Taehyung menarik Jeongguk pergi menjauh dari keramaian setelah Jeongguk menanyakan apa yang pemuda itu sembunyikan. Gadis berambut hitam itu terus menyentak tangannya agar lepas dari cengkraman kuat Taehyung, tapi pemuda itu malah makin mengeratkan cengkraman membuat Jeongguk pasrah.Taehyung membawanya ke padang rumput dimana Jeongguk pertama kali melihat pemuda itu. Mereka masuk ke dalam rumah yang memang ada di tengah padang, disitulah tempat Taehyung mencurahkan segalanya di siang hari tanpa diketahui siapapun kecuali Hoseok atau Hendric.
"Tae? " panggil Jeongguk ketika pemuda itu akhirnya melepaskan cengkramannya dan terlihat mengacak-acak ruangannya sendiri.
"Aku terlambat Mom, aku terlambat! AKU TIDAK BECUS MOMMY! " teriak Taehyung tiba-tiba membuat Jeongguk tersentak dan langsung meraih tubuh Taehyung dalam pelukan. Pemuda itu bergetar, terus menyalahkan dirinya sendiri dan mengatakan jika dirinya harusnya mati saja, jika dirinya terlambat, dirinya ah, Jeongguk tak kuat mendengarnya.
Gadis itu tanpa sadar berkaca-kaca, kedua lengannya terus memeluk erat tubuh pemuda yang memberontak kuat didekapannya. Taehyung terlihat begitu kacau, terus berusaha meraih cutter yang terletak di atas sebuah meja untuk menyayatkan sebuah goresan diatas kulitnya.
"Taehyung! " bentak Jeongguk dengan tangisan, Jeongguk benar-benar kebingungan setengah mati saat ini. Ia belum pernah melihat Taehyung sekacau ini, ia bahkan tak mengetahui apa alasan Taehyung bisa sekacau ini. Tangannya terangkat ke puncak kepala Taehyung, mengusap helai rambut Taehyung dengan halus dan menepuk-nepuk punggung pemuda itu sengan tangannya yang lain.
"Ssst, tenang Tae.. Apa yang terjadi sebenarnya, heum? Bukan salahmu, bukan salahmu.. " bisik Jeongguk berupaya menenangkan Taehyung yang perlahan menjinak di pelukannya. Gadis itu sedikit berjengit ketika tangan Taehyung melingkari pinggangnya dan memeluknya erat.
"M-maaf, maafkan aku. Aku pantas mati, aku seharusnya mati, aku-"
"Shhhh! " Jeongguk menangkup wajah Taehyung, mendongakkan wajah merah pemuda itu dan mengelus pipi Taehyung dengan ibu jarinya lembut. Onix hitamnya mengunci hazel bergetar Taehyung lembut, "dengarkan aku, ini semua bukan salahmu. Okay? Dan kau tidak pantas mati Taehyung, semua orang tidak pantas mati. Okay? " tutur Jeongguk lembut.
Taehyung menggeleng brutal, kembali membuka mulutnya untuk membantah tapi Jeongguk memajukan wajahnya. Membungkam pemuda di dekapannya dengan sebuah ciuman. Yap, Jeongguk menempelkan bibirnya ke bibir tebal milik Taehyung. Gadis itu memejamkan mata, membiarkan bibir keduanya menempel lembut. Hanya menempel.
Sementara Taehyung, pemuda itu membelalak. Mata tajamnya yang sedikit bengkak karena terus mengeluarkan air mata menatap kelopak mata gadis yang menciumnya. Setelah merasa cukup, Jeongguk melepaskan tautan mereka dan kembali menatap wajah Taehyung yang shock.
"Kau tidak pantas mati Taehyung, " bisik Jeongguk tepat di depan bibir Taehyung yang terbuka karena kekagetannya. Rona merah menghiasi pipi sampai ke telinga Taehyung, pemuda itu merona. Jeongguk yang melihatnya menjadi ikut malu, gadis itu melepas tangkupan tangannya di wajah Taehyung dan mundur beberapa langkah.
"M-maaf, a-aku-" belum sempat Jeongguk menyelesaikan kalimatnya, kedua matanya membelalak tak percaya ketika Taehyung meraih pinggangnya dan membungkam mulutnya dengan bibir pemuda itu sendiri. Di tengah-tengah itu, manik gelap Jeongguk menangkap sebuah foto keluarga di meja yang berada di belakang tubuh Taehyung.
Di sisi lain, Somi berjalan menuju rumahnya dengan perut yang bergejolak. Rasanya benar-benar mual, gadis itu berhenti sejenak di tepi jalan. Menyenderkan punggungnya ke batang pohon yang menjulang. Hembusan napasnya terdengar keras, karena jalanan benar-benar sepi. Mungkin karena semua warga pergi ke lapangan dekat sekolahan untuk mengikuti festival.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear
رعب[Finished] Semua bermula dari kepindahan mereka sekeluarga ke sebuah kota terpencil yang begitu jauh dari ibukota. Menuruti saran sahabatnya, sang kepala keluarga memutuskan untuk pindah rumah ke sebuah rumah kosong di kota tersebut. Tanpa menyada...