"Keluarga? " beo Jeongguk, gadis itu menukikkan kedua alisnya, menciptakan kerutan di dahi. Taehyung melirik Jeongguk, tersenyum kecil lalu kembali menghela napas. "Yep, keluargaku. Dulu. " lirih Taehyung. Jeongguk mengamati bingkai foto di tangan Taehyung.
Ada lima orang disana, sepasang suami istri, sepasang perempuan dan laki-laki yang kembar, dan Taehyung. Jeongguk mengerutkan dahinya. "Kau.. Memiliki kakak kembar? " Taehyung mengangguk membenarkan. Pemuda itu terlihat menatap kosong ke depan, memutar memori beberapa tahun lalu di kepalanya.
"Bag-"
"Tae! " belum sempat Jeongguk menyelesaikan pertanyaannya, panggilan Hoseok mengudara. Pemuda riang itu tiba-tiba mendobrak pintu dan membelalak mendapati Jeongguk disebelah Taehyung. "Yak, kau gila membawanya kemari?!! "
Taehyung menggeleng, ia menjatuhkan kepalanya ke bahu Jeongguk begitu saja. Mengabaikan pemilik bahu yang menegang tiba-tiba dan Hoseok yang melotot tak percaya. Pemuda itu menjatuhkan rahangnya ke bawah. "Woah, k-kau benar Jack? Benar Taehyung kan? "
Taehyung melirik Hoseok tajam, sontak membuat yang dilirik terkekeh tanpa dosa. Pemuda itu melongokkan kepala, menatap bingkai foto di tangan Taehyung dan bergumam random. "Tunggu dulu, kau memanggilnya Taehyung? " Jeongguk menginterupsi, setelah sekian menit berpikir ada sesuatu yang terasa janggal.
Hoseok dengan santai mengangguk, "kami sudah berjanji, jika hanya ada kami berdua maka aku memanggilnya Taehyung dan dia memanggilku Hoseok. Ah, pasti kau sudah diberi tahu Taehyung masalah nama asli kan? " Jeongguk menggerakkan kepalanya ke atas dan ke bawah, membenarkan pertanyaan Hoseok yang mengarah ke pernyataan.
"Ada apa kemari? " tanya Taehyung. Hoseok terlihat menepuk dahinya dengan bola mata membulat. "Somi, paman Stev sudah berhasil dan sekarang kita tinggal menunggu.. " perkataan Hoseok terhenti ketika manik matanya bersibobrok dengan onix hitam Jeongguk yang terlihat emosi.
"Apa yang kalian rencanakan? " tanya Jeongguk dengan nada menusuk. Kedua tangannya sudah mengepal, dirinya tak bisa tinggal diam ketika warga disini sepertinya merencanakan sesuatu untuk adiknya.
"Bukan hanya adikmu, tapi keluargamu. " jawab Taehyung, pemuda itu menatap Jeongguk yang sedari tadi melamun dengan raut wajah gelisah. Jawaban Taehyung sontak mendapat pelototan tajam dari gadis berambut hitam itu.
"Apa yang sebenarnya terjadi?!! " bentak Jeongguk tak sabar. Bola matanya sudah tergenang air matanya. Hoseok dan Taehyung saling lirik, seperti membicarakan dalam diam apa yang harus mereka lakukan saat ini.
"Omong-omong kedua orang tuamu tadi mencarimu Jeongguk. " celetuk Hoseok pada akhirnya. Satu-satunya gadis yang berada disana langsung terkesiap, seakan baru menyadari sesuatu. "Jam berapa sekarang? " Hoseok berkedip, mengangkat lengannya yang melingkar sebuah jam disana.
"Sudah nyaris jam 9 malam. " Jeongguk menepuk dahinya kuat. "Selama itu aku disini? " tanya Jeongguk tak percaya, sorot matanya menatap hazel Taehyung yang juga menatapnya kosong. Jeongguk mengerutkan dahi, "sepertinya aku harus pulang. " gumamnya pelan.
Hoseok mengangguk dan menarik lengan Taehyung agar pemuda itu berdiri. Sedangkan Jeongguk merebut bingkai foto dari tangan Taehyung dan meletakkannya kembali ke meja. Lalu ikut menarik lengan Taehyung agar kedua pemuda itu mengantarkannya ke rumah.
Sebelum keluar dari padang rumput, Hoseok menatap Jeongguk tajam, "ingat Jeongguk, jangan sampai kau bertingkah mencurigakan yang membuat ayah curiga padamu. " Jeongguk mengernyitkan dahi, "ayah? " Taehyung mendesah, menatap onix hitam berkilau milik gadis yang mencuri hatinya.
"Paman George, Gongyoo. Apa kau melupakan perkenalan paman George kemarin? " datarnya. Jeongguk hanya meringis, gadis itu menatap Hoseok dan Taehyung bergantian. Membuat dua pemuda yang di tatap mengernyitkan dahi dan saling pandang. "Apa? " tanya Hoseok.
"Kalian.. Sudahlah, lupakan. " gumam Jeongguk pada akhirnya. Mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju rumah Jeongguk dalam diam. Membiarkan keheningan menyelimuti mereka rapat-rapat. Sesekali Jeongguk melirik Hoseok yang terlihat bersenandung pelan, dan Taehyung yang lagi-lagi menatap kosong ke depan.
"Nah, sudah sampai rumahmu. Ah, bibi Seokjin. " seru Hoseok, pemuda itu melambaikan tangan pada Namjoon dan Seokjin yang berdiri dengan raut wajah cemas di halaman rumah.
Wanita yang melahirkan Jeongguk itu langsung berlari mendekati Jeongguk, memeluk tubuh tinggi Putri sulungnya dan terisak dibalik bahu Jeongguk. "Kau kemana saja Jeongguk? " tanya wanita itu sedikit teredam bahu Jeongguk.
Jeongguk menggigit bibir bawah ketika netranya bersibobrok dengan Namjoon, ia menepuk punggung ibunya menengakan dan balas memeluk wanita yang melahirkannya itu.
"I'm ok, mom. Bagaimana dengan Somi dan Eunwoo? " tanya Jeongguk. Taehyung menatap lurus kedepan, sedangkan Hoseok terlihat sibuk dengan ponselnya. Namjoon mendekati putrinya dan mengelus bahu istrinya lembut.
"Eunwoo sudah tidur, S-somi.. D-dia sepertinya demam.. " lirih Seokjin, wanita itu kemudian berpindah ke pelukan suaminya setelah Namjoon menarik lembut bahu istrinya. Jeongguk menghela napas, melirik Taehyung yang ternyata juga tengah menatapnya dengan tatapan tak terbaca.
"Ah, Paman, Bibi, aku dan Jack pamit dulu. Ayah membutuhkan bantuan kami. " pamit Hoseok dengan senyumnya. Seokjin dan Namjoon tersenyum ramah, menepuk bahu Hoseok dan Taehyung, membiarkan kedua pemuda itu berlalu dengan berlari kecil.
"Somi, dia kenapa Mom? " tanya Jeongguk. Mereka bertiga memutuskan untuk masuk ke dalam rumah setelah kepergian Hoseok dan Taehyung. Seokjin mengelap piring-piring yang masih basah, Namjoon duduk di sebelah Jeongguk dengan secangkir kopi.
Seokjin dan Namjoon saling lirik, kemudian Namjoon berdeham. "Apa kau tau apa saja yang Somi makan tadi? " tanya sang kepala keluarga. Jeongguk mengernyitkan dahi, berusaha mengingat apa saja yang Somi makan. "Em.. Dia tadi memakan permen kapas, lalu sebuah minuman..? "
Namjoon menganggukkan kepalanya mengerti, mengusak rambut Putri sulungnya dan menatap Seokjin lembut. "Kau tidak lupa kalau Somi tidak bisa memakan makanan manis terlalu banyak bukan? " Sontak Jeongguk dan Seokjin membulat.
"Astaga, aku lupa! " seru Jeongguk, gadis itu kemudian menatap Namjoon dengan tatapan bersalah yang begitu kentara. "Mom, dad, maafkan aku tidak mengawasi Somi dengan baik. Harusnya aku mengawasinya agar tidak terlalu memakan atau meminum yang manis-manis terlalu banyak. " sesal Jeongguk.
Namjoon tersenyum, menampakkan dimplenya dan menepuk bahu Putri sulungnya yang tertunduk bersalah. "Bukan salahmu sepenuhnya girl, ingat, Somi itu bebal. Aku yakin dia pasti tetap akan memakan atau meminum yang manis secara diam-diam sekalipun kau sudah melarang. " tenang Namjoon.
Jeongguk yang mendengarnya mengangguk, tapi jauh di dalam hati ada rasa bersalah yang begitu besar. Bahkan tak ada hentinya ia menyalahkan dirinya sendiri. "Berhenti menyalahkan dirimu sendiri Gukkie, Mom juga bersalah saat ini, karena bisa-bisanya melupakan hal itu. " hibur Seokjin lembut.
Wanita berambut sebahu itu juga lupa ternyata jika Putri keduanya tak boleh mengkonsumsi yang manis-manis terlalu banyak, atau gadis itu akan merasa mual terus-menerus. Kemudian Jeongguk terlarut dalam pikirannya, "bukankah.. Bukankah Somi sudah boleh mengkonsumsi yang manis-manis dua tahun lalu, Dad? " tanya Jeongguk dengan bola mata membulat.
Namjoon mengerutkan dahi, sedangkan Seokjin meletakkan piring dan mendekati suami dan putrinya, menduduki kursi yang berhadapan dengan sang suami. "Iya.. Kan? " lirih Jeongguk memastikan. Namjoon menatap Seokjin dan Jeongguk bergantian.
"Aku melupakan hal itu, aku lupa jika Dokter Hwang sudah mengatakan jika Somi sudah boleh mengkonsumsi yabg manis-manis tanpa khawatir kembali mual. "
Mereka bertiga saling pandang dalam keheningan, "kalau begitu... Apa yang Somi konsumsi sampai dirinya mual-mual dan berakhir demam? " tanya Seokjin.
tbc.
© xeanoona
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear
Horror[Finished] Semua bermula dari kepindahan mereka sekeluarga ke sebuah kota terpencil yang begitu jauh dari ibukota. Menuruti saran sahabatnya, sang kepala keluarga memutuskan untuk pindah rumah ke sebuah rumah kosong di kota tersebut. Tanpa menyada...