☠ Fear | O4

438 43 2
                                    

"Kami pulang! " sore itu Namjoon, Somi, dan Eunwoo baru pulang dari acara mereka melihat sekolah yang akan Namjoon tempati. Eunwoo terlihat tertidur nyenyak dipunggung Namjoon. Sedangkan Somi asik bersenandung dengan headphone yang terpasang di kedua telinganya.

Jeongguk yang baru saja mandi menuruni tangga dengan rambut basah, ia akan meminta tolong ibunya untuk mengeringkannya. Namjoon bergerak menaiki tangga, menyempatkan untuk mengusak rambut Jeongguk dan menuju kamar Eunwoo untuk menidurkan bocah itu di ranjangnya.

Jeongguk melanjutkan untuk menuruni tangga, mendekati Somi yang duduk bersantai di ruang tamu dan terfokus kepada ponselnya. Gadis berambut basah itu terkekeh tanpa suara, mendekati adiknya dari belakang dan mengarahkan rambut basahnya menutupi wajah Somi.

"JEONGGUK KIM! " gadis yang lebih muda itu memekik, Jeongguk terbahak lalu berlari ke dapur menuju ibunya dan menyerahkan handuk.

Sedangkan Somi melepas headphone nya dan membanting ponsel ke sofa, menatap Jeongguk tajam dan mulutnya berkomat-kamit mengucapkan sumpah serapah kepada kakak sulungnya yang luar biasa menyebalkan.

Seokjin yang melihat tingkah kedua putrinya itu menggelengkan kepala, menepuk Puncak kepala Jeongguk gemas yang membuat empunya mengaduh. Meski begitu, kedua tangan Seokjin dengan telaten mengusak rambut basah putrinya dengan handuk.

"Aku tadi sempat melihat sebuah minimarket, apakah kita membutuhkan bahan makanan? " tanya Namjoon tiba-tiba, pria yang sudah beristri itu menuruni tangga dengan hati-hati, lalu menuju istrinya dan mencuri kecupan di pipi wanitanya.

"Daddy, ada aku dan Somi disini! " peringat Jeongguk yang dibalas juluran lidah oleh ayahnya itu.

Namjoon memeluk pinggang Seokjin dari belakang dan meletakkan dagu ke bahu istrinya, "biar, lagipula kalian berdua itu sudah legal. " kata nya dengan sebelah tangan yang iseng mencuri usakan di rambut Jeongguk.

Seokjin menepuk tangan jahil suaminya dan dibalas kecupan di pipinya, sedangkan Jeongguk merengek kesal karena rambutnya selalu di usik oleh Namjoon, daddynya.

"Oh, Eunwoo bangunkan saja. Kita makan malam sekarang saja. Bagaimana? " tanya Seokjin tiba-tiba. Jeongguk menggerakkan kepalanya ke atas bawah semangat ketika mendengar kata makan.

Namjoon hanya mengedikkan bahu, sedangkan Somi tak mendengarnya karena gadis itu menutup telinganya dengan headphone. Dan pastinya tengah menyetel lagu dengan volume full.

Jeongguk dengan iseng melemparkan handuknya, yang sukses mendarat di kepala adiknya. Somi melepas headphone dan menoleh ke arah dapur dengan sorot mata kesal luar biasa.

"Apa?!!" bentaknya kesal, Jeongguk hanya terkekeh tanpa dosa. "Makan malam dimajukan menjadi makan sore, apa pendapatmu? " tanya Jeongguk.

Somi terlihat berpikir, lalu mengedikkan bahunya. "Toh, yang penting kita makan. Tak ada bedanya, dan ini, ambil lagi handukmu sialan! "

Jeongguk tertawa, menangkap handuknya dan memutuskan untuk meletakkannya ke kamarnya, sekalian membangunkan adik kecilnya.

Ia bisa mendengar kalau ibunya tengah menasehati Somi karena mendengar gadis itu mengumpati kakaknya. Mengingatnya membuat Jeongguk terkikik geli.

Gadis itu menyampirkan handuk ke sebuah kaitan dibelakang pintu, lalu ia berjalan mendekati jendela. Tirainya melambai-lambai, ia lupa belum menutupnya. Maka, tangannya melepaskan penyangga jendela lalu menutupnya, setelah itu ia menarik tirai untuk menutupi jendela.

Jeongguk keluar dari kamarnya, menuju kamar Eunwoo untuk membangunkan si bocah laki-laki itu. Gadis bermanik kelam itu membuka pintu kamar Eunwoo dan mendekati ranjang dimana Eunwoo tengah terlelap disana.

Jemarinya terangkat, mengelus kepala adiknya pelan dan mendekatkan wajahnya ke telinga kecil Eunwoo, "hey, boy, bangun. Kalau tidak jatah makanmu akan kuberikan pada Somi nanti. " bisiknya.

"Eungg.. " Eunwoo mengerang, bocah itu mengeliatkan tubuhnya dan mengerjap-ngerjapkan kedua mata. Lalu mengerucutkan bibir ke arah Jeongguk.

"Kau tidak akan memberikan jatah makanku pada Somi kan, Jeongguk? Aku sudah bangun.. " katanya, suaranya terdengar begitu menggemaskan. Sedikit berdengung karena anak itu baru saja bangun tidur.

Jeongguk menggeleng, lalu menarik Eunwoo dalam gendongan. "Tidak mungkin aku memberikan jatah makanmu pada Somi boy, tenang saja. " katanya sembari kakinya melangkah turun menuju dapur.

Eunwoo meletakkan dagu ke bahu Jeongguk, melingkarkan kedua tangannya ke leher gadis itu, tak lupa kedua kakinya yang turut melingkari pinggang Jeongguk. "Jeongguk.. Aku bermimpi menakutkan.. " bisiknya lirih.

Jeongguk menghentikan langkah, mengerti jika adiknya hanya ingin dirinya yang menjaga rahasianya. "Aku bermimpi sangat menakutkan.. " ulangnya lagi.

Jeongguk sedikit khawatir, ia menggerakkan tubuh ke kanan dan kiri untuk sedikit menenangkan adiknya, tangannya turut mengelus punggung Eunwoo. Bocah cilik usia 5 tahun itu semakin menyusupkan wajahnya ke ceruk leher Jeongguk.

"Aku bermimpi bermain dengan domba.. Tapi domba-domba itu sangat mengerikan, mereka mengejarku.. Lalu mengerumuni aku, hiks, a-aku takut.. " Jeongguk makin resah ketika isakan terselip dari bibi Eunwoo.

Gadis berambut setengah basah itu mengapit kepala kecil Eunwoo dengan bahu dan kepalanya, lalu menenangkan adiknya sembari kembali berjalan menuruni tangga menuju dapur.

"Shh, hanya mimpi Eunwoo. Just a bad dream, rileks okey? Domba-domba itu tak akan datang padamu. Hm? Kau lupa kalau kau memiliki aku bukan? Aku tidak akan membiarkan domba-domba itu menyakitimu hm? Percaya padaku boy? "

Jeongguk dapat merasakan anggukan di ceruk lehernya, sejenak gadis itu mendesah lega. "Jika ada sesuatu, katakan padaku eum? Aku tak akan membocorkannya kepada siapapun. " tegas Jeongguk dengan suara lirih.

"Eum.. "

Seokjin mengamati putranya yang terlihat lesu sedari tadi. Wanita paruh baya itu mengelap tangannya yang basah dan menatap Jeongguk meminta penjelasan.

Jeongguk yang mendapat isyarat dari ibunya menjawab dengan gerakan bibir saja. Tak mau Eunwoo curiga padanya.

Mimpi buruk.

Seokjin menghela napas, putra bungsunya memang selalu mengalami mimpi buruk tiap bocah itu baru saja pindah ke rumah baru. Dulu juga pernah, bahkan sampai demam tiga hari berturut-turut. Maka Seokjin hanya tersenyum, mengusak rambut putranya dan turut mendudukkan diri di kursi.

Mereka tengah makan bersama, Seokjin hanya membuat sup jagung dan dumpling untuk kali ini.

Jeongguk menandaskan mangkuknya dengan cepat, lalu iseng-iseng menusuk dumpling Eunwoo dengan garpu, membuat bocah itu merengek dan pelototan Seokjin menghujam ke arahnya. Gadis itu tak kapok juga, beralih menjahili adik perempuannya, yang sontak mendapat pukulan di lengan.

Jeongguk mengaduh dengan wajah cemberut, memaki Somi dalam hati karena pukulan gadis yang lebih muda darinya itu benar-benar kuat. Gadis itu mengalihkan pandangan. Lalu maniknya berbinar ceria ketika mendapat sasaran.

Kali ini Namjoon yang tengah menyeruput kopinya nikmat tak menyadari jika salah satu dumplingnya telah masuk ke dalam perut Jeongguk. Ketika meletakkan mug berisi kopi, pria paruh baya itu mengerutkan dahi melihat dumplingnya yang hanya tersisa dua.

Ayah tiga anak itu menaikkan sebelah alis, menatap satu-persatu keluarganya yang tengah makan bersama. Lalu menatap Jeongguk yang terlihat santai-santai saja. Pria itu terkekeh, menopang dagu menatap Jeongguk dan menaikkan sebelah alis.

"Jeongguk, Daddy tahu ini ulahmu, girl. " katanya, Jeongguk menatap Namjoon tak mengerti. Mengerjapkan kedua mata bulatnya dan memiringkan kepalanya.

"Apa? " timpalnya, Namjoon yang sudah gemas dengan tingkah Putri sulungnya itu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju Jeongguk.

Merasa terancam, gadis itu berdiri dari kursi dan memekik. Tawa memyembur dari mulutnya ketika ia dan ayahnya malah berakhir kejar-kejaran di dalam rumah. Menyebabkan teriakan murka Seokjin terdengar.

"JEONGGUK, NAMJOON, HENTIKAN SEMUANYA DAN BERESKAN DAPUR SEKARANG JUGA! "





tbc.
© xeanoona

Fear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang