☠ Fear | O2

529 56 0
                                    

Pemuda bertopi hitam itu menatap tubuh gadis bersweater putih yang kini tenggelam di balik pintu setelah menarik sosok gadis berambut karamel untuk masuk bersamanya.

Mata tajamnya sedikit menyendu, helaan napas terhembus dari bibir tebalnya. Topinya ia lepas, mengusak rambutnya sekejap dan memakainya lagi.

"Yo, Jack! " seseorang memanggilnya, membuatnya menoleh dan menatap datar sosok pemuda lain dengan senyum secerah Mentari.

"Ada apa? " suara berat tanpa intonasi itu bertanya, membuat sosok yang baru datang berdecak.

"Sebentar, biarkan aku bernapas dulu Jack. " sungut pemuda itu lalu menghirup udara rakus dan mendesah lega.

Sosok bertopi tadi -Jack- menaikkan sebelah alis, "jadi? " desaknya tak sabar. Dirinya benar-benar tak suka membuang-buang waktu hanya untuk menunggu pemuda di hadapannya menyapa domba-domba disekeliling mereka.

"Ck, Ayah memanggilmu. Katanya ingin memberimu sesuatu. " kata pemuda itu, namanya Hendric. Sosok pemuda periang yang suka sekali menebar senyum. Tak heran banyak yang menyukainya.

Jack menarik napas pelan, mendecak sekilas dan mengalihkan pandangan. Tiga detik setelahnya dia kembali menoleh ke arah Hendric dan menatap pemuda ceria itu datar.

"Kembalilah dulu, aku akan menyusul setelah membereskan ini. " Hendric sontak membulat ketika dengan entengnya Jack menyeret kepala domba yang nyaris putus dari badannya. Darah menyebar dimana-mana, bahkan sedari tadi Hendric tak sadar jika sepatunya menginjak genangan darah domba.

"YAK JAAAACK! KENAPA KAU MEMBIARKANKU MENGINJAK CAIRAN MENJIJIKAN INI?!! " Hendric menjerit histeris, tentu saja Jack mengabaikannya. Pemuda bertopi itu tersenyum miring dan kembali bersenandung pelan sembari menyeret kepala domba yang nyaris putus. Meninggalkan jejak darah memanjang.

Di sisi lain, Jeongguk tertawa sembari menahan panas akibat tabokan Somi yang bertubi-tubi. Gadis yang lebih muda darinya itu mengamuk karena Jeongguk tiba-tiba menyeret tangannya untuk masuk ke dalam rumah, padahal saat itu dirinya tengah melakukan panggilan video dengan teman-temannya.

"Sudahlah, lagipula itu hanya temanmu kan Somi? " Namjoon melerai dari atas kursi yang didudukinya, sedangkan Seokjin hanya terkekeh sembari membuatkan suaminya kopi.

Jeongguk terkekeh ketika Somi menghentakkan kaki menaiki tangga, menuju kamarnya di lantai dua.

"Pasti ada pacarnya tadi Daddy! " kompor Jeongguk yang dibalas bantingan pintu oleh adiknya. Sontak gadis berambut hitam itu terbahak makin kencang.

"Kau itu, hobi sekali menjahili adik perempuanmu, hm? Gadis nakal! " Jeongguk memekik ketika Seokjin menjewer telinganya pelan.

Wanita berambut sebahu itu kemudian menatap ke atas, dimana sosok bocah laki-laki tengah berdiri di anak tangga ke tujuh dan mengucek kedua matanya.

Jeongguk ikut menoleh dan mengulas senyum, "Kapten sudah bangun, hm? " candanya. Gadis itu lalu menaiki tangga dan meraih adik laki-lakinya dalam gendongan.

Sontak Eunwoo langsung meletakkan dagu ke bahu kakak sulungnya dan melingkarkan kedua tangannya nyaman. "Hey, jangan tidur lagi boy! " tegur Jeongguk diakhiri kekehan karena hanya mendapat gumaman tidak jelas adiknya.

Seokjin terkekeh lembut melihat interaksi kedua anaknya itu. Membiarkan lengan suaminya menyusup dan melingkari pinggangnya lembut.

"Mom, Dad, kapan paman George sampai? " tanya Jeongguk sembari mendudukkan diri ke kursi meja makan, di hadapannya Seokjin ikut duduk di kursi meja makan, di samping suaminya dan dihadapan putrinya yang tengah memangku Eunwoo.

Fear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang