisi Eunwoo di pangkuannya.
Disampingnya si rambut karamel tertidur pulas dengan headphone putih kesayangannya. Sang kepala keluarga membuka pintu, menuruni mobil dan beralih membuka bagasi.
Bersama Seokjin, Namjoon menurunkan barang-barang mereka satu persatu. Sedangkan Jeongguk sibuk menggoyangkan tubuh adik perempuannya dengan sebelah tangan. Karena sebelah tangannya yang lain menumpu tubuh kecil Eunwoo di dekapannya.
"Ck, Somi Kim. Aku tau kau sudah sadar sedari tadi. Cepat turun dan bantu Moomy and Daddy! " tegas Jeongguk, gadis berambut hitam itu sempat menangkap pergerakan bola mata Somi dari balik kelopaknya.
Somi masih tak mau bergerak, Jeongguk berdecak. "Somi Kim, bangun sekarang atau kubuang kopermu berserta antek-anteknya ke sungai dekat sini! "
"Iya-iya, aku sudah bangun. Kau cerewet sekali sih. " gerutu Somi, gadis berambut karamel itu melepas headphonenya dan mengalungkannya di leher.
Lalu kedua gadis itu memijakkan kedua kaki ke tanah berumput rimbun dibawah mobil. Jeongguk menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan.
Kedua tangannya memeluk Eunwoo yang masih tertidur di dekapannya. Sedangkan Somi, gadis itu sibuk menggerutu sembari membantu kedua orang tuanya. Mulanya Somi asik bermain ponsel di sebelah Jeongguk, tapi gadis yang lebih tua itu mendorong Somi dan melototkan matanya penuh ancaman.
"Eung... " Jeongguk dengan sigap menepuk-nepuk lembut punggung Eunwoo, menggoyangkan badannya ke kiri dan kanan lalu berjalan-jalan kecil.
Adik laki-lakinya menggeliat resah, titik keringat mulai bermunculan di pelipis. Dahinya mengerut, membuat Jeongguk cemas dan mengelus kerutan di dahi adiknya.
"Mom, sepertinya Eunwoo demam lagi. " Seokjin yang mendengar perkataan Putri sulungnya memekik, lalu meletakkan koper kecil Eunwoo ke tanah dan berlari menuju Jeongguk.
"Hey, little boy, kenapa hmm? Ini Mommy sayang.. " Seokjin memindahkan Eunwoo ke gendongannya. Beralih menggendong tubuh anak bungsunya dan berjalan menjauh mendekati sebuah pohon besar.
Jeongguk merenggangkan kedua lengannya yang terasa pegal, dirinya segera mendekati Namjoon dan Somi untuk membantu membawa barang-barang mereka ke dalam rumah.
"Bagaimana? " Jeongguk yang tadinya terdiam di depan ruang dapur tersentak. Nyaris saja kardus berisi barang-barang dapur milik Ibunya jatuh jika lengannya tidak segera mengapitnya.
Gadis bermanik kelam itu menoleh, melirik tajam ke Ayahnya yang hanya terkekeh tak berdosa.
Namjoon mendahului Jeongguk, dengan luwes berjalan-jalan mengitari dapur tanpa berani menyentuh sesuatu. Jeongguk terkekeh, menyusul ayahnya dan meletakkan kardus berisi barang dapur ke atas wastafel.
"Lumayan, Daddy mendapat rumah ini dari paman George? " tanya gadis sulung itu penasaran.
Namjoon yang tengah berusaha membuka jendela di dapur berhenti, menoleh ke arah Putri sulungnya dan tersenyum.
"Yep, bagaimana? " Jeongguk mendekati Ayahnya, mengambil alih untuk membuka jendela dapur. Seketika angin berhembus masuk, menerbangkan rambut panjang Jeongguk begitu saja.
"Hmm, lumayan. Daddy sudah menanyakannya tadi. " jawab Jeongguk diakhiri dengan gerutuan, ayahnya memang seperti itu. Terkadang tanpa sadar mengulang pertanyaan yang sama, padahal jawaban sudah didapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear
Horror[Finished] Semua bermula dari kepindahan mereka sekeluarga ke sebuah kota terpencil yang begitu jauh dari ibukota. Menuruti saran sahabatnya, sang kepala keluarga memutuskan untuk pindah rumah ke sebuah rumah kosong di kota tersebut. Tanpa menyada...