☠ Fear | 1O

299 35 0
                                    


"Jeongguk, Somi, Eunwoo, makan siang sudah siap! "

Mendengar itu Jeongguk tersentak dan mengedipkan kedua matanya, sedari tadi gadis itu hanya melamun menghadap jendela kamarnya. Menikmati angin yang mendinginkan tubuhnya.

"Yes Mom! " jawab Jeongguk, kemudian gadis itu keluar kamar tanpa menutup jendela dan memasuki kamar Eunwoo. Bocah laki-laki itu masih pulas dengan mata terpejam. Jeongguk terkekeh, langsung menarik kedua kaki Eunwoo dan mendekap bocah itu ke pelukannya.

Eunwoo yang kaget hanya bisa tersentak, nyaris menangis jika saja hidungnya tak membaui aroma khas kakak sulungnya. Pada akhirnya bocah itu melingkarkan kedua tangan ke pinggang Jeongguk dan mengusakkan wajah di dada kakaknya.

Jeongguk terkekeh, mengangkat tubuh adiknya ke gendongan dan menutup pintu kamar adiknya setelah dirinya keluar. Gadis yang kali ini kembali mengurai rambutnya itu beralih masuk ke dalam kamar adik keduanya. Melepas headphone di telinga adiknya dan terkekeh.

"Makan siang sudah siap girl! " katanya, Somi hanya merenggut dan membereskan headphonenya. Lalu meletakkan ponselnya ke atas ranjang. Jeongguk yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya.

"Tumben ponselmu tidak kau bawa, ada apa? " tanya si sulung. Somi hanya diam, menatap kakaknya sekilas dan mendahului Jeongguk menuju dapur. Si sulung memiringkan kepala, mencoba memikirkan apa yang membuat adiknya menjadi bisa terpisah dari ponselnya.

Pada akhirnya Jeongguk mengedikkan bahu dan menyusul Somi menuju dapur. Di dapur Seokjin terlihat menata piring-piring berisi nasi goreng dengan nugget dinosaurus dan potongan sosis sapi serta sayuran yang entah ada apa saja. Jeongguk tersenyum lebar ketika hidungnya mengendus aroma lezat nasi goreng buatan ibunya.

Eunwoo di gendongan Jeongguk turut mengendus-endus dan menggoyangkan badannya agar Jeongguk menurunkannya. Menurut, Jeongguk menurunkan adiknya pelan. Eunwoo langsung berlari menaiki kursinya dan duduk di atasnya. Di depannya sudah tersedia sepiring nasi goreng berhiaskan nugget dino kesukaannya.

"Wah, sepertinya Daddy akan menyesal tidak ikut makan siang. " gurau Jeongguk. Seokjin terkekeh, menyodorkan sendok kepada Somi dan Eunwoo lalu menatap wajah Putri sulungnya. "Tentu saja. " jawabnya pongah, lalu menyodorkan sendok kepada Jeongguk yang diterima oleh gadis berambut hitam itu.

"Eum.. Tapi sepertinya tidak, karena Daddy mu meminta agar Mommy mengantarkan bekal ke sekolahannya. " Jeongguk melirik Somi setelah mendengar kalimat ibunya. Gadis itu mengunyah nasi di dalam mulutnya dan menatap ibunya.

"Mommy yang mengantarkannya? " tanya Jeongguk. Seokjin terkekeh dan menggeleng, "Kau. " sahut wanita berambut sebahu itu enteng sembari duduk di kursinya dan menyuapkan nasi goreng buatannya ke mulutnya sendiri.

Jeongguk mengerucutkan bibirnya, "tapikan aku tidak tahu letak sekolah tempat Daddy mengajar Mom. " rengek Jeongguk. Gadis itu malas luar biasa untuk keluar rumah saat ini. Ia hanya ingin bermalas-malasan saja.

Seokjin menggeleng, "nanti Eunwoo yang akan menunjukkan. Siap jagoan? " Eunwoo mengangguk semangat dan menepukkan telapak tangan mungilnya ke telapak tangan lebar Seokjin yang terbuka.

Jeongguk mencebik, kemudian pasrah saja. "Somi? " tanya gadis itu. Si rambut karamel terlihat melirik ke arahnya dengan mata melotot. Tanda tak ingin disangkut pautkan dengan rencana mengantarkan bekal sang Daddy.

"Ah, kalau begitu kalian bertiga saja. " kata Seokjin riang. Jeongguk sontak meleletkan lidahnya ke arah Somi yang dibalas pelototan kesal oleh si rambut karamel.

"Sudah, habiskan makanan kalian dan Mommy akan menyiapkan bekal untuk Daddy. " Seokjin berdiri, membawa piring kosongnya ke arah wastafel dan mencari kotak bekal kosong untuk diisi nasi goreng buatannya.

Beberapa menit kemudian Jeongguk menerima kotak bekal berwarna merah muda dari Seokjin. Setelah pamit kepada Seokjin, Jeongguk melirik Somi yang menggendong Eunwoo. "Ayo, " ajaknya pada adiknya. Somi mendengus, membenarkan gendongannya pada Eunwoo sejenak kemudian membuntuti kakaknya.

Kata Seokjin, mereka lebih baik berjalan kaki saja, lagipula tempatnya tak begitu jauh. Sedangkan isi hati Jeongguk terus mengomel karena kakinya sudah pegal meski baru beberapa langkah. Sedangkan Somi menggerutu terang-terangan dengan kaki terhentak. Jeongguk berbalik, menyodorkan kotak bekal kepada Somi.

"Biar aku yang menggendong Eunwoo, kau bawa kotak bekal Daddy saja. " Somi menyetujuinya, gadis itu menurunkan Eunwoo dan meraih kotak bekal dari tangan kakaknya. Sedangkan Jeongguk membungkuk untuk meminta Eunwoo agar digendong di punggungnya saja.

"Belok kiri! " seru Eunwoo. Jeongguk terkekeh, sedangkan Somi terlihat mulai menikmati perjalanannya. "Sudah sampai! Itu, itu, yang ramai! " pekik Eunwoo. Jeongguk terkekeh dan mengusakkan kepalanya ke kepala adiknya gemas.

Somi mengamati sekitar, "ramai sekali. " Jeongguk seketika teringat sesuatu. "Ah, Mommy bilang nanti sore sampai malam akan ada pasar malam disini. Mungkin karena itu sekarang ramai? " simpul Jeongguk. Somi hanya mengangguk-angguk, sedangkan Eunwoo masih memutar bola matanya kesana kemari.

"Daddy! " pekik Eunwoo, tangannya teracung ke depan, menunjuk sosok pria tampan dengan kacamata baca di hidungnya mendekati mereka. Jeongguk terkekeh dan menurunkan Eunwoo. Bocah itu langsung berlari menuju Namjoon dan memeluk Daddynya.

"Lelah kids? " tanya Namjoon teduh. Jeongguk menggeleng, Somi mengangguk, dan Eunwoo sibuk berceloteh. "Bekal dari Mommy. " kata Somi sembari menyodorkan kotak bekal warna merah muda kepada Namjoon.

Pria itu terkekeh dan menerimanya, lalu mengusak satu persatu rambut anak-anaknya. "Pulanglah. " titah pria paruh baya itu. Jeongguk mengangkat sebelah alis, "kita tidak membantu mereka Dad? " tanya Jeongguk.

Namjoon menggeleng, "paman George bilang jika perempuan tidak usah membantu. " canda Namjoon. Jeongguk merenggut dan menonjok lengan ayahnya main-main.

"Kalau mau, bantu saja, tapi pulangkan Eunwoo dulu. Loh, Eunwoo?!! " pekik Namjoon. Pasalnya bocah laki-laki yang tadinya mencengkram ujung jasnya tiba-tiba lenyap begitu saja. Jeongguk dan Somi ikutan panik. Karena mereka juga tidak sadar Eunwoo pergi kemana.

"Paman! " suara serak dan berat itu membuat tiga orang yang kebingungan mencari Eunwoo menoleh. Mendapati sosok pemuda bermata tajam dengan sosok Eunwoo di gendongannya.

"Taehyung... " lirih Jeongguk. Yap, dari kejauhan sosok Taehyung dengan Eunwoo di gendongannya berjalan mendekat. Sepertinya bocah itu tadi berlarian kesana-kemari dan Taehyung melihatnya.

Pemuda itu membungkuk sekilas pada Namjoon dan menurunkan Eunwoo dari gendongan. "Tadi dia nyaris tertimpa tenda yang baru didirikan. " jelas Taehyung tenang. Namjoon sudah melotot dan memeriksa seluruh tubuh Eunwoo. Sedangkan Somi terbahak dan Jeongguk masih terdiam menatap Taehyung.

Mata tajam itu melirik Jeongguk sekilas, membuat empunya tersentak dengan wajah memerah. "Jack, benar kan? " tanya Namjoon. Taehyung mengangguk, Ayah dari tiga anak itu menepuk bahu Taehyung dan mengulas senyumnya.

"Terima kasih. " katanya tulus. Jeongguk sedikit mengernyit ketika ia mendapati tubuh Taehyung sempat menegang sebelum kemudian pemuda itu membungkuk kepada Daddynya. "Tidak masalah. " sahut pemuda itu. Kemudian Taehyung berlalu setelah memberikan lirikan sekilas pada Jeongguk.

Melihat Putri sulungnya yang terdiam, Namjoon mengernyitkan dahinya. Melirik ke arah Putri keduanya dan menegakkan dagu, sebagai isayarat bertanya. Somi menaikkan sebelah alisnya, kemudian melirik Jeongguk dan mengedikkan bahu kepada ayahnya.

Namjoon menghela napas, lalu menepuk bahu Jeongguk. "Kalian pulanglah, nanti sore kita akan datang ke sini bersama-sama. " kata Namjoon.

Jeongguk dan Somi mengangguk. Jeongguk mengambil alih Eunwoo dari gendongan ayahnya dan menunduk sekilas pada ayahnya. "Kami pergi Daddy. " pamit Jeongguk.

Namjoon melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar.

tbc.
© xeanoona

Fear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang